Povidone Iodine untuk Manajemen Luka

Oleh :
dr. Harris Bartimeus, Sp.B

Penggunaan povidone iodine pada manajemen luka bertujuan untuk membantu mencegah dan/atau mengurangi infeksi. Pengendalian infeksi termasuk dalam konsep manajemen luka yaitu TIME. Konsep TIME terdiri dari debridemen tissue (jaringan) yang nonviable, mengatasi inflammation/infection (inflamasi/infeksi), mengendalikan moisture (kelembapan luka), dan penilaian terhadap edge of wound (tepi luka).

Povidone iodine adalah salah satu pilihan antiseptik yang digunakan saat proses debridemen di mana permukaan dan tepi luka dibersihkan dari kontaminan, patogen, dan sisa dressing luka sebelumnya. Hal ini diperlukan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka.[1,2]

poviodineluka

Antiseptik yang Ideal

Antiseptik yang ideal untuk manajemen luka tentunya harus memiliki beberapa ciri atau fitur yang menguntungkan dalam proses penyembuhan luka. Beberapa ciri antiseptik yang ideal adalah sebagai berikut.

Spektrum Aktivitas Antimikroba Luas 

Antibiotik yang ideal mempunyai spektrum aktivitas antimikroba yang luas, meliputi virus, jamur, dan bakteri.  Spektrum antimikroba dari antiseptik sebaiknya juga mencakup methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan vancomycin-resistant enterococci (VRE).  Antiseptik juga diharapkan memiliki efek antimikroba yang mencapai konsentrasi efek tertentu sekaligus tidak menimbulkan risiko resistansi.

Kemampuan Mengeradikasi Biofilm

Biofilm sendiri merupakan kumpulan polimikroba yang menjadi satu dan terbungkus dalam extracellular polymeric substance (EPS) yang umumnya terbentuk dalam luka kronik seperti ulkus diabetikum. Biofilm menyebabkan luka terjebak dalam proses inflamasi sehingga menghambat proses penyembuhan luka dan mengakibatkan luka menjadi kronik. Oleh karena itu, antiseptik yang ideal seharusnya mampu mengeradikasi biofilm.

Sitotoksisitas yang Rendah

Selain mampu membunuh mikroba secara luas, antiseptik juga dapat mengganggu atau merubah struktur maupun fisiologi sel host. Antiseptik yang ideal seharusnya tidak mempunyai level sitotoksisitas yang rendah. Antiseptik diharapkan tidak mengganggu proses luka normal dalam hal viabilitas, proliferasi, dan migrasi sel-sel radang.

Aman Digunakan

Secara umum, antiseptik sebaiknya aman untuk pemakaian pada pasien.  Antiseptik yang ideal tidak menimbulkan reaksi alergi, respon nyeri dan tidak bersifat toksik maupun mutagenik pada pasien.[3-5]

Mekanisme Antiseptik Povidone Iodine pada Luka

Povidone iodine terdiri atas polimer povidone, hidrogen iodida dan iodine elemental. Dalam kondisi medium yang cair, iodine elemental akan terlepas dari polimer iodine menjadi bentuk molekul iodine bebas. Molekul iodine bebas bersifat germisidal dan menyebabkan oksidasi dari struktur-struktur patogen yaitu asam amino, asam nukleat, dan komponen-komponen pada membran sel patogen. 

Molekul iodine dapat merusak membran sel dengan cara menimbulkan kebocoran pada dinding sel. Proses oksidasi struktur patogen ini berujung pada kematian dari patogen. 10% povidone iodine yang mengandung 1% iodine aktif sering digunakan untuk manajemen luka.[5-8]

Efektivitas Povidone Iodine dalam Penanganan Luka

Efek antimikroba povidone iodine cukup luas, di mana mencakup bakteri, beberapa virus, spora, jamur, protozoa dan kista amuba. Povidone iodine dapat membunuh bakteri Enterococcus faecium, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Acinetobacter baumannii, Pseudomonas aeruginosa, dan Enterobacter sp. Povidone iodine bahkan cukup efektif membunuh bakteri penyebab infeksi nosokomial resistan antibiotik seperti MRSA ataupun VRE.[5-9] 

Selain efek antimikroba, iodine juga mencegah inflamasi yang ditimbulkan baik akibat patogen maupun oleh respon imun tubuh sendiri.[5-8]

Onset dan Durasi Efek Bakterisidal

Dalam beberapa studi didapatkan bahwa kecepatan efek bakterisidal dari povidone iodine lebih superior dibandingkan antiseptik lainnya. Efek bakterisidal povidone iodine 5-10% terhadap koloni methicillin-sensitive staphylococcus aureus (MSSA) dan methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA) terjadi dalam 15-60 detik, sedangkan efek bakterisidal dari chlorhexidine 5% terjadi dalam 2-30 menit.

