Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Kanker Ovarium general_alomedika 2019-03-29T16:55:55+07:00 2019-03-29T16:55:55+07:00
Kanker Ovarium
  • Pendahuluan
  • Etiologi
  • Patofisiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Kanker Ovarium

Oleh :
Yelvi Levani
Share To Social Media:

Diagnosis kanker ovarium sulit dilakukan pada stadium dini karena tidak adanya gejala spesifik. Kanker ovarium umumnya terdeteksi pada stadium lanjut dengan gejala seperti asites, gangguan pencernaan dan nyeri perut. Untuk menegakkan diagnosis kanker ovarium dibutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan, USG, penanda tumor dan biopsi.

Anamnesis

Gejala klinis yang dapat dirasakan pasien di antaranya:

  • Pembesaran perut
  • Perut kembung
  • Gangguan pencernaan seperti konstipasi, diare, mual, muntah, asam lambung naik
  • Mudah lelah
  • Sesak napas
  • Gangguan pada saluran kencing
  • Perdarahan per vaginam
  • Penurunan berat badan
  • Nyeri pada panggul dan perut.[19]

Pada saat anamnesis harus digali mengenai riwayat kanker pada keluarga karena kanker ovarium dipengaruhi oleh genetik. Riwayat penggunaan obat-obatan hormon serta riwayat obstetrik harus ditanyakan kepada pasien.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien di antaranya pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan sistemik dari kepala sampai ekstremitas serta pemeriksaan bimanual. Kondisi yang dapat ditemukan saat pemeriksaan fisik stadium lanjut di antaranya adalah asites, efusi pleura, obstruksi gastrointestinal, serta massa pada abdomen/pelvis.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari kanker ovarium di antaranya adalah:

  • Kista ovarium: Kista ovarium dapat dipengaruhi oleh hormonal dan siklus menstruasi. Kista ovarium yang berukuran kecil biasanya tidak memberikan gejala dan diketahui secara tidak sengaja pada pemeriksaan USG. Tetapi dalam kondisi yang jarang, kista ovarium tersebut dapat menetap dan membesar

  • Tumor adneksa: Tumor adneksa umumnya jinak, tetapi bila ditemukan pada perempuan prapubertas atau wanita menopause maka kemungkinan berisiko ganas. Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti USG atau evaluasi melalui pembedahan[20]
  • Kanker lain seperti: kanker usus besar, kanker serviks, kanker pankreas, kanker peritoneal, kanker rahim

  • Endometriosis

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis  adalah pemeriksaan radiografi dan penanda tumor. Pemeriksaan histopatologi umumnya dilakukan bersamaan dengan operasi laparoskopi untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan tipenya. Lesi ovarium umumnya ditemukan secara insidental pada pemeriksaan radiografi abdomen atau pelvis untuk indikasi lainnya.

Pemeriksaan Radiografi

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat karena dapat menentukan morfologi tumor pelvis, serta menilai ada tidaknya massa pada bagian lain abdomen. Ultrasonografi transvaginal bermanfaat untuk menilai struktur dan pendarahan ovarium, membedakan massa kistik dan solid, serta mendeteksi adanya asites. Tingkat akurasi pemeriksaan ini untuk membedakan massa jinak dan ganas adalah sensitivitas 86-94%, spesifisitas 94-96%.

Walau demikian, perlu diingat bahwa ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh operator (operator-dependent). Studi dilakukan untuk validasi eksternal sistem skoring ultrasonografi transvaginal untuk kanker ovarium dan hasilnya menunjukkan bahwa performa pemeriksaan ini inferior dibandingkan dengan tingkat akurasi yang dilaporkan. Selain itu, ultrasonografi juga memiliki nilai prediksi positif yang rendah karena tingginya prevalensi lesi ovarium jinak.[21-23]

X-ray thorax atau CT scan rutin dilakukan untuk membantu eksklusi efusi pleura dan metastasis pulmonar. CT scan lebih disarankan karena sekaligus digunakan untuk staging kanker.

MRI lebih superior karena dapat menentukan jenis jaringan tumor, termasuk adanya lemak, darah, musin, cairan, atau jaringan pada massa ovarium. Hal ini bermanfaat untuk menentukan apakah massa tersebut jinak atau ganas. Walau demikian, pemeriksaan ini tidak umum dilakukan mengingat harga yang lebih mahal dan ketersediaan alat.[21,22]

Pemeriksaan Penanda Tumor

Pemeriksaan penanda tumor yang dilakukan adalah CA 125 pada darah. Pemeriksaan ini sebaiknya dikombinasikan dengan pemeriksaan radiologis untuk mendeteksi kanker ovarium. Selain CA 125, assay yang dapat digunakan untuk pemeriksaan di antaranya adalah apolipoprotein A1, follicle stimulating hormone (FSH) dan human epididymis protein 4. Walau demikian, pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi yang rendah.[24]

Kombinasi Pemeriksaan Ultrasonografi dan Penanda Tumor

Keterbatasan pemeriksaan ultrasonografi dan penanda tumor menjadi dasar penelitian untuk kombinasi kedua pemeriksaan ini. Studi menunjukkan tingkat akurasi yang lebih tinggi sehingga kombinasi kedua pemeriksaan ini saat ini menjadi standar diagnosis kanker ovarium.

