Etiologi Hirschsprung Disease
Etiologi Hirschsprung disease merupakan suatu hal yang kompleks karena merupakan kombinasi dari kegagalan migrasi sel krista saraf dengan peranan genetik.
Gangguan Migrasi Sel Krista Saraf
Sistem saraf pada saluran pencernaan manusia berasal dari sel primordium sistem saraf pusat yang mulai membelah dan berkembang sejak berada di dalam kandungan. Semua bagian aksis primordial akan membentuk saraf seluruh tubuh, namun hanya beberapa bagian dari aksis yang akan membentuk persarafan pada saluran gastrointestinal.
Sel prekursor akan bermigrasi dari sistem saraf pusat menuju ke usus untuk mengkolonisasi semua bagian usus. Proses migrasi ini nantinya juga akan diikuti dengan proses diferensiasi menjadi berbagai tipe sel neuron dan glia yang membentuk sistem persarafan saluran cerna. [1,2,5]
Adanya gangguan atau penghentian pada perpindahan sel krista saraf (neural crest) menuju ke usus menyebabkan Hirschsprung disease. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia gestasi 5-12 minggu. Semakin awal terhentinya proses migrasi dari sel, bagian usus yang mengalami kondisi aganglionik juga akan semakin panjang. [5]
Faktor Genetik
Faktor genetik memiliki peran yang penting dalam Hirschsprung disease, tetapi 70% kasus terjadi secara sporadik. Hirschsprung memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kelainan kongenital dan sindrom lain, serta gangguan pada kromosom. Selain itu, risiko Hirschsprung disease meningkat dalam keluarga dan beberapa studi menunjukkan adanya pola pewarisan secara mendel.
Beberapa gen yang memiliki keterlibatan dalam penyakit hirschsprung, antara lain RET, GDNF, GFRa1, NRTN, EDNRB, ET3, ZFHX1B, PHOX2b, SOX10, dan SHH. Semua gen tersebut merupakan gen yang berperanan dalam pembentukan krista saraf sehingga adanya mutasi pada gen tersebut akan menyebabkan gangguan perkembangan saraf yang dapat menyebabkan Hirschsprung disease. [5-7]
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya Hirschsprung disease, antara lain:
- Riwayat keluarga dengan Hirschsprung disease
- Kelainan kongenital, seperti trisomy 21, trisomi 18 mosaik, delesi distal 13q, dan delesi parsial 2p. Penderita sindrom down memiliki risiko 40 kali lebih besar menderita penyakit ini dibandingkan dengan populasi normal.
- Sindroma kongenital, seperti neuroblastoma, sindrom Waardenburg, dan sindrom Bardet-Biedl
- Obesitas maternal saat kehamilan
- Kondisi hipotiroid ibu saat hamil
- Paritas ≥ 3 [6,8]