Pendahuluan Tetanus
Tetanus didefinisikan sebagai penyakit akut yang ditandai dengan spasme dan rigiditas otot yang disebabkan oleh infeksi Clostridium tetani. Gejala tetanus bervariasi mulai dari kesulitan membuka mulut (trismus), kesulitan menelan (disfagia), kaku kuduk, opistotonus, hingga spasme laring yang dapat menimbulkan gagal napas. Gejala-gejala tersebut ditimbulkan akibat toksin yang diproduksi oleh bakteri anaerob Clostridium Tetani yang masuk melalui luka. [1]
Angka kejadian tetanus sudah menurun jauh semenjak dilakukannya vaksinasi tetanus. Kasus tetanus lebih sering ditemukan pada orang lanjut usia yang tidak pernah mendapatkan vaksin ataupun dengan riwayat vaksinasi tetanus yang tidak adekuat. Pada negara berkembang, kasus tetanus pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum) masih dapat ditemukan. Hal tersebut disebabkan karena proses persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril disertai dengan riwayat vaksinasi tetanus ibu yang buruk.
Tetanus merupakan penyakit dengan prognosis yang buruk, terutama pada kasus tetanus neonatorum dan tetanus sefalik. Tetanus merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang masuk dalam jadwal imunisasi dasar anak, imunisasi tetanus untuk wanita usia subur dan ibu hamil, pemberian imunisasi aktif dan pasif pada kejadian luka yang berisiko, serta booster vaksin tetanus setiap 10 tahun sekali.
Pencegahan tetanus adalah dengan pemberian antitoksin berupa tetanus immunoglobulin, antibiotik, dan terapi suportif jika diperlukan. Pada pasien tetanus yang disertai gagal napas, penggunaan ventilator mekanik mungkin diperlukan. [1,2,3]