Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Kandidiasis Vulvovaginal general_alomedika 2021-05-31T17:31:36+07:00 2021-05-31T17:31:36+07:00
Kandidiasis Vulvovaginal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Etiologi Kandidiasis Vulvovaginal

Oleh :
dr. Karina Sutanto
Share To Social Media:

Etiologi kandidiasis vulvovaginal adalah jamur spesies Candida yang menyebabkan inflamasi pada mukosa vulva dan vagina. Candida albicans dianggap sebagai komensal alami pada sekitar 20% wanita, tetapi juga menjadi organisme penyebab utama kandidiasis vulvovaginal (85−90%).[1,8]

Etiologi

Kandidiasis vulvovaginal diperkirakan menjadi penyebab paling umum kedua dari vaginitis, setelah vaginosis bakterialis. Spesies Candida non-albicans lainnya yang telah diidentifikasi antara lain C. glabrata sebagai etiologi kedua tersering (8%), sedangkan sisanya C. krusei, C. parapsilosis, dan C. tropicalis. Spesies C. glabrata dan C. parapsilosis dikaitkan dengan faktor risiko lansia dan komorbid diabetes mellitus.[2,3,5,8]

Faktor Risiko

Sekitar 75% wanita akan mengalami setidaknya satu episode kandidiasis vulvovaginal dalam hidupnya, 40−45% mengalami dua atau lebih episode, dan 10−20% mengalami kandidiasis vulvovaginal kompleks.[7,9]

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kejadian kandidiasis vulvovaginal adalah  kadar estrogen yang meningkat, diabetes mellitus, imunosupresi, terapi antibiotik spektrum luas, kontrasepsi intravaginal, faktor genetik, dan perilaku individu.

Peningkatan Kadar Estrogen

Risiko kandidiasis vulvovaginal meningkat pada wanita dengan kadar hormon estrogen tinggi, misalnya pada kehamilan, obesitas, konsumsi kontrasepsi oral, serta terapi pengganti hormon.[1,5,6]

Kehamilan menjadi salah satu faktor predisposisi yang paling umum. Penelitian menunjukkan bahwa sepertiga ibu hamil di seluruh dunia dapat mengalami kandidiasis vulvovaginal. Hormon estrogen yang tinggi menyebabkan penumpukan glikogen pada mukosa vulva dan vagina sehingga menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan Candida.[3,5]

Penelitian terdahulu, pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dengan estrogen dosis tinggi, ditemukan meningkatkan kolonisasi Candida pada vagina. Namun, kontrasepsi oral terbaru dengan dosis estrogen lebih rendah tampaknya tidak mempengaruhi terjadinya kandidiasis vulvovaginal.[5]

Diabetes Mellitus

Studi menunjukkan bahwa kandidiasis vulvovaginal dua kali lebih sering terjadi pada wanita dengan diabetes mellitus, bahkan terkadang sebagai gejala pertama. Selain itu, diketahui ada hubungan langsung antara kontrol glikemik yang buruk terhadap perkembangan kandidiasis vulvovaginal. Wanita dengan diabetes mellitus tipe 2 rentan terhadap spesies Candida non-albicans.[1,3,5,6]

Imunosupresi

Kelompok yang juga rentan terhadap kandidiasis vulvovaginal adalah pasien imunosupresi, yaitu penderita HIV/AIDS, pengguna terapi imunosupresan seperti steroid, pasien kemoterapi dan obat golongan antimetabolit, serta pasien transplantasi organ.[1,3]

Terapi Antibiotik

Konsumsi antibiotik spektrum luas juga dikaitkan dengan kandidiasis vulvovaginal. Sekitar sepertiga wanita yang menggunakan antibiotik spektrum luas dapat mengalami gejala. Antibiotik dapat menghambat flora normal sehingga menyebabkan penurunan keasaman vagina, dan menyebabkan perkembangan Candida. [1,3,7]

Kontrasepsi Intravagina

Alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam vagina, seperti vaginal sponges atau diaphragma, serta alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kandidiasis vulvovaginal, tetapi tidak secara konsisten. Sebaliknya, penggunaan spermisida dilaporkan tidak terkait dengan infeksi Candida.[6]

Faktor genetik

Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara variasi genetik dan peningkatan risiko infeksi Candida, baik kandidiasis mukosa maupun sistemik. Dalam penelitian tersebut, diketahui adanya peran polimorfisme Dectin-1 terkait kerentanan terhadap kandidiasis mukosa yang terlihat pada individu dengan riwayat kandidiasis vulvovaginal berulang.[5,8,13]

Selain itu, adanya variasi genetik pada gen MBL2 yang mengkode PRR MBL, IL-4, dan NLPR3 berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya kandidiasis vulvovaginal berulang.[5,8,13]

