Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Penanganan Luka Lecet general_alomedika 2022-02-08T10:43:56+07:00 2022-02-08T10:43:56+07:00
Penanganan Luka Lecet
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Penanganan Luka Lecet

Oleh :
dr. Michael Susanto
Share To Social Media:

Teknik dalam penanganan luka lecet mencakup pembersihan luka, pemberian dressing yang adekuat, profilaksis yang sesuai, serta perawatan luka yang komprehensif.

Persiapan Pasien

Semua terapi pada trauma perlu mengikuti proses primary survey dan kemudian secondary survey sesuai Advanced Trauma Life Support (ATLS). Pasien perlu dalam kondisi aman dan stabil dahulu sebelum tindakan penanganan luka lecet dilakukan. Sebelum melakukan tindakan apapun pada pasien, pasien perlu dijelaskan mengenai apa yang akan dilakukan kepadanya, dimulai dari pemeriksaan hingga tata laksana sehingga dapat menurunkan rasa takutnya dan meningkatkan kooperasi.[2]

Informed consent perlu didapatkan dari pasien. Luka lecet pada umumnya adalah suatu masalah yang tidak terlalu berat dan informed consent cukup untuk didapatkan secara lisan dari pasien atau keluarganya.[1,2,3]

Anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien perlu dilakukan dahulu sebelum melakukan tindakan.[2,3]

Anamnesis

Diperlukan anamnesis lengkap mengenai kapan dan mekanisme terjadinya luka serta semua faktor-faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang dapat mempengaruhi baik kesembuhan luka maupun kemungkinan infeksi perlu diketahui.

Jarak waktu dari saat awal terjadinya luka, terapi yang telah diberikan pasien sendiri, mekanisme terjadinya luka, lingkungan di mana luka terjadi, serta status imun pasien perlu diketahui. Kemungkinan untuk terjadinya infeksi pada luka akan meningkat semakin lama luka diterapi secara definitif.

Walau demikian, golden period untuk sebuah luka sangatlah variatif. Luka kotor dapat mengalami infeksi 3 jam setelah kejadian apabila tidak diberikan terapi sedangkan luka bersih pada daerah dengan vaskularisasi banyak seperti kulit kepala atau muka dapat ditutup pada waktu 24 jam tanpa risiko tinggi terjadi infeksi. Secara umum, luka ringan yang bersih akan mengandung kurang dari 105 bakteri per gram jaringan yang terluka pada waktu dibawah 6 jam sebelum kejadian dan cukup aman untuk ditutup.[4]

Dokter juga harus menanyakan mengenai faktor intrinsik pasien yang dapat memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi termasuk usia, berat badan, medikasi, diabetes mellitus atau penyakit kronis lainnya, alergi, status nutrisi, dan mobilitas.[2,3]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada luka mencakup penilaian jumlah jaringan yang hancur, tingkat kontaminasi, dan kerusakan pada struktur sekitarnya.

Pemeriksaan fisik luka sebaiknya dilakukan dengan teknik aseptik. Walau kondisi pemeriksaan yang paling ideal adalah dengan sarung tangan steril, pemeriksaan dengan sarung tangan yang bersih saja dapat dilakukan. Tidak ada data yang mengkuantifikasi kenaikan infeksi apabila sarung tangan steril tidak digunakan.

Klinisi perlu dengan jelas dapat mendiagnosa suatu kondisi luka lecet. Kemungkinan untuk terjadinya luka campuran juga perlu dipikirkan. Selain luka lecet bisa terdapat luka laserasi, luka hancur, luka tusuk, dan avulsi yang membutuhkan penanganan berbeda. Penting juga untuk mengetahui tingkat kontaminasi luka. Terdapat 2 jenis utama kategori kontaminasi luka:

  • Luka terkontaminasi: luka yang relatif bersih dengan usia sekitar <12 jam. Risiko infeksi adalah 1.1-21%
  • Luka kotor: Luka dengan bagian jaringan yang lebih sedikit vaskularisasinya, dengan usia sekitar >12 jam. Risiko infeksi adalah 7-38%

Lokasi luka juga dapat menentukan risiko infeksi. Luka pada daerah dengan banyak mikroflora yang banyak seperti kulit kepala berambut, kening, ketiak, perineum, penis, vagina, mulut, jari, dan kulit dapat meningkatkan risiko infeksi. Daerah yang banyak vaskularisasinya seperti kulit kepala dan wajah memiliki tingkat infeksi yang lebih rendah. Daerah kulit pada organ yang lebih distal pada umumnya juga memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi.