Dalam segi durasi efek kerja, povidone iodine ditemukan masih aktif bekerja hingga 12-14 jam setelah digunakan pada kulit sehat. Pada sisi lain, durasi kerja chlorhexidine adalah 1-4 jam.[9] 

Resistansi 

Berdasarkan beberapa studi, tidak ditemukan resistansi mikroba terhadap povidone iodine. Hal ini mungkin dikarenakan mekanisme kerja povidone iodine yang memiliki beberapa target kerja pada patogen. Adapun antiseptik yang telah dilaporkan dapat terjadi resistansi mikroba adalah chlorhexidine, triclosan, dan perak. Studi di Eropa dan Jepang menemukan adanya resistansi Staphylococcus aureus terhadap chlorhexidine sebanyak 42% isolat.[8,9]

Eradikasi Biofilm

Studi oleh Hoekstra et al. tahun 2017 mendapatkan povidone iodine lebih superior dibandingkan antiseptik lainnya dalam mengeliminasi biofilm dengan jangka waktu pemberian 4-24 jam.  Kekuatan eliminasi biofilm povidone iodine bahkan lebih baik apabila konsentrasi cairan antiseptik ditingkatkan. 

Sebelumnya, Hosaka et al. pada tahun 2012 meneliti efek eradikasi mikroba menggunakan povidone iodine dapat meningkat seiring dengan peningkatan waktu kontak dan tingkatan konsentrasi yang digunakan.[4,10,11]

Sitotoksisitas dan Tolerabilitas Penggunaan Povidone Iodine

Antiseptik tetap memiliki efek sitotoksik terhadap host.  Pemakaian povidone iodine sebagai antiseptik pada luka dapat berpotensi mengganggu penyembuhan luka karena merusak sel fibroblas, keratinosit dan endotel.[4]  

Namun secara umum, banyak studi menyatakan bahwa di antara semua antiseptik yang beredar, povidone iodine memiliki efek sitotoksik yang paling rendah sehingga penggunaannya secara praktis klinis tidak mengganggu penyembuhan luka.[4,5]

Studi open-label, multicentre, randomised, controlled CLEAN tahun 2015 mendapatkan bahwa reaksi iritasi kulit baik ringan maupun berat lebih sedikit terjadi pada penggunaan povidone iodine-alkohol dibandingkan dengan chlorhexidine-alkohol. Namun, studi CLEAN 3 tahun 2021 tidak menemukan perbedaan bermakna dalam reaksi kulit yang timbul akibat penggunaan kedua antiseptik ini.[7,12,13] 

Rekomendasi Penggunaan Povidone Iodine untuk Manajemen Luka

Povidone iodine dapat diberikan dalam manajemen berbagai jenis luka, baik luka minor seperti laserasi, maupun luka gigitan, luka tusuk, atau luka tembak. Povidone iodine yang digunakan sebagai antiseptik sebaiknya memiliki konsentrasi antara 5-12%.[3,4]  

Penggunaan povidone iodine sebagai antiseptik sebaiknya memiliki waktu kontak setidaknya 1 menit.  Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa efek bakterisidal, fungisidal dan virusidal povidone iodine tercapai setelah 1-5 menit pemakaian pada kulit atau luka; aktivitas virus sudah dapat terhenti secepatnya dalam waktu 30 detik setelah penggunaan povidone iodine.[3,4]

Pada luka yang kronik, povidone iodine dapat digunakan untuk luka-luka yang banyak menghasilkan eksudat dan enzim protease.  Povidone iodine dapat digunakan hingga fase eksudasi terlewati dan perawatan selanjutnya dapat menggunakan dressing yang lembab.[3,14]

Rekomendasi lain untuk meningkatkan efektivitas dari povidone iodine adalah menggunakannya secara kombinasi dengan antiseptik lain.[3] 

Kesimpulan

Berbagai studi telah menunjukkan manfaat povidone iodine untuk manajemen luka. Povidone iodine memiliki cukup banyak atribut antiseptik yang ideal yaitu memiliki spektrum antimikroba yang luas dan mampu mengeradikasi biofilm. Povidone iodine juga memiliki sitotoksisitas yang rendah dan efek samping berupa iritasi kulit yang minimal sehingga aman digunakan pada pasien. 

Povidone iodine sebagai antiseptik direkomendasikan digunakan dalam konsentrasi 5-12% dan selain pada luka gigitan, tusuk, dan tembak, povidone iodine dapat dipakai pada luka kronis bereksudat.

Referensi