Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Leukorrhea general_alomedika 2025-06-04T14:46:53+07:00 2025-06-04T14:46:53+07:00
Leukorrhea
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Leukorrhea

Oleh :
dr. Nathania S. Sutisna
Share To Social Media:

Patofisiologi leukorrhea dapat berkaitan dengan kondisi fisiologis, perubahan komposisi flora normal vagina, dan infeksi.

Kondisi Fisiologis (Leukorrhea Fisiologis)

Leukorrhea fisiologis pada wanita usia produktif ditandai dengan keluarnya discar vagina sebanyak kurang lebih 1–4 ml dalam 24 jam. Pada umumnya, leukorrhea ini bening (transparan) atau putih hingga kekuningan, serta tidak berbau. Pada kondisi tinggi estrogen (contoh: kehamilan, penggunaan KB yang mengandung estrogen, dan saat terjadi ovulasi), leukorrhea fisiologis dapat keluar lebih banyak.[1,3]

Bakterial Vaginosis

Bakterial vaginosis dulu lebih sering dikenal dengan Gardnerella vaginitis karena disebabkan oleh kuman Gardnerella vaginalis. Bakterial vaginosis terjadi akibat disbiosis  pada vagina. Pada kondisi ini, jumlah flora normal Lacobacilli yang memproduksi hydrogen peroksida berkurang digantikan dengan Gardnerella vaginalis, Prevotella sp., dan Mobiluncus sp yang meningkatkan pH menjadi basa.[4]

Candidiasis Vaginalis

Candidiasis vaginalis disebabkan oleh jamur Candida albicans (paling sering) dan Candida glabrata (7–16% kasus). Candidiasis dapat menyerang pada vulva dan menyebabkan peradangan sehingga dikenal sebagai candidiasis vulvovaginitis. Candidiasis menyebabkan reaksi peradangan karena menyerang lapisan mukosa pada vagina. Reaksi peradangan ini didominasi dengan sel polimorfonuklear dan makrofag.[2,5,6]

Klamidia

Infeksi klamidia pada genitalia wanita disebabkan oleh spesies Chlamydia trachomatis yang merupakan bakteri patogen intraselular obligat golongan gram negatif dan ditularkan melalui hubungan seksual. Klamidia berpotensi menimbulkan komplikasi antara lain infeksi asendens yang menyebabkan penyakit radang panggul, komplikasi kehamilan dan peningkatan risiko terjadinya kanker serviks.[7] C. trachomatis menyerang sel-sel epitel dan membuat reaksi peradangan. Respon peradangan ini dapat merusak jaringan dan dapat berujung pada terjadinya jaringan parut (scarring). Komplikasi pada kehamilan yang dapat timbul adalah ketuban pecah dini, kelahiran prematur, korioamnionitis, hingga infeksi postpartum dan neonatus.[7,8]

Gonorrhea

Bakteri yang menyebabkan timbulnya leukorrhea adalah Neisseria gonorrhea. N. gonorrhea yang merupakan bakteri diplokokus intraselular yang bersifat parasit obligat. Penyakit ini lebih sering dikenal dengan gonorrhea. N. gonorrhea menginvasi traktus urogenital setelah ditularkan saat hubungan seksual. Faktor virulensi yang dimiliki oleh N. gonorrhea adalah pili, protein Opa, protein Por, lipooligosakarida, dan IgA1 protease. Sitokin-sitokin yang dapat menyebabkan inflamasi akan datang ke tempat infeksi dan membuat terjadinya pengeluaran duh pustular. Gonorrhea yang tidak diobati pada wanita dapat menimbulkan komplikasi seperti salfingitis, penyakit radang panggul, dan sepsis. Kondisi ini dapat berujung pada infertilitas dan kehamilan ektopik.[9,10]