Luka lecet pada umumnya hanya mencapai kedalaman dermis hingga epidermis. Walau demikian perlu diketahui bahwa luka tersebut yang juga disebut sebagai abrasion burn atau friction burn dapat dikategorikan seperti luka bakar.[2,5]

Luka bakar mencakup 4 stadium yaitu:

  • Superfisial (derajat 1): hanya pada epidermis
  • Partial thickness superficial (derajat 2): hingga ke dermis superficial (papiler)

  • Partial thickness dalam (derajat 2): hingga ke dermis dalam (retikuler)

  • Full thickness (derajat 3): hingga ke seluruh dermis

  • Full thickness dalam (derajat 4): hingga ke lemak, otot, dan tulang

Lecet yang mencapai derajat 2 partial thickness dalam atau yang lebih buruk dapat menjadi pemikiran untuk dilakukan tindakan grafting kulit dan konsultasi kepada dokter bedah. Tidak ada indikasi khusus mengenai kapan pasien dapat dikonsulkan kepada dokter bedah.[6]

Informed consent perlu didapatkan dari pasien. Luka lecet pada umumnya adalah suatu masalah yang tidak terlalu berat dan informed consent cukup untuk didapatkan secara oral dari pasien atau keluarganya.[2]

Peralatan

Beberapa peralatan yang diperlukan untuk tatalaksana tindakan penanganan luka lecet di rumah sakit atau klinik. Tatalaksana dari luka lecet terdiri dari perawatan bedah dan perawatan luka, yang akan dijelaskan berikut ini.

Perawatan Bedah

  • Sarung tangan bersih/ steril
  • Pelindung splashback yang terdiri dari Gown bila terindikasi dan pelindung wajah/ mata
  • Linen saver pad/ waterproof bed pad
  • Alat-alat anestesi bila diperlukan adalah spuit 3.5 cc, Lidocaine5%-1.0% atau procaine 0.5-1.0% atau 0.25% bupivacaine, dan anestesi topikal LET/ EMLA

Perawatan Luka

  • Cairan irigasi yang terpilih (prescribed irrigant) yaitu; normal saline, air steril, air botol, hydrogen peroksida atau povidone iodine
  • Alat irigasi yang terdiri dari Spuit 35 cc dan Jarum 18-ga/ 19-ga
  • Kasa steril[1,7]
  • Kantong sampah tahan air

Posisi Pasien

Pasien dapat diletakkan pada posisi supine pada tempat tidur pasien. Semua terapi luka apabila memungkinkan sebaiknya dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang oleh karena pasien dapat pingsan ataupun terjatuh pada saat tindakan dilakukan.[2] Selain dalam posisi supine, pasien sebaiknya diletakan dalam posisi di mana pada saat dilakukan irigasi cairan dapat turun dari bagian atas luka hingga ke bawah. Sebuah pad dapat diletakkan pada bawah luka sehingga cairan tidak membasahi dan mengotori tempat tidur pasien.[7]

Prosedural

Kondisi luka, derajatnya, dan kondisi pasien secara holistik perlu dievaluasi. Pemeriksaan fisik perlu dilakukan dengan sarung tangan bersih. Luka lecet dengan sendirinya biasanya tidak begitu parah, walau demikian perlu dipikirkan kemungkinan keperluan untuk konsultasi pada dokter bedah pada kasus-kasus yang lebih parah.[2,6] Luka perlu dibersihkan secepat mungkin setelah evaluasi. Tujuan dari pembersihan luka adalah untuk: (1) menghilangkan bakteria dan menurunkan jumlahnya sehingga tidak terjadi infeksi, dan (2) menghilangkan kotoran dan debris yang dapat memperpanjang proses inflamasi atau mempromosikan pertumbuhan bakteri.[6]

