Indikasi dan Dosis Vaksin Difteri
Vaksin difteri di Indonesia masuk dalam program vaksin wajib, baik untuk anak, remaja, dan dewasa. Setiap negara harus berupaya pencapaian vaksinasi difteri tepat waktu dengan seri primer lengkap ditambah dosis penguat. Vaksin difteri primer diberikan 3 dosis, pada bayi usia 2, 4 dan 6 bulan, dengan interval 4-8 minggu.
Indikasi
Semua anak di seluruh dunia harus mendapatkan vaksinasi difteri. Wabah difteri di beberapa negara mencerminkan cakupan vaksinasi yang tidak memadai, dan telah menunjukkan pentingnya untuk mempertahankan tingkat cakupan yang tinggi dalam program imunisasi anak. [3,5,6]
Karena toksoid difteri hampir secara eksklusif tersedia dalam kombinasi tetap dengan antigen lain, maka diperlukan program imunisasi untuk menyelaraskan jadwal imunisasi antara difteri, tetanus dan pertusis (DTP). Pada vaksinasi bayi, vaksin yang mengandung DTP sering mencakup antigen lain yang dijadwalkan pada waktu yang sama, seperti Haemophilus influenzae tipe b (Hib), inactivated polio vaccine (IPV), dan hepatitis B, untuk mengurangi jumlah injeksi. [3,5,6]
Dosis
Direkomendasikan serangkaian seri 3 dosis vaksin yang mengandung toksoid difteri, dengan dosis pertama diberikan pada usia 6 minggu. Dosis selanjutnya harus diberikan dengan interval minimal 4 minggu antara dosis. Dosis ketiga dari seri primer harus diselesaikan pada usia 6 bulan jika memungkinkan. Jika awal atau penyelesaian seri primer telah tertunda, dosis yang hilang harus diberikan segera mungkin dengan interval setidaknya 4 minggu antara tiap dosis. [3-6]
Jadwal Vaksin Difteri Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Ketentuan IDAI bahwa setiap anak harus lengkap mendapatkan 5 dosis vaksin difteri sebelum usia 6 tahun. Jadwal pemberian vaksin difteri yang dianjurkan adalah :
- Vaksin DTP dosis ke-1, ke-2, dan ke-3: pada bayi usia 2, 3, dan 4 bulan, jarak 28 hari
- Vaksin DTP dosis ke-4 dan ke-5: pada anak usia 18 bulan dan 5 tahun
- Vaksin Td atau Tdap dosis ke-6: pada anak usia 10-12 tahun
- Vaksin Td dosis ke-7 (booster): pada remaja usia 18 tahun [9,10]
Dosis Primer (3 Dosis)
Program imunisasi harus memastikan bahwa 3 dosis primer vaksin difteri harus diselesaikan sebelum anak berusia 6 bulan.
- Dosis ke-1, ke-2, dan ke-3: masing-masing 0,5 mL, disuntikan pada bayi usia 2, 4 dan 6 bulan dengan interval 4-8 minggu [3-6]
Dosis Penguat / Booster (3 Dosis)
Program imunisasi harus memastikan 3 dosis booster vaksin yang mengandung toksoid difteri diberikan selama masa kanak-kanak dan remaja, yaitu :
- Dosis ke-4: 0,5 mL pada usia sekitar 15-20 bulan, setidaknya 6 bulan setelah dosis ke-3
- Dosis ke-5: 0,5 mL pada usia 4-6 tahun
- Dosis ke-6: 0,5 mL pada usia 9-15 tahun [3-6]
Serial vaksin ini akan memberikan perlindungan sepanjang masa remaja dan dewasa. Dosis booster difteri harus diberikan dalam kombinasi dengan tetanus toksoid, atau menggunakan formulasi vaksin sesuai usia. [3-6]
Pada orang dewasa, imunisasi booster terhadap difteri, tetanus, dan pertusis dilakukan melalui injeksi 0,5 mL IM dalam ke otot deltoid, setidaknya 5 tahun setelah dosis terakhir. Respons terhadap vaksinasi booster masih dapat ditemukan setelah interval 25-30 tahun. [3-6]
Jadwal Catch-Up pada Anak ≥1 Tahun, Remaja, dan Dewasa
Bagi mereka yang tidak divaksinasi, atau tidak divaksinasi lengkap, selama masa bayi sangat perlu untuk dilakukan pelengkap (catch-up) serial vaksin difteri 3 dosis. Rekomendasi ketentuan pelengkap vaksin difteri 3 dosis sebagai berikut :
- Anak usia 1-7 tahun yang sebelumnya tidak diimunisasi, diberikan 3 dosis dengan interval minimum 4 minggu antara dosis ke-1 dan ke-2, dan interval setidaknya 6 bulan antara dosis ke-2 dan ke-3, menggunakan vaksin yang mengandung DTP
- Anak usia > 7 tahun, remaja dan dewasa, diberikan 3 dosis dengan interval minimum 4 minggu antara dosis ke-1 dan ke-2, dan interval minimal 6 bulan antara dosis ke-2 dan ke-3, menggunakan vaksin kombinasi Td atau Tdap
- Diperlukan dua dosis booster berikutnya yang menggunakan vaksin kombinasi Td atau Tdap dengan interval setidaknya 1 tahun di antara dosis [3-6,10]
Kelompok Risiko Khusus
Vaksin yang mengandung toksoid difteri dapat diberikan pada orang dengan gangguan kekebalan, termasuk orang yang terinfeksi HIV, walaupun respons kekebalannya mungkin lebih rendah dibandingkan dengan orang dengan sistem imun yang kompeten. Semua anak yang terinfeksi HIV harus diberikan vaksin difteri primer mengikuti rekomendasi vaksin untuk populasi umum. Kebutuhan akan tambahan dosis booster untuk orang yang terinfeksi HIV, atau mereka yang memiliki defisiensi imun bawaan atau didapat, belum ditetapkan. [3,5,6]