Trikomoniasis

Trikomoniasis disebabkan oleh infeksi protozoa Trichomonas vaginalis yang menyerang jaringan epitel skuamosa pada genitalia dan merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual. T. vaginalis merupakan parasit obligat yang dapat melakukan fagositosis terhadap bakteri.[11,12]

Referensi

1. Spence D, Melville C. Vaginal discharge. BMJ, 2007;335(7630):1147-1151.
2. Hainer BL, Gibson MV. Vaginitis: diagnosis and treatment. Am Fam Physician, 2011;83(7):807-815
3. Gomez-lobo V. Assessment of vaginal discharge. BMJ Best Practice. Updated: Aug 2018. Available from: https://bestpractice.bmj.com/topics/en-gb/510
4. Bagnall P, Rizzolo D. Bacterial vaginosis: a practical review. Journal of American Academy of Physician Assistants, 2017;30(12):15-21.
5. Dovnik A, Golle A, Novak D, et al. Treatment of vulvovaginal candidiasis: a review of the literature. Acta Dermatovenerologica, 2015;24:5 – 7.
6. Jeanmonod R, Jeanmonod D. Candidiasis, Vaginal (Vulvovaginal Candidiasis). In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2018 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459317/
7. Malthora M, Sood S, Mukherjee A, et al. Genital chlamydia trachomatis: an update. Indian J Med Res, 2013;138(3):303-316
8. Darville T, Hilke TJ. Pathogenesis of genital tract disease due to chlamydia trachomatis. J of Infectious Dis, 2010;201(S2):S114-S125
9. Hill SA, Masters TL, Wachter J. Gonorrhea – an evolving disease of the new millennium. Microb cell, 2016;3(9):371-389
10. Walker CK, Sweet RL. Gonorrhea infection in women: prevalence, effects, screening and management. Int J Womens Health, 2011;3:197-206
11. Kissinger P. Trichomonas vaginalis: a review of epidemiologic, clinical and treatment issues. BMC Infect Dis, 2015;15:307
12. Mercer F, Johnson PJ. Trichomonas vaginalis: pathogenesis, symbiont interactions, and host cell immune responses. Trends in parasitology, 2018;34(8):683-693

Pendahuluan Leukorrhea
Etiologi Leukorrhea

Artikel Terkait

  • Pemberian Probiotik pada Bacterial Vaginosis
    Pemberian Probiotik pada Bacterial Vaginosis
  • Bahaya Penggunaan Douche Vagina
    Bahaya Penggunaan Douche Vagina
  • Hindari Pemberian Antibiotik Berikut pada Pasien Hamil
    Hindari Pemberian Antibiotik Berikut pada Pasien Hamil
  • Dampak Kemudahan Mengakses Antijamur untuk Kandidiasis Vulvovaginal
    Dampak Kemudahan Mengakses Antijamur untuk Kandidiasis Vulvovaginal
  • Teknik Anamnesis Riwayat Kesehatan Seksual
    Teknik Anamnesis Riwayat Kesehatan Seksual

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 06 Juni 2025, 19:27
Candidosis Vulvovaginalis dari PERDOSKI
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Maaf saya izin buka diskusi saja, Saya Melihat dari PERDOSKI terbaru bahwa candidosis Vulvovaginalis masuk dalam kategori Infeksi menular seksual dan terapi...
Anonymous
Dibalas 07 Maret 2025, 11:11
Efektivitas tatalaksana candidiasis oral pasien HIV
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter mau tanya. Pasien hiv dgn candidiasis oral lebih efektif mana pake obat nistatin tab atau nistatin suspensi yaa ts ? Mohon pencerahannya
Andini Innayah
Dibalas 30 Mei 2024, 14:25
Perbedaan dermatitis intertriginosa dengan kandidiasis intertriginosa
Oleh: Andini Innayah
2 Balasan
Selamat malam Dokter-Dokter, Kakak abang dan teman-teman. Izin bertanya, boleh dijelaskan apa yang membedakan Dermatitis Intertriginosa dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.