Anestesi pada Luka Lecet

Pada saat pemeriksaan luka dan pembersihannya, pasien dapat diberikan anastesi dahulu. Pemberian anestesi pada luka lecet bila ringan biasanya tidak begitu diperlukan. 2 jenis utama anestesi adalah anestesi topikal dan infiltrasi.[2]

  • Anestesi topikal yang dapat digunakan untuk kulit terbuka adalah campuran lidocaine 4%, epinefrin 1:2000, dan tetrakain 0.5% (LET). LET tersedia dalam bentuk gel atau cairan. 1-3 mL LET dapat diletakan dalam kasa dan ditekankan pada luka selama 15-30 menit. Dahulu terdapat campuran tetrakain, epinefrin, dan kokain namun sudah tidak dipakai lagi[2,6,8,9]
  • Krim Eutectic mixture of local anesthetics (EMLA) biasanya dipakai untuk kulit yang utuh namun juga dapat dipakai secara off-label untuk luka-luka ringan[8]
  • Pada anestesi infiltrasi, agen anestesi diinjeksikan secara langsung pada luka atau juga dengan cara field block. Agen yang paling sering digunakan untuk anestesi infiltrasi adalah lidocaine5%-1.0%, procaine 0.5-1.0%, dan 0.25% bupivacaine[2]

Irigasi

Pastikan pasien dalam posisi supine sebelum pembersihan luka.[2]

Pembersihan luka dapat dilakukan dengan irigasi atau mechanical scrubbing.

Terdapat beberapa pilihan cairan irigasi yang dapat dipakai dalam membersihkan luka:[1,7]

  • Normal saline adalah pilihan yang paling sering dipakai karena keamanannya. Cairan normal saline bersifat fisiologis sehingga tidak diabsorpsi oleh tubuh dan tidak menyebabkan hemolisis. Kekurangan dari normal saline adalah cairan ini tidak dapat membersihkan luka yang sangat kotor dan nekrotik. Cairan normal saline sebaiknya dipakai dalam waktu 24 jam sejak pertama kali terbuka oleh sehingga tidak terkontaminasi oleh bakteri

  • Air steril dapat dipakai untuk membersihkan luka dan lebih murah dari normal saline. Tingkat infeksi pencucian luka oleh normal saline dan air steril cukup mirip sehingga solusi ini dapat digunakan sebagai alternatif. Kekurangan air steril adalah sifat hipotoniknya yang dapat menyebabkan hemolisis dan diserapnya oleh jaringan

  • Air botol dapat digunakan sebagai pengganti normal saline dan air steril, terutama pada kondisi gawat darurat di lokasi-lokasi yang kurang memadai

  • Povidone iodine (betadine) adalah suatu cairan antimikroba spektrum luas, efektif terhadap sejumlah patogen termasuk Staphylococcus aureus. Tingkat infeksi setelah penggunaan normal saline dan povidone iodine cukuplah mirip. Walau demikian, solusi ini dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang sehat serta jaringan granulasi; dan juga dapat mengering dan menyebabkan diskolorasi pada kulit serta menyebabkan iritasi lokal pada bagian kulit sekitar yang luka. Cairan povidone iodine yang dipakai untuk membersihkan luka sebaiknya encer 1%. Terdapat cairan 7.5% yang dipakai untuk membersihkan tangan dalam proses surgical scrub dan 10% yang kemudian diencerkan 10:1

  • Hidrogen peroksida 3% merupakan suatu antiseptik yang penggunaannya kontroversial karena sifat sitotoksiknya terhadap jaringan sehat. American Medical Association menyarankan penggunaan hidrogen peroksida hanya untuk mengangkat debris dan kotoran dari luka, terutama luka yang nekrotik. Apabila digunakan, luka perlu dicuci ulang dengan normal saline

Setelah memilih cairan yang untuk membersihkan luka, dapat dilakukan irigasi. Perlu diketahui keefektifan irigasi tergantung dari tekanan cairan yang diberikan.[2,7]

