Farmakologi Aspirin
Aspek farmakologi aspirin (asam asetilsalisilat) utamanya adalah dengan menimbulkan efek antiinflamasi dan anti agregasi platelet akibat inhibisi pada enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan 2).
Farmakodinamik
Farmakodinamik aspirin bekerja melalui inhibisi enzim siklooksigenase 1 dan 2 (COX-1 dan COX-2) secara ireversibel, sehingga menurunkan produksi prostaglandin dan derivatnya, yaitu thromboxan A2. Efek yang diperoleh adalah efek antipiretik, antiinflamasi, dan antiplatelet.
Penghambatan pada COX-1 dan 2 akan menghambat pembentukan prostaglandin yang berperan dalam proses inflamasi. Selain daripada itu, akan menghambat pula produksi thromboxan A2 yang memiliki kemampuan untuk menginduksi agregasi platelet.
Selain daripada itu, aspirin juga memiliki efek analgesik melalui jalur sentral, yaitu dengan memengaruhi ambang nyeri di hipotalamus. Walaupun begitu, mekanisme pasti efek ini masih belum diketahui.
Onset kerja aspirin adalah 5-30 menit, dengan durasi kerja: 4-6 jam. [4,6]
Farmakokinetik
Farmakokinetik aspirin dimulai melalui absorpsi hingga eliminasi, serta bergantung pada jenis sediaan dan cara pemberian.
Absorbsi
Aspirin sediaan tablet bisa diserap dengan sangat cepat di lambung dan duodenum. Tablet extended release diserap lebih lambat dan tergantung adanya makanan serta pH gaster. Bioavailabilitas aspirin adalah 50-75%. [7]
Distribusi
Volume distribusi aspirin adalah 170 ml/kgBB. Aspirin juga banyak terdistribusi pada jaringan.
Pada konsentrasi rendah, sekitar 90% aspirin terikat albumin. Semakin tinggi konsentrasi aspirin, proporsi yang berikatan dengan protein semakin rendah, begitu pula pada kasus insufisiensi renal dan pada kehamilan.
Pada kasus overdosis aspirin, hanya 30% yang berikatan dengan albumin [8]
Metabolisme
Metabolisme aspirin berlangsung hampir segera setelah konsumsi. Aspirin utamanya dihidrolisis menjadi salisilat oleh enzim esterase yang terdapat di mukosa saluran cerna, eritrosit, cairan sinovial, dan plasma darah. Hasil hidrolisis kemudian berikatan dengan glycine, menjadi salicyluric acid. [6]
Eliminasi
Waktu paruh aspirin adalah 15-20 menit, sedangkan waktu paruh salisilat akan lebih lama sesuai dengan dosis pemberian. Pada dosis 300-650 mg waktu paruh berkisar 3 jam, sedangkan pada dosis 1 gram waktu paruh adalah 5 jam dan 2 gram waktu paruh 9 jam.
Eliminasi aspirin utamanya melalui urin, 75% dalam bentuk salicyluric acid dan 10% dalam bentuk asam salisliat. [7]
Resistensi
Telah terdapat sejumlah laporan terkait dugaan resistensi aspirin, umumnya melalui serial kasus. Resistensi aspirin adalah sebuah fenomena laboratorium, yaitu masih ditemukannya aktivitas enzim COX-1 pada trombosit walaupun telah mendapatkan terapi aspirin. Resistensi aspirin tidak selalu bermakna secara klinis. [9]
Beberapa hal yang dapat menjelaskan fenomena resistensi aspirin dan kegagalan terapi aspirin antara lain:
- Telah ditemukan sejumlah polimorfisme genetik, namun belum ada bukti kuat keterkaitan polimorfisme tersebut dengan resistensi aspirin, infark miokard, stroke, dan kematian
- Pada sebagian pasien dengan dugaan resistensi aspirin, ditemukan bahwa mayoritas memiliki masalah kepatuhan berobat
-
Penggunaan aspirin enteric-coated memperlambat hingga menurunkan penyerapan aspirin [10]
-
Penggunaan proton-pump inhibitor diduga menganggu kerja aspirin [11,12]
Saat ini telah terdapat sejumlah pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa resistensi aspirin, namun tidak direkomendasikan untuk dikerjakan secara rutin karena data yang ada saat ini menunjukkan bahwa resistensi aspirin murni adalah kasus yang jarang. Temuan resistensi aspirin pada laboratorium lebih sering karena faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terutama masalah kepatuhan berobat. [9,13,14]