Efek Samping dan Interaksi Obat Fluoxetine
Efek samping fluoxetine yang paling banyak dikeluhkan adalah efek samping terhadap gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Interaksi obat yang berbahaya adalah kombinasi fluoxetine dengan antidepresan lain karena bisa menimbulkan sindrom serotonin.
Efek Samping
Secara teoritis, efek samping fluoxetine timbul akibat peningkatan konsentrasi serotonin pada reseptor serotonin di lokasi-lokasi yang tidak terlibat dalam patofisiologi depresi. Peningkatan serotonin di pusat tidur akan menyebabkan insomnia, di saluran pencernaan akan menyebabkan diare. Peningkatan serotonin juga akan menyebabkan penurunan release dopamine dan pada beberapa orang bisa menimbulkan gejala seperti penumpulan emosi, perlambatan kognitif, dan apati [4].
Meskipun secara teoritis fluoxetine mempunyai efek samping insomnia, namun beberapa pasien justru melaporkan mengantuk setelah menggunakan fluoxetine.
Efek Samping Paling Banyak Ditemukan
Efek samping yang paling banyak ditemukan adalah:
- Efek samping gastrointestinal: penurunan nafsu makan, mual, diare, konstipasi, mulut kering
- Efek samping pada sistem saraf pusat: agitasi, tremor, pusing, nyeri kepala
Efek Samping Lain
Efek samping lain yang sering dikeluhkan oleh pasien pria:
- Kesulitan ejakulasi (waktu ejakulasi memanjang)
- Gangguan ereksi [4]
Meskipun efek samping fluoxetine sangat beragam, namun biasanya akan mereda seiring perjalanan waktu. Efek samping disfungsi seksual, penambahan berat badan, dan gangguan tidur merupakan efek samping yang paling sulit menghilang dan sulit diatasi [5].
Interaksi Obat
Interaksi obat fluoxetine adalah sebagai berikut:
Peningkatan Kadar Plasma Obat Lain
Fluoxetine bisa meningkatkan kadar plasma antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline, sehingga penggunaan bersama dengan antidepresan trisiklik atau switching dari antidepresan trisiklik ke fluoxetine sebaiknya dilakukan secara hati-hati.
Sindrom Serotonin
Penggunaan fluoxetine bersama antidepresan golongan monoamine oxidase inhibitor (MAOI), seperti selegiline, bisa menimbulkan sindrom serotonin sehingga sebaiknya dihindari atau digunakan minimal 14 hari setelah penggunaan MAOI dihentikan. Sebaiknya pemberian MAOI juga ditunda sampai 5 minggu setelah pemberian fluoxetine [3,4].
Sindrom serotonin ditandai oleh adanya
- Perubahan status mental: agitasi, disorientasi, kecemasan, gelisah, atau eksitasi
- Hiperaktivitas neuromuskular: tremor, klonus, hiperrefleksia, rigiditas otot, atau akisthesia
- Hiperaktivitas saraf otonom: hipertensi, takikardi, takipnea, hipertemia, midriasis, diaphoresis, flushing, muntah, diare, aritmia
Sindrom serotonin bisa dipicu oleh penggunaan obat-obat serotonergik, baik sendirian atau dalam kombinasi. Karena waktu paruh obat dan metabolitnya yang panjang, fluoxetine adalah SSRI yang sering menimbulkan sindrom serotonin bila dikombinasikan dengan antidepresan golongan serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor / SNRI (misalnya venlafaxine), golongan trisiklik (misalnya amitryptiline), golongan MAOI (misalnya selegiline), opiate (misalnya tramadol), golongan triptan (misalnya sumatriptan), carabamazepine, dekstrometorphan [8].
Perubahan Aktivitas dan Metabolisme Obat Lain
Fluoxetine bisa mempengaruhi aktivitas dan metabolisme obat lain melalui inhibisi enzim CYP450 2D6. Melalui jalur ini fluoxetine bisa mengganggu efek analgesik kodein, meningkatkan konsentrasi plasma beta bloker (misalnya propranolol), meningkatkan konsentrasi plasma thioridazine (menimbulkan risiko aritmia berbahaya). Fluoxetine juga bisa menurunkan clearance dan meningkatkan konsentrasi diazepam, trazodone, alprazolam, buspiron, dan triazolam. Fluoxetine juga bisa meningkatkan konsentrasi statin seperti simvastatin, atorvastatin, dan lovastatin, sehingga menimbulkan peningkatan risiko rhabdomyolysis [4].