Tekanan cairan irigasi yang disarankan oleh Agency for Healthcare Policy and Research (AHCPR) adalah 4-15 psi. Tekanan lebih tinggi dari 15 psi dapat menyebabkan trauma pada luka dan membuat bakteri semakin masuk pada luka. Irigasi disarankan untuk menggunakan spuit 35 cc dengan ujung jarum 18-ga/ 19-ga. Tekanan spuit dengan ujung jarum 19-ga umumnya mengeluarkan tekanan 11-31 psi namun ujung yang mencapai luka dapat menjadi serendah 8 psi. Tekanan yang lebih rendah dari 4 psi ditemukan tidak cukup kuat untuk membersihkan luka secara signifikan. Penggunaan bulb syringe atau penekanan kantong cairan irigasi (menekan kolf normal saline) ditemukan tidak seefektif irigasi dengan tekanan spuit.

Pada luka yang terkontaminasi perlu diketahui bahwa pembasahan luka tanpa menggunakan suction tidaklah efektif dan dapat memperparah kontaminasi. Walau demikian, hal ini mungkin tidak perlu dilakukan pada mayoritas luka-luka lecet. Pada umumnya, jumlah cairan yang optimal untuk digunakan untuk irigasi adalah sekitar 50-100 mL per cm2 luka. Jumlah cairan optimal ditentukan oleh karakteristik luka dan tingkat kontaminasi. Luka perlu dilakukan irigasi hingga semua kotoran yang terlihat sudah tidak ada.

Proteksi Splashback

Irigasi luka, terutama dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan splashback kepada lingkungan sekitar. Penggunaan proteksi seperti face shield dan mask dapat digunakan bila perlu.[7]

Mechanical Scrubbing

Luka lecet dapat dilakukan scrubbing dengan solusi irigasi. Semua kotoran/ material yang tidak bisa diabsorpsi perlu dihilangkan karena apabila terjebak pada dermis pada penyembuhan dapat terjadi efek tato pada kulit. Scrubbing pada luka dapat lebih baik membuang benda asing, bakteri, dan debris jaringan dari pada irigasi saja, walau demikian tindakan tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan lebih pada jaringan sehingga terjadi inflamasi lebih lanjut.

Beberapa klinis hanya melakukan tindakan scrubbing pada luka-luka yang kotor saja yang telah terkontaminasi. Apabila irigasi saja tidak dapat membersihkan luka perlu dilakukan tindakan scrubbing. Pada saat tindakan sebaiknya dilakukan dengan sponge fine-pore sehingga abrasi jaringan terjadi secara minimal. Cairan irigasi yang digunakan sebaiknya juga memakai detergen seperti povidone iodine dari pada saline karena dapat meminimalisir gesekan dan melarutkan partikel sehingga lebih mudah terlepas dari permukaan luka.[1.2]

Penggunaan Solusi Antibiotik untuk Irigasi

Penggunaan solusi antibiotik untuk irigasi bukanlah suatu hal yang rutin digunakan dalam praktek. Walau demikian hingga sekarang masih belum ditemukan komplikasi yang berhubungan dengan penurunan sensitivitas antibiotik dan terbentuknya tingkat antibiotik yang toksik dalam jaringan.

Mechanical scrubbing perlu dilakukan sebelum pemberian solusi antibiotik. Tidak ada indikasi khusus untuk penggunaan solusi antibiotik untuk irigasi. WHO tidak menyarankan penggunaan solusi antibiotik dalam pembersihan luka.[2,10]

Penggunaan Dressing pada Luka Lecet

Penggunaan dressing oklusif jauh lebih efektif dalam menyembuhkan luka dari pada tidak menggunakannya. Pemakaian dressing harus sesuai dengan luka yang dialami. Dressing yang baik dapat memberikan:[2,11,12]

  • Lingkungan yang lembab
  • Mempromosikan penyembuhan migrasi epidermis dan pembentukan jaringan baru
  • Proteksi dari infeksi bakteri
  • Tidak menempel pada luka dan mudah untuk dilepas
  • Memiliki sifat debridemen dan menyerap eksudat luka
  • Steril, tidak toksik, dan tidak menyebabkan alergi

