Interval Pemberian Vaksin COVID-19 dan Vaksin Lain

Oleh :
dr. Audiza Luthffia

Terdapat pertimbangan dari kalangan medis mengenai interval atau jarak waktu antara pemberian vaksin COVID-19 dan vaksin lain. Program vaksinasi COVID-19 massal merupakan bagian penting dalam strategi mengatasi pandemi ini. Di samping itu, program vaksinasi lainnya, seperti imunisasi rutin pada anak dan vaksin lain pada kelompok usia lain juga harus tetap terlaksana dengan baik.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Ikatan Dokter Anak (IDAI) telah merekomendasikan vaksinasi COVID-19 pada remaja usia 12–17 tahun dengan menggunakan vaksin COVID inaktif, yaitu vaksin COVID-19 Sinovac. Sementara itu, vaksinasi COVID-19 pada anak usia 3–11 tahun sedang menunggu hasil kajian lebih lanjut.

Meskipun studi pada populasi anak masih terbatas, vaksinasi COVID-19 pada anak dilaporkan efektif dan aman berdasarkan uji klinis yang sudah dilakukan. Selain vaksinasi COVID-19, dalam masa pandemi ini, program imunisasi rutin pada anak juga harus diupayakan tepat jadwal agar anak tetap terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).[1-3]

Interval Pemberian Vaksin COVID-19 dan Vaksin Lain-min

Dampak Pandemi pada Program Imunisasi Rutin

Sejak awal pandemi COVID-19, telah terjadi penurunan angka cakupan vaksinasi PD3I secara global. Data menunjukkan bahwa terjadi penurunan lebih dari 7% di bawah target pada angka vaksinasi difteri-pertussis-tetanus dosis ketiga (DPT3) dan vaksinasi campak dosis pertama di seluruh dunia. Sekitar 8 juta anak terlambat untuk mendapatkan imunisasi rutin sesuai jadwal. Kondisi tersebut perlahan membaik, tetapi masih jauh dibandingkan dengan cakupan imunisasi sebelum pandemi COVID-19.

Faktor utama yang menjadi kendala dalam meningkatkan cakupan imunisasi rutin di tengah pandemi COVID-19 adalah ketakutan masyarakat datang ke fasilitas kesehatan karena risiko terpapar COVID-19. Selain itu, munculnya beberapa varian baru SARS-CoV-2, dituntutnya fasilitas dan tenaga kesehatan untuk berfokus pada program dan pembiayaan vaksinasi COVID-19 massal, serta menurunnya tingkat kesejahteraan di beberapa negara juga turut berdampak pada akses dan keterjangkauan imunisasi rutin.[4]

Vaksinasi COVID-19 untuk populasi anak diharapkan dapat dilakukan secara beriringan dan tidak mengganggu keberlangsungan program imunisasi rutin pada anak. Oleh karena itu, pemberian vaksin COVID-19 secara bersamaan dengan vaksin lainnya diharapkan menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan akan vaksin COVID-19 tanpa melupakan imunisasi rutin.

Rekomendasi Interval Vaksin COVID-19 dengan Vaksin Lainnya

Koadministrasi vaksin atau pemberian lebih dari satu jenis vaksin dalam satu kali kunjungan sudah sering diterapkan pada praktik vaksinasi sebelum pandemi COVID-19. Konsep ini bermanfaat untuk mempercepat perlindungan pada anak, serta meningkatkan efisiensi pelayanan dan waktu kunjungan ke fasilitas kesehatan. Selain itu, vaksin kombinasi atau multivalen, misalnya vaksin pentavalen yang berisi gabungan vaksin difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan Haemophilus Influenza Type B memungkinkan penyuntikan yang lebih sedikit dan mengurangi ketidaknyamanan pada anak.

