Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Skrofuloderma general_alomedika 2020-11-02T14:45:49+07:00 2020-11-02T14:45:49+07:00
Skrofuloderma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Skrofuloderma

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Skrofuloderma, atau dikenal dengan tuberculosis colliquativa cutis, adalah penyakit tuberkulosis kulit akibat infeksi kronis dari Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Skrofuloderma adalah jenis tuberkulosis kutis yang paling sering ditemukan, terutama pada anak-anak dan orang tua.

Lesi yang muncul berupa nodul (1 atau multipel), tidak nyeri, dan pertumbuhan lesi biasanya sifatnya lambat. Lesi lama kelamaan bisa membentuk ulkus pada permukaan nodul, hingga akhirnya terbentuk fistula atau sinus yang mengeluarkan materi atau cairan serosa, purulen, atau kaseosa. Lesi dari skrofuloderma paling sering muncul di area servikal, aksila, inguinal, preaurikula, postaurikula, submandibula, atau oksipital.[1-3]

Sumber Gambar: Mohammad, Wikimedia Commons, 2018. Sumber Gambar: Mohammad, Wikimedia Commons, 2018.

Untuk mendiagnosis skrofuloderma perlu kejelian dan ketelitian dalam menilai lesi, hal ini karena lesi yang muncul pada kasus skrofuloderma bisa mirip dengan lesi-lesi infeksi kulit lain. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu penegakkan diagnosis mencakup pemeriksaan histopatologi, tes tuberculin, kultur jaringan, dan Polymerase Chain Reaction/PCR. Respon positif terhadap pengobatan tuberkulosis (TB) juga dapat membantu menegakkan diagnosis.[4]

Tata laksana skrofuloderma sama seperti tata laksana infeksi tuberkulosis pada umumnya, yaitu dengan pemberian obat antituberkulosis (OAT) tahap intensif dan tahap lanjutan. Pada tahap intensif, pengobatan menggunakan 4 regimen, yaitu isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol yang diberikan selama 2 bulan. Fase lanjutan menggunakan 2 regimen, yakni isoniazid dan rifampicin yang diberikan selama 4 bulan.[1]

Referensi

1. Ganesan A, Kumar G. Scrofuloderma: a rare cutaneous manifestation of tuberculosis. J Indian Acad Oral Med Radiol. 2017; 29(3): 223-26.
2. Santos JB, Figueiredo AR, Ferraz CE, et al. Cutaneous tuberculosis: epidemiologic, etiopathogenic and clinical aspects - part I. An Bras Dermatol. 2014;89(2):219-228.
3. Mello RB, Vale ECSD, Baeta IGR. Scrofuloderma: a diagnostic challenge. An Bras Dermatol. 2019;94(1):102-104.
4. Gunawan H, Achdiat PA, Hindritiani R, et al. Various cutaneous tuberculosis with rare clinical manifestations: a case series. Int J Mycobacteriol. 2018; 7(3): 288-91

Patofisiologi Skrofuloderma

Artikel Terkait

  • Profilaksis Tuberkulosis
    Profilaksis Tuberkulosis
  • Penanganan TB-HIV
    Penanganan TB-HIV
  • Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
    Pengobatan Tuberkulosis Fase Intensif
  • Menangani Efek Samping Terapi Tuberkulosis
    Menangani Efek Samping Terapi Tuberkulosis
  • Penanganan Tuberkulosis Anak di Indonesia
    Penanganan Tuberkulosis Anak di Indonesia

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Claudia Anggi
12 Mei 2022
Hasil Uji Mantoux - Paru Ask the Expert
Oleh: dr. Claudia Anggi
1 Balasan
Dok ijin konsul anak usia 4 tahun dengan riwayat BB stagnant, disarankan uji Mantoux oleh SpA lalu setelah 3 hr hasilnya seperti ini. Apakah dapat...
Anonymous
12 Mei 2022
Pilihan terapi tuberkulosis pada pasien diabetes mellitus - Paru Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr.Wirya,Sp.P izin bertanya.saya pernah baca bahwa obat anti tuberkulosis seperti rifampisin bisa menyebabkan interaksi obat dengan obat hiperglikemik....
Anonymous
12 Mei 2022
Profilaksis TB untuk bayi yang terinfeksi HIV - Paru Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Wirya, Sp.PSaya mau bertanya dok. Bila bayi yang mengalami infeksi HIV mengalami paparan dengan orang yang diketahui TB, profilaksis apakah yang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.