Terdapat bermacam-macam jenis dressing serta kelebihan dan kekurangannya:[1,11]

Dressing Tradisional

Penggunaan dressing tradisional seperti kasa, lint¸ plester, dan cotton wool, ini cukuplah murah namun memiliki kekurangan perlu sering diganti dan pada akhirnya juga dapat menyebabkan biaya yang lebih dari pada penggunaan dressing modern lainnya. Dressing tradisional lebih mudah mengering dan seringkali dapat menempel pada luka sehingga nyeri dan dapat mengambil bagian luka yang sedang membaik. Oleh sebab itu dressing tradisional sebaiknya digunakan untuk luka dengan eksudat minimal atau sebagai eksudat pada lapisan luar apabila dibutuhkan.

Alginate

Alginate merek Algisite, Comfeel, Curasorb, Kaltogel, Kaltostat, Sorbsan, Tegagel. Alginate terdiri dari ekstrak rumput laut dan memiliki tingkat absorpsi eksudat yang sangat tinggi.

Hydrofiber

Hydrofiber merek Aquacel, Aquacel-Ag, Versiva. Hydrofiber terdiri dari pad tekstil yang absorptif yang memiliki tingkat absorpsi eksudat yang baik.

Foam: merek LYOfoam, Spyrosorb, Allevyn. Dressing ini terdiri dari polyurethane foam dan cocok untuk luka yang bergranulasi dengan eksudat minimal.

Hydrocolloid

Hydrocolloid: merek CombiDERM, COmfeel, DUoDerm, CGF Extra Thin, Granuflex, Tegasorb. Dressing ini terdiri dari suspensi mikrogranul polimer sintetik atau natural seperti gelatin atau pektin dalam suatu adhesive matrix. Granul tersebut dapat berubah dari status semi hydrated menjadi bentuk gel pada saat mengabsorpsi eksudat. Hydrocolloid baik untuk luka nekrotik yang kering, luka dengan eksudat minimal, dan luka bersih yang bergranulasi.

Hydrogel

Hydrogel: merek Aquasorb, DuoDerm, Intrasite Gel, Granugel, NormlGel, Nu-Gel, Purilon Gel, KY Jelly. Dressing ini berbasis air atau gliserin dan terdiri dari polimer hidrofilik semipermeable. Memiliki sifat mendinginkan luka dan dapat mengabsorbsi cairan tergantung dari tingkat hidrasi luka. Hydrogel baik untuk digunakan pada luka yang kering termasuk eskar.

Film transparan

Film transparan: merek OpSite, Skintact, Release Tegaderm, Bioclusive. Keuntungan utama dari dressing ini adalah sifat transparannya yang memungkinkan inspeksi luka tanpa membuka luka. Walau demikian dressing ini tidak memiliki tingkat absorpsi eksudat. Film transparan baik untuk digunakan pada luka yang bersih dan kering dengan eksudat minimal. Dressing ini juga dapat digunakan sebagai pengerat material absorptif yang dapat diletakan di bawahnya.

Terdapat peran yang terbatas pada penggunaan antibiotik salep  pada luka lecet karena keamanan dan keefektifan penggunaannya masih tidak jelas diketahui. Penggunaan antibiotik salep dapat menyebabkan resistensi pada kuman namun juga terlihat dapat menurunkan tingkat infeksi. Antibiotik salep pada luka dapat menurunkan tingkat terbentuknya crust dan pengeringan luka serta penempelan luka pada dressing.