Perilaku Individu

Faktor perilaku yang dapat meningkatkan risiko kandidiasis vulvovaginal antara lain aktivitas seksual, penggunaan celana ketat, serta reaksi terhadap penggunaan celana dalam berbahan lateks, sabun, tampon, serta pembalut saat periode tidak menstruasi.[1,7,10,11]

Risiko kandidiasis vulvovaginal meningkat pada wanita yang yang aktif secara seksual. Namun, tidak terdapat bukti infeksi Candida ditularkan secara seksual. Hubungan kandidiasis vulvovaginal dengan berbagai jenis kontrasepsi tidak jelas,  serta jumlah episode kandidiasis vulvovaginal tidak terkait dengan jumlah pasangan seksual atau frekuensi koitus.[1,6-8]

Selain itu, penggunaan douching vagina dapat mematikan bakteri komensal vagina sehingga dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan Candida sp.[12]

Referensi

1. Jeanmonod R, Jeanmonod D. Vaginal Candidiasis. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459317/
2. Willems HME, Ahmed SS, Liu J, Xu Z, Peters BM. Vulvovaginal Candidiasis: A Current Understanding and Burning Questions. J Fungi (Basel). 2020; 6(1): 27.
3. Brocklebank A, Maraj H. Vulvovaginal Candidiasis. InnovAiT: Education and inspiration for general practice. 2013; 6(10): 643-651.
5. Krapf JM. Vulvovaginitis. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/2188931-overview
6. Sobel JD, Mitchell C. Candida vulvovaginitis: Clinical manifestations and diagnosis. 2021. https://www.uptodate.com/contents/candida-vulvovaginitis-clinical-manifestations-and-diagnosis?search=candida-vulvovaginitis-&source=search_result&selectedTitle=2~71&usage_type =default&display_rank=2
7. Arfiputri DS, Hidayati AN, Handayani S, Ervianti E. Risk Factors of Vulvovaginal Candidiasis in Dermato-Venereology Outpatients Clinic of Soetomo General Hospital, Surabaya Indonesia. Afr J Infect Dis. 2018; 12(1 Suppl): 90–94.
8. Lopez JEM. Candidiasis (vulvovaginal). BMJ Clin Evid. 2015; 2015: 0815.
9. Cassone A. Vulvovaginal Candida albicans infections: pathogenesis, immunity and vaccine prospects. BJOG. 2015; 122: 785–794.
10. Zeng X, Zhang Y, Zhang T, Xue Y, Xu H, et al. Risk Factors of Vulvovaginal Candidiasis among Women of Reproductive Age in Xi’an: A Cross-Sectional Study. 2018. https://www.hindawi.com/journals/bmri/2018/9703754/
11. BMJ. Assessment of vaginal discharge. 2021. https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/510
12. Puspitorini D, Astari L, Widya Y, Anggraeni S, Ervianti E, et al. Faktor Risiko Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV). Surabaya: Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga.
13. Smeekens SP, Veerdonk FL, Kullberg BJ, Netea MG. Genetic susceptibility to Candida infections. EMBO Mol Med. 2013; 5(6): 805–813.

Patofisiologi Kandidiasis Vulvov...
Epidemiologi Kandidiasis Vulvova...

Artikel Terkait

  • Bahaya Penggunaan Douche Vagina
    Bahaya Penggunaan Douche Vagina
  • Pilihan Antijamur Topikal dan Sistemik yang Aman pada Kehamilan
    Pilihan Antijamur Topikal dan Sistemik yang Aman pada Kehamilan
Diskusi Terkait
Anonymous
23 Desember 2022
Antijamur yang tepat untuk kandidiasis vaginosis - Obgyn Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat siang dr. Thomas, SpOG, obat antijamur apa yang saat ini belum resisten untuk terapi kandidiasis vaginosis? apakah lebih baik topikal atau sistemik?...
drg. Annisa Widiandini
03 November 2022
Bayi usia 9 bulan dengan bercak putih di rongga mulut - Kedokteran Gigi Anak Ask the Expert
Oleh: drg. Annisa Widiandini
8 Balasan
Pagi dokter Eka, Sp.KGA, izin bertanya dok. Saya dapat sharing kasus dari sejawat mengenai pasien bayi usia 9 bulan yang datang dengan bercak putih du bibir...
Anonymous
26 Oktober 2022
Terapi candidiasis oral pada pasien dewasa
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Apakah terapi candidiasis oral pd pasien dewasa cukup dg menggunakan candistin drop? Perlukah tambahan antijamur oral? Dan biasa nya butuh wkt brp lama utk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.