Etiologi Limfoma Non Hodgkin
Etiologi limfoma non hodgkin berasal dari banyak faktor, seperti imunosupresi, genetik, infeksi, gaya hidup, dan paparan pekerjaan. Secara umum, etiologi dan faktor risiko limfoma non hodgkin masih diteliti lebih lanjut, dan beberapa etiologi seperti infeksi dan genetik secara spesifik berhubungan dengan subtipe spesifik limfoma non hodgkin.
Modulasi Sistem Imun
Kondisi imunosupresi kongenital maupun didapat adalah faktor terkuat yang meningkatkan risiko limfoma non hodgkin. Kondisi kongenital antara lain: sindrom Wiskott-Aldrich, common variable hypogammaglobulinemia, dan X-linked lymphoproliferative syndrome. Defek pada regulasi imun pejamu juga dapat menyebabkan infeksi yang tidak terkontrol dan proliferasi limfosit B. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkatkan risiko 75-100 kali lipat terjadinya limfoma non hodgkin. Terapi dengan obat-obatan immunosupresi setelah transplantasi organ atau stem cell hematopoietik meningkatkan risiko sebanyak 30-50 kali. Penggunaan kemoterapi atau radiasi kanker juga meningkatkan risiko limfoma non hodgkin.[6,7]
Virus
Beberapa infeksi virus dapat meningkatkan risiko terjadinya limfoma non hodgkin, antara lain:
Epstein-Barr Virus (EBV)
Human T-Cell Lymphotropic Virus (HTLV-1)
Kaposi Sarcoma-associated Herpesvirus (KSHV)/ Human Herpesvirus 8 (HHV8)
Hepatitis C Virus (HCV)
Hepatitis B Virus (HBV)
Herpes zoster virus (HZV)[6,8]
Bakteri
Beberapa infeksi bakteri dapat meningkatkan risiko terjadinya limfoma non hodgkin, antara lain:
Helicobacter pylori (limfoma pada mucosa-associated lymphoid tissue/MALT)
Borrelia burgdorferi (menyebabkan penyakit Lyme; cutaneous B-cell lymphoma)
Chlamydia psittaci (ocular adnexal marginal zone lymphoma)
Gaya Hidup
Rokok
Peran rokok terhadap terjadinya limfoma non hodgkin masih diperdebatkan. Beberapa laporan telah menunjukkan tidak ada peningkatan risiko pada perokok, dengan beberapa pengecualian. Beberapa studi mengaitkan peningkatan risiko subtipe limfoma non hodgkin folikuler pada perokok, melalui induksi translokasi onkogen bcl-2 pada limfosit perifer.[7] Pada meta-analisis dengan 50 studi, merokok meningkatkan risiko limfoma non hodgkin sel T.[6] Peningkatan risiko akibat rokok juga terkait dosis, di mana konsumsi rokok ≥15 batanghari meningkatkan risiko limfoma non hodgkin (OR=1,42) dan limfoma Hodgkin (OR= 2,47) pada sebuah studi kasus kontrol.[9]
Alkohol
Peran alkohol terhadap risiko limfoma non hodgkin juga masih diperdebatkan, dengan hasil peningkatan risiko, penurunan risiko, atau tidak ada perubahan risiko terjadinya limfoma non hodgkin.[7]
Diet
Peran diet terhadap terjadinya limfoma non hodgkin adalah sebagai berikut: daging, terutama daging merah memiliki asosiasi positif pada beberapa studi, dan tidak ada asosiasi pada studi lainnya. Konsumsi ikan menurunkan risiko terjadinya limfoma non hodgkin. Peningkatan risiko limfoma non hodgkin juga berhubungan dengan konsumsi lemak, termasuk lemak hewani, lemak tersaturasi, dan lemak trans. Konsumsi buah dan sayuran menurunkan risiko terjadinya limfoma non hodgkin, terutama pada sayuran berdaun hijau dan sayuran cruciferous (kembang kol, brokoli, kubis). Jumlah karotenoid yang tinggi sebelum diagnosis juga menurunkan risiko limfoma non hodgkin.[6]
Obesitas
Obesitas berhubungan dengan inflamasi low-grade yang bersifat kronik dan modulasi imun yang menjadi predisposisi limfoma non hodgkin. Risiko terjadinya diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL) terkait dengan obesitas dan obesitas berat.[6]
Pewarna Rambut
Produk pewarna rambut mengandung zat mutagenik dan karsinogenik pada hewan. Beberapa studi telah melaporkan risiko limfoma non hodgkin terkait penggunaan pewarna rambut, terutama penggunaan jangka panjang dengan warna gelap.[6,10] Menurut data dari Food and Drug Administration (FDA), pewarna rambut yang dilarang adalah yang mengandung 4-methoxy-m-phenylenediamine 2,4-diaminoanisole, dan 2,4-methoxy-m-phenylenediamine sulfat 2,4-diaminoanisole sulfat. Penggunaan pewarna rambut dengan zat tersebut telah dilarang.[11]
Paparan Pekerjaan
Terdapat beberapa pekerjaan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya limfoma non hodgkin, antara lain: peternak, penyemprot pestisida, pekerja benzena, pekerja karet, kilang minyak, jasa cuci, pemadam kebakaran, dan ahli kimia. Pada peternak, risiko terjadinya limfoma non hodgkin terkait penggunaan herbisida, insektisida organofosfat, dan pupuk.[6]
Genetik
Riwayat limfoma non hodgkin dan kanker hematolimfoid lain pada kerabat dekat meningkatkan risiko limfoma non hodgkin 2-3 kali lipat. Terdapat variasi genetik yang menyebabkan peningkatan daya tahan dan pertumbuhan sel B, yang dapat meningkatkan risiko limfoma non hodgkin. Gen yang terlibat antara lain gen pengkode tumor necrosis factor alpha (TNF-α), sitokin, protein p53, protein perbaikan DNA, enzim biotransformasi, metabolisme folat, human leukocyte antigens (HLA), dan faktor transkripsional (Bcl6).[7]