Kortikosteroid memiliki efek yang buruk pada penyembuhan luka. Penggunaan salep asetonid triamsinolon 0.1% dapat menghambat penyembuhan luka sebanyak 60%. Kortikosteroid oral dosis rendah diduga tidak memiliki efek samping terhadap penyembuhan luka namun dosis yang tinggi juga dapat menghambat penyembuhan luka, terutama bila dikonsumsi sebelum luka atau pada 3 hari pertama penyembuhan luka.[2]

Profilaksis dan Anti Nyeri

Profilaksis antibiotik sistemik pada umumnya tidak terindikasi pada luka lecet kecuali pada kasus-kasus tertentu:[1,2,13,14]

  • Luka gigitan pada ekstremitas
  • Gigitan manusia
  • Luka yang berhubungan dengan tendon, tulang, atau sendi
  • Laserasi intraoral
  • Luka dengan kontaminasi berat (umumnya terindikasi dengan nanah atau terkena tanah, kotoran, dll)

Tidak ada pilihan antibiotik tertentu yang paling superior yang dapat diberikan pada pasien. Beberapa sumber merekomendasikan antibiotik golongan penisilin seperti amoxicillin atau sefalosporin generasi 1 seperti cefazolin.

Luka dianggap rentan untuk terkena tetanus apabila baru dibersihkan dan diberikan terapi pada waktu 6 jam atau lebih setelah kejadian. Indikasi lain untuk profilaksis tetanus adalah:[10,15]

  • Luka tusuk
  • Mencakup banyak bagian jaringan yang kehilangan perdarahan
  • Sepsis
  • Terkontaminasi oleh tanah atau kotoran yang diduga mengandung organisme tetanus

  • Luka bakar
  • Frostbite
  • Luka oleh karena proyektil cepat

Tabel 1. Profilaksis tetanus pada luka

Sejarah vaksinasi tetanus toksoid Luka ringan bersih Luka lainnya
Td  (vaksin tetanus) TIG (tetanus immunoglobulin) Td TIG
Tidak diketahui atau <3 dosis Ya Tidak Ya Ya

> 3 dosis

Ya apabila >10 tahun setelah dosis terakhir Tidak Ya apabila >5 tahun setelah dosis terakhir Tidak

Sumber:  Larry M Bush, 2021.[15]

Untuk mengatasi nyeri pada luka lecet, penggunaan analgetik dapat dilakukan sesuai dengan pain ladder WHO.[16] Untuk nyeri ringan pasien dapat diberikan anti nyeri non-opioid seperti paracetamol atau non-steroidal anti inflammatory drugs (NSAID) misal ibuprofen.

Follow Up

Pasien perlu diajarkan agar luka tetap kering dan dressing tidak kotor pada saat pulang selama 24-48 jam. Luka yang bersih dan lembab dapat tertutup dengan koagulum dan sel epitel setelah sekitar 48 jam dan sudah “kedap” terhadap bakteria. Kontrol sebaiknya dilakukan 2-3 hari setelah pasien pulang. Luka sebaiknya ditutupi oleh dressing pada minggu pertama dan penggantian dressing tersebut sebaiknya dilakukan setiap hari.[2]

Pasien perlu diajarkan tanda-tanda infeksi dan kembali datang apabila terjadi. Tanda-tanda infeksi yang perlu diajarkan adalah kemerahan, bengkak, nanah, dan nyeri. Telah ditemukan tingkat underdiagnosis pada pasien lebih tinggi dari pada overdiagnosis pada infeksi.

