Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Hirschsprung Disease general_alomedika 2022-09-16T08:40:30+07:00 2022-09-16T08:40:30+07:00
Hirschsprung Disease
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Hirschsprung Disease

Oleh :
dr. Giovanni Gilberta
Share To Social Media:

Etiologi Hirschsprung disease atau megakolon kongenital merupakan kombinasi dari kegagalan migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel krista saraf, disertai dengan peranan genetik. Hirschsprung disease merupakan penyakit herediter, sekitar 10–20% kasus memiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan sisanya terjadi secara sporadis.

Gangguan Migrasi Sel Krista Saraf

Enteric nervous system (ENS) merupakan persarafan pada dinding usus yang berperan mengatur fungsi normal usus. Pembentukan ENS terjadi dari prekursor sel krista vagal yang bermigrasi di usus dari rostral ke kaudal, pada usia gestasi 3–8 minggu. Adanya kegagalan selama migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel krista menyebabkan sel-sel prekursor ENS tidak dapat mengkolonisasi usus bagian distal.

Kegagalan tersebut mengakibatkan tidak adanya sel-sel ganglion, atau aganglionik, pada pleksus saraf, sehingga terjadi aktivitas berlebihan pada usus dengan pelepasan asetilkolin secara persisten. Hal ini mengakibatkan kontraksi terus-menerus pada bagian usus aganglionik, biasanya di kolon bagian distal, dan dilatasi sekunder progresif pada kolon proksimal yang sehat.[4,5,7]

Faktor Genetik

Berbagai faktor trofik, reseptor sel, faktor transkripsi, dan pensinyalan antar molekul diperlukan agar ENS dapat berkolonisasi pada usus janin. Oleh sebab itu, defek genetik merupakan faktor predisposisi terjadinya Hirschsprung disease.

Beberapa gen yang diduga berhubungan dengan Hirschsprung disease, dan telah banyak diteliti, antara lain RET, GDNF, dan GFRα1. Gen RET merupakan proto-onkogen, yang mengkode reseptor tirosin kinase RET. Gen GDNF mengkode protein GDNF, yang merupakan ligand bagi RET.

GDNF dan GFRα1 akan membentuk kompleks, yang mengaktifkan RET. Selanjutnya, RET akan mengalami autofosforilasi, dan mengaktifkan jalur RET yang mengatur peran embrionik dari sel krista saraf enterik, termasuk migrasi, pertahanan, proliferasi, dan diferensiasi.

Pada keadaan normal, GDNF diekspresikan pada mesenkim usus yang sedang berkembang, dan memberi sinyal kepada RET dan GFRα1. Ekspresi GDNF terjadi ke arah kaudal, sehingga sel krista enterik dapat mengkolonisasi usus. Terjadinya mutasi pada salah satu gen tersebut menyebabkan sel krista saraf tidak bisa bermigrasi dan berkembang dengan normal.[4–6]

Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya Hirschsprung disease, antara lain riwayat keluarga, risiko terkait genetik, sindrom kongenital, dan riwayat obstetri.

Riwayat Keluarga

Risiko Hirschsprung disease meningkat lebih dari 20% jika salah satu orang tua memiliki riwayat Hirschsprung disease segmen panjang. Selain itu, jika orang tua menurunkan alel yang berhubungan dengan Hirschsprung disease, misalnya RET yang bermutasi, risiko anak terkena Hirschsprung disease juga sangat tinggi, meskipun orang tua tidak pernah menderita kelainan tersebut. Selain itu, risiko diperkirakan meningkat 200 kali pada bayi yang kakak laki-lakinya terkena Hirschsprung disease.[4,8,9]

Faktor Genetik

Sekitar 30% pasien Hirschsprung disease memiliki manifestasi klinis kelainan genetik. Trisomi 21 meningkatkan risiko Hirschsprung disease sebesar 50–100 kali. Sebanyak 8% penderita Hirschsprung disease mengalami Sindrom Down. Jenis kelamin laki-laki juga lebih berisiko 4 kali lipat untuk terkena Hirschsprung disease.

