Farmakologi Vaksin Difteri
Vaksin difteri yang umum diberikan berasal dari toksoid difteri, yaitu toksin bakteri yang dimodifikasi untuk menginduksi antibodi antitoksin pelindung tipe IgG. Pada awalnya, dilakukan penanaman bakteri C. diphtheriae penghasil toksin dalam media cair, kemudian toksin diubah menjadi toksoid tidak aktif melalui pemberian formalin. Toksoid ini kemudian diadsorpsi dengan garam aluminium sebagai bahan pembantu, dan dilakukan penambahan thimerosal sebagai pengawet pada botol multi-dosis. Toksoid Difteri merupakan salah satu vaksin teraman. [1,2]
Famakodinamik
Imunisasi primer dengan DTP (difteri, tetanus, dan pertusis) melindungi lebih dari 95% orang selama setidaknya 10 tahun untuk difteri dan tetanus, serta kekebalan yang bertahan lama selama masa kanak-kanak untuk pertusis. Diphtheria Toxoid Adsorbed disiapkan oleh adsorpsi toksoid difteri, yang merupakan formaldehida toksin difteri yang dilemahkan, polipeptida tunggal dengan berat molekul perkiraan 62 kDa. Toksin ini diproduksi oleh Corynebacterium diphtheriae. [1,2,4]
Respon serologis dicapai setelah serangkaian vaksinasi primer 3 dosis pada orang dewasa berusia >18 tahun. Namun tidak ada bukti yang dapat diambil mengenai durasi kekebalan setelah serial vaksinasi primer 3 dosis pada orang dewasa. [2,4]
Farmakokinetik
Individu dengan tingkat antibodi toksin anti-difteri lebih dari 0,1 IU/mL dianggap sepenuhnya terlindungi dari penyakit difteri. Setelah pemberian seri utama vaksin yang mengandung DTP, 94-100% anak memiliki tingkat antibodi anti-difteri > 0,01 IU/mL. Percobaan terkontrol secara acak dari seri primer 3 dosis vaksin DTwP-Hib, yang dimulai pada usia 6-8 minggu dengan interval 4 minggu antara dosis, menunjukkan bahwa seroproteksi (≥0,1 IU/mL) diperoleh pada 93,9-100% bayi. [1,2,4]
Sebuah uji coba terkontrol secara acak membandingkan imunogenisitas dari vaksin kombinasi cair yang mengandung toksoid difteri-tetanus, 5-komponen pertusis aselular, IPV dan Hib dengan vaksin DTaP-IPV/Hib, yang diberikan pada usia 3, 5, dan 12 bulan. Tingkat seroproteksi yang dihasilkan terhadap toksoid difteri (≥0,1 IU / mL) masing-masing adalah 95,1% dan 90,3%. [2,4]