Referensi

1. Daley B, Bhat S. Wound Care: Background, Epidemiology, Etiology [Internet]. Medscape Updated 2020. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/194018-treatment
2. Roberts J. Roberts and Hedges' clinical procedures in emergency medicine. 7th ed. Philadelphia: Elsevier/Saunders; 2014.https://www.elsevier.com/books/roberts-and-hedges-clinical-procedures-in-emergency-medicine-and-acute-care/roberts/978-0-323-35478-3.
3. Lloyd J. Treatment of superficial wounds and management of associated pain. Primary Health Care [Internet]. 2008 [cited 24 December 2017];18(4):41-46. Available from: https://journals.rcni.com/primary-health-care/treatment-of-superficial-wounds-and-management-of-associated-pain-phc2008.05.18.4.41.c6540
4. Schwartz S, Brunicardi F, Andersen D, Billiar T, Dunn D, Hunter J et al. Schwartz's principles of surgery. 11th ed. New York: McGraw Hill Medical; 2015.https://accessmedicine.mhmedical.com/book.aspx?bookID=2576
5. Ansell Healthcare. Burns - Assessment and Management [Internet]. AnsellCares; 2017 [cited 24 December 2017]. Available from: http://ansellhealthcare.com/pdf/edPro/RN_CEU_BurnsMgmt_Final.pdf
6. Worster B, Zawora M, Hsieh C. Common Questions About Wound Care. American Family Physician [Internet]. 2015 [cited 24 December 2017];91(2):86-92. Available from: https://www.aafp.org/afp/2015/0115/p86.html
7. Gabriel A. Wound Irrigation [Internet]. Medscape. 2017 [cited 24 December 2017]. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1895071-overview#showall
8. Kundu S, Achar S. Principles of Office Anesthesia: Part II. Topical Anesthesia. American Family Physician [Internet]. 2002 [cited 24 December 2017];66(1):99-102. Available from: https://www.aafp.org/afp/2002/0701/p99.html
9. Topical Anesthetics in Children [Internet]. Medscape. 2017 [cited 24 December 2017]. Available from: https://www.medscape.org/viewarticle/570327
10. WHO. Prevention and management of wound infection [Internet]. WHO. 2017 [cited 24 December 2017]. Available from: http://www.who.int/hac/techguidance/tools/guidelines_prevention_and_management_wound_infection.pdf
11. Dhivya S, Padma V, Santhini E. Wound dressings – a review. BioMedicine [Internet]. 2015 [cited 24 December 2017];5(4):24-28. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4662938/
12. Beam J. Occlusive Dressings and the Healing of Standardized Abrasions. Journal of Athletic Training [Internet]. 2008 [cited 24 December 2017];43(6):600-607. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2582552/
13. Singer A. Lacerations - Injuries; Poisoning - MSD Manual Professional Edition [Internet]. MSD Manual Professional Edition. 2017 [cited 25 December 2017]. Available from: http://www.msdmanuals.com/en-pt/professional/injuries-poisoning/lacerations-and-abrasions/lacerations
14. Singer A. Abrasions - Injuries; Poisoning - MSD Manual Professional Edition [Internet]. MSD Manual Professional Edition. 2017 [cited 25 December 2017]. Available from: http://www.merckmanuals.com/professional/injuries-poisoning/lacerations-and-abrasions/abrasions
15. Lentino J. Tetanus - Infectious Diseases - MSD Manual Professional Edition [Internet]. MSD Manual Professional Edition. 2021. Available from:https://www.msdmanuals.com/professional/infectious-diseases/anaerobic-bacteria/tetanus

Kontraindikasi Penanganan Luka L...
Komplikasi Penanganan Luka Lecet

Artikel Terkait

  • Rasionalisasi Pemberian Antibiotik Profilaksis pada Luka
    Rasionalisasi Pemberian Antibiotik Profilaksis pada Luka
  • Debridemen Luka Berkala pada Penatalaksanaan Luka Kronik
    Debridemen Luka Berkala pada Penatalaksanaan Luka Kronik
  • Prinsip Penatalaksanaan Luka Kronik
    Prinsip Penatalaksanaan Luka Kronik
  • Efektivitas Madu dalam Perawatan Luka
    Efektivitas Madu dalam Perawatan Luka
  • Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
    Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
11 Januari 2023
Pengganti H2O2 3% untuk membersihkan luka
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dok.Dalan hal membersihkan luka dg susp Mikroorganisme anaerob. Jika tdk tersedia H202 3%, adakah penggantinya selain H2O2 3% ?
dr. Hudiyati Agustini
06 Desember 2022
Pinggir bibir sering pecah dan perih - Kulit Ask the Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO dr. Risty SpDV, pasien dewasa muda mengeluh seringkali pinggir bibir pecah dan perih, hilang timbul, demam disangkal. Apakah termasuk angular chelitis?...
dr. Retma Rosela Nurkayanty
01 Desember 2022
Diagnosis keluhan lesi di hidung pada anak umur 8 tahun
Oleh: dr. Retma Rosela Nurkayanty
4 Balasan
Alodokter, izin berdiskusi Saya menemukan kasus adanya pasien anak berumur 8 tahun dengan keluhan adanya lesi di hidung sejak 1 minggu. Awalnya kecil di...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.