Keadaan heterozigot pada gen RET meningkatkan risiko Hirschsprung disease hingga 3000 kali lipat. Sindrom Waardenburg, yang ditandai dengan kelainan pada gen EDNRB, ditemukan pada 5% pasien Hirschsprung disease. Sindrom Bardet–Biedl, yaitu kelainan pada gen BBS1–BBS11, meningkatkan risiko Hirschsprung disease sebanyak 30 kali lipat.[3,7]

Riwayat Obstetri

Riwayat obstetri tertentu, seperti obesitas maternal saat kehamilan, diketahui meningkatkan risiko Hirschsprung disease sebesar 1,73 kali. Selain itu, kondisi hipotiroid ibu saat hamil dan paritas lebih dari 3 juga dihubungkan dengan peningkatan risiko Hirschsprung disease.[8,9]

Faktor Risiko Lain

Penggunaan obat-obatan tertentu selama kehamilan diduga meningkatkan risiko Hirschsprung disease, tetapi masih bukti klinis yang ada berasa dari studi eksperimental pada hewan dan belum ada data pada manusia. Penggunaan berbagai obat ini diduga menurunkan kolonisasi ENS. Obat-obatan tersebut, antara lain mycophenolate, golongan statin, misalnya simvastatin atau atorvastatin, dan ibuprofen dosis tinggi.

Defisiensi vitamin A dan asam folat juga diduga menjadi faktor risiko terjadinya Hirschsprung disease. Faktor-faktor lain yang dapat memperlambat proliferasi sel-sel fetus saat migrasi prekursor ENS juga diduga meningkatkan risiko Hirschsprung disease, di antaranya merokok, penggunaan kokain, dan konsumsi alkohol selama kehamilan, serta insufisiensi plasenta, atau kondisi medis lain yang mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat.[7]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

4. Lotfollahzadeh S, Taherian M, Anand S. Hirschsprung Disease. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562142/
5. Klein M, Varga I. Hirschsprung's Disease-Recent Understanding of Embryonic Aspects, Etiopathogenesis and Future Treatment Avenues. Medicina (Kaunas). 2020 Nov 13;56(11):611. doi: 10.3390/medicina56110611.
6. Kyrklund K, Sloots CEJ, de Blaauw I, et al. ERNICA guidelines for the management of rectosigmoid Hirschsprung's disease. Orphanet J Rare Dis. 2020 Jun 25;15(1):164. doi: 10.1186/s13023-020-01362-3.
7. Heuckeroth RO. Hirschsprung disease - integrating basic science and clinical medicine to improve outcomes. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. 2018 Mar;15(3):152-167. doi: 10.1038/nrgastro.2017.149.
8. Rintala R, Losty P, Hutson J, Flake A, Rickham P, lwai N. Rickham's Neonatal Surgery. London: Springer; 2018.
9. Lo f Granstro m A, Svenningsson A, Hagel E, Oddsberg J, Nordenskjo ld A, Wester T. Maternal Risk Factors and Perinatal Characteristics for Hirschsprung disease. PEDIATRICS. 2016;138(1):e20154608-e20154608.

Patofisiologi Hirschsprung Disease
Epidemiologi Hirschsprung Disease

Artikel Terkait

  • Red Flag Muntah pada Neonatus
    Red Flag Muntah pada Neonatus
  • Video Alomedika - Tanda Bahaya Muntah pada Neonatus
    Video Alomedika - Tanda Bahaya Muntah pada Neonatus
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
07 November 2019
Tidak keluarnya mekonium pada bayi yang baru lahir 36 jam
Oleh: dr. Nurul Falah
4 Balasan
Alodok, izin bertanya. Ada user mengeluhkan bayinya yang baru lahir 36 jam belum keluar mekonium sama sekali, lahir UK 37 minggu dengan berat 2,4 kg, lahir...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.