Strategi ini juga sudah terbukti aman, efektif, dan tidak meningkatkan risiko kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) bila dilakukan sesuai prosedur. Namun, masih belum terdapat cukup data yang menunjukkan apakah vaksin COVID-19 efektif dan aman bila diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya.[2]

Sebelumnya, CDC merekomendasikan bahwa vaksin COVID-19 hanya dapat diberikan sebagai vaksin tunggal dengan interval minimum 14 hari sebelum atau sesudah pemberian vaksin lain. Namun, rekomendasi ini telah direvisi oleh CDC. Saat ini, CDC menyatakan bahwa vaksin COVID-19 dapat diberikan bersamaan dengan vaksin jenis lainnya, termasuk vaksin hidup dan vaksin yang dilemahkan (attenuated). Pemberian vaksin dapat dilakukan dalam waktu yang sama maupun dalam waktu kurang dari 14 hari.

Meskipun belum terdapat cukup data terkait efek dari pemberian vaksin COVID-19 secara simultan dengan vaksin lainnya, pengalaman pada praktik vaksinasi terdahulu tidak menunjukkan adanya perbedaan pada respons imun serta efek samping yang ditimbulkan jika vaksin diberikan secara tunggal atau secara bersamaan dengan vaksin lainnya.[5]

Mengingat pentingnya vaksinasi rutin yang harus berjalan sesuai jadwal sekaligus kebutuhan dilakukannya vaksinasi COVID-19 sesegera mungkin, American Academy of Pediatrics (AAP) juga mendukung pemberian bersama vaksin COVID-19 dan vaksin lain untuk anak dan remaja.[5,6]

Pertimbangan Koadministrasi Vaksin COVID-19 dan Vaksin Lain

Dalam praktik sehari-hari, koadministrasi vaksin COVID-19 dengan vaksin lain dapat dipertimbangkan, seperti pada anak yang telah atau berisiko mengalami keterlambatan untuk mendapat vaksin rutin dan pasien yang berada dalam kondisi rentan terpapar PD3I.

Belum diketahui apakah reaktogenisitas vaksin COVID-19 dapat meningkat apabila diberikan secara bersamaan dengan vaksin lain. Vaksin yang diketahui lebih reaktogenik adalah vaksin dengan formulasi tambahan atau vaksin hidup. Idealnya, profil reaktogenisitas masing-masing vaksin perlu dipertimbangkan, meskipun hingga saat ini, belum diketahui sepenuhnya apakah reaktogenisitas dari vaksin COVID-19 meningkat apabila diberikan bersamaan dengan vaksinasi lain.[5,6]

Pada populasi dewasa, koadministrasi vaksin COVID-19 dapat bermanfaat dan dipertimbangkan pada orang yang berisiko mengalami penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, yaitu selama wabah atau pajanan di tempat kerja. Sebagai contoh, pemberian vaksin COVID-19 dan hepatitis B pada tenaga kesehatan.[5,6]

Prosedur Koadministrasi Vaksin

Setelah mempertimbangkan risiko dan manfaatnya, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktik koadministrasi vaksin. Berikut adalah prosedur dalam melakukan koadministrasi vaksin:

  • Tuliskan nama masing-masing vaksin, dosis, dan nomor seri pada spuit yang akan digunakan
  • Suntikkan masing-masing vaksin pada lokasi yang berbeda. Jika diberikan pada lokasi yang sama, beri jarak penyuntikan minimal 2,5 cm
  • Jika akan diberikan bersamaan dengan vaksin yang berpotensi menimbulkan reaksi lokal, seperti vaksin BCG, sebaiknya berikan vaksin COVID-19 pada sisi yang berbeda[5]

Kesimpulan

Program vaksinasi merupakan langkah utama dalam pencegahan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Di tengah pandemi COVID-19 dan usaha pemerintah untuk meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19, program vaksinasi dasar lainnya diharapkan dapat terus berjalan sesuai jadwal yang direkomendasikan untuk mencegah peningkatan kasus PD3I di kemudian hari. CDC dan AAP telah merekomendasikan bahwa vaksinasi COVID-19 dapat diberikan secara bersamaan dengan vaksin lainnya, tanpa interval waktu tertentu.

Oleh karena belum diketahui sepenuhnya tentang reaktogenisitas koadministrasi vaksinasi COVID-19 dan vaksin lain, maka praktik ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko yang diperoleh pasien.

Referensi