Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin Difteri general_alomedika 2022-06-07T12:56:21+07:00 2022-06-07T12:56:21+07:00
Vaksin Difteri
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin Difteri

Oleh :
dr. Aghnia Putri
Share To Social Media:

Toksoid Difteri adalah salah satu vaksin teraman, jarang ditemukan reaksi berat, dan sampai saat ini belum ada laporan reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh komponen difteri. Namun, reaksi lokal di tempat injeksi umum ditemukan, meskipun tingkat pelaporannya sangat berbeda (<10 hingga >50%). [1,4,5]

Efek Samping

Efek samping ringan setelah pemberian dosis primer dan booster DTwP pada bayi dan anak-anak terdiri dari reaksi lokal (50%), dan reaksi sistemik seperti demam >38 derajat C, lekas marah (40-75%), mengantuk (33-62%), kehilangan nafsu makan (20–35%), dan muntah (6-13%). Efek samping berat yang jarang terjadi dapat meliputi demam dengan suhu lebih dari 40,5 derajat C (0,3%), kejang demam (8 per 100.000 dosis), atau episode hipotonik-hiporesponsif (0,291 per 100.000 dosis). [1,4,5]

Selama imunisasi primer, efek samping berat yang terjadi setelah DTaP mirip dengan yang dialami setelah DTwP, namun lebih jarang terjadi. Percobaan klinis telah menunjukkan bahwa DT dan DTaP sebanding dalam hal reaktivitas lokal dan sistemik ketika digunakan pada vaksinasi primer bayi. Reaksi lokal yang besar diamati pada 1-2% penerima setelah vaksinasi booster DTaP. Data yang tersedia menunjukkan bahwa toksoid tetanus dan difteri berkontribusi terhadap reaktogenisitas Td dan DT. [1,4,5]

Frekuensi efek samping bervariasi, tergantung faktor-faktor seperti riwayat vaksinasi, penggunaan vaksin kombinasi, dan dosis toksoid yang diberikan. Reaksi lokal dan rasa sakit di tempat suntikan terjadi lebih sering dengan meningkatnya jumlah dosis, dan ketika dikombinasikan dengan tetanus toksoid, atau dengan tetanus toksoid dan antigen pertusis. [1,4,5]

Interaksi Obat

Pemberian 3 dosis pertama vaksin difteri bersamaan dengan vaksin anak lainnya tidak mengganggu respons terhadap antigen lain mana pun. Semua vaksin yang konsisten dengan riwayat imunisasi anak sebelumnya dapat diberikan pada kunjungan yang sama. Vaksin yang mengandung toksoid difteri dapat diberikan bersama dengan vaksin BCG (bacillus calmette-guerin), vaksin HPV (human papilloma virus), IPV (inactivated polio vaccine), OPV (oral polio vaccine), PCV (pneumococcal vaccine), vaksin rotavirus, MMR (measles mumps rubella), serta vaksin konjugat meningokokus. Pemberian vaksin secara bersamaan tersebut aman dan tidak menghasilkan penurunan imunogenisitas. [2,4-6]

Ketika dua vaksin diberikan selama kunjungan yang sama, maka mereka harus disuntikkan ke anggota tubuh yang berbeda. Ketika diberikan 3 vaksin secara bersamaan, maka dua vaksin dapat disuntikkan di anggota tubuh yang sama dan vaksin yang ketiga harus disuntikkan di anggota tubuh lainnya. Suntikan pada tungkai yang sama harus terpisah setidaknya 2,5 cm sehingga reaksi lokal dapat dibedakan. [2,4-6]

Formulasi booster vaksin difteri dewasa dapat diberikan bersamaan dengan vaksin influenza trivalen yang tidak aktif. Pemberian vaksin konjugat meningokokus sebelum Tdap dapat menginduksi respons anti-difteri yang secara signifikan lebih tinggi dan lebih persisten daripada ketika diberikan setelah Tdap. Vaksinasi Tdap sebelum pemberian PCV13 (Pneumococcal Conjugate Vaccine) secara signifikan mengurangi respons terhadap 7 dari 13 serotipe pneumokokus pada orang dewasa. [2,4-6]

Referensi

1. Shaun A Truelove, Lindsay T Keegan, William J Moss, Lelia H Chaisson, Emilie Macher, Andrew S Azman, Justin Lessler, Clinical and Epidemiological Aspects of Diphtheria:A Systematic Review and Pooled Analysis, Clinical Infectious Diseases, , ciz808, https://doi.org/10.1093/cid/ciz808
2. Liang JL, Tiwari T, Moro P, Messonnier NE, Reingold A, Sawyer M, et al. Prevention of Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm Rep. 2018 Apr 27. 67 (2):1-44.
4. Liang JL, Tiwari T, Moro P, et al. Prevention of Pertussis, Tetanus, and Diphtheria with Vaccines in the United States: Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWR Recomm Rep. 2018;67(2):1–44. Published 2018 Apr 27. doi:10.15585/mmwr.rr6702a1
5. European Medicines Agency. Vaxelis. 2018 https://www.ema.europa.eu/en/documents/assessment-report/vaxelis-epar-public-assessment-report_en.pdf
6. CDC. Updated recommendations for use of tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid and acellular pertussis (Tdap) vaccine from the Advisory Committee on Immunization Practices, 2010. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2011;60:13–5.

Indikasi dan Dosis Vaksin Difteri
Penggunaan pada Kehamilan dan Ib...

Artikel Terkait

  • Cara Menyiasati Keraguan Vaksin
    Cara Menyiasati Keraguan Vaksin
  • Interval Pemberian Vaksin COVID-19 dan Vaksin Lain
    Interval Pemberian Vaksin COVID-19 dan Vaksin Lain
  • Perubahan Jadwal Imunisasi Anak Berdasarkan IDAI Tahun 2020
    Perubahan Jadwal Imunisasi Anak Berdasarkan IDAI Tahun 2020
  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
Diskusi Terkait
Anonymous
01 Desember 2022
Jadwal Vaksin DPT - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat sore, dr. Yoke Sp. AIzin bertanya Dok, jika menemukan pasien anak yang belum vaksin DPT pada usia 9 bulan, bagaimana ya Dok penjadwalannya? Mengingat...
dr. Nurul Falah
13 September 2021
Pasien wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, seorang wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir, terasa nyeri juga saat menelan...
dr. Alya Hananti
26 November 2019
Efek dari imunisasi tetanus dan difteri yang diberikan dengan selang waktu hanya 1 tahun
Oleh: dr. Alya Hananti
9 Balasan
Alo, Dok. Izin bertanya, saya mendapatkan user yg anaknya diberikan booster imunisasi tetanus dan difteri terlalu dekat, yaitu saat TK dan kelas 1 SD, jadi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.