Walau demikian masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai standar penelitian (apakah penanda tumor terlebih dahulu, ultrasonografi terlebih dahulu, atau keduanya bersamaan), serta akurasi pemeriksaan.[23]

Pemeriksaan Histopatologi

Biopsi dengan aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy) tidak rutin dilakukan. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan operasi laparoskopi untuk mereseksi tumor. Dari pemeriksaan histopatologi dapat diketahui secara pasti apakah tumor tersebut ganas atau jinak dan tipe dari keganasan tersebut.[25]

Berdasarkan histopatologi, kanker ovarium dibedakan menjadi beberapa jenis di antaranya tipe epitelial tipe yang terbanyak (90%) yang meliputi subtipe serosa, endometrioid, clear-cell dan karsinoma musinosa. Dari tipe ini yang paling banyak adalah high-grade serous carcinoma (HGSC).  Tipe kanker ovarium yang lain di antaranya adalah tumor stromal, tumor sel germinal, karsinoma peritoneal primer dan metastasis tumor ovarium.[1] Beberapa kanker ovarium diduga berasal dari luar ovarium, banyak kasus HGSC ovarium ditemukan berasal dari tuba fallopii. Baik ovarium maupun tuba falopii berasal dari epitel coelomic pada saat perkembangan embrio.[26]

Stadium Kanker Ovarium

Stadium kanker ovarium menggunakan pembagian stadium dari International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Stadium ditentukan berdasarkan lokasi kanker. Kanker yang terlokalisir pada ovarium dan tuba falopii merupakan tumor stadium 1, kanker yang meluas ke jaringan sekitar dikategorikan sebagai stadium 2, sedangkan pada stadium 3 dan 4 telah terjadi metastasis.

Tabel 1. Stadium Kanker Ovarium berdasarkan FIGO

Stadium TNM Deskripsi
I T1 Tumor terdapat di ovarium dan tuba falopii
IA T1A Tumor terbatas pada satu ovarium (dengan kapsul ovarium intak) atau terbatas pada tuba falopii, tidak ada tumor di permukaan ovarium maupun tuba falopii; tidak ada sel ganas di kavum peritoneal
IB T1B Tumor terdapat di kedua ovarium (dengan kapsul ovarium intak) atau terbatas pada tuba falopii, tidak ada tumor di permukaan ovarium maupun tuba falopii; tidak ada sel ganas di kavum peritoneal
IC T1C

Tumor terbatas pada satu atau dua tuba falopii dengan derajat:

1C1: Dapat diambil dengan operasi

1C2: Kapsul ruptur sebelum operasi atau tumor terdapat di permukaan ovarium atau tuba falopii

1C3: Terdapat sel ganas pada kavum peritoneal

II T2

Tumor melibatkan satu atau dua ovarium atau tuba falopii dengan perluasan ke pelvis dibawah pelvic brim atau terdapat kanker peritoneal primer (Tp)

IIA T2A Perluasan dan/atau implantasi tumor pada uterus dan/atau tuba falopii dan/atau ovarium
IIB T2B Perluasan tumor ke jaringan intraperitoneal pelvis yang lain
III T3 Tumor melibatkan satu atau dua ovarium, atau tuba falopii atau kanker peritoneal primer dengan pemeriksaan histologi/sitologi menunjukkan perluasan keluar peritoneum di luar pelvis dan/atau metastase ke kelenjar getah bening retroperitoneal
IIIA

T3a/

T3aN1

Metastasis ke kelenjar getah bening retroperitoneal dengan atau tanpa keterlibatan peritoneal di pelvis secara mikroskopis

-IIIA1: metastasis kelenjar getah bening retroperitoneal (dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologi)

-IIIA1(i): metastasis sampai ukuran 10mm

-IIIA1(ii): Metastasis lebih dari 10 mm

-IIIA2: Terdapat keterlibatan intraperitoneal esktrapelvis secara mikroskopis dengan atau tanpa metastasis kelenjar getah bening retroperitoneal

IIIB

T3B/

T3BN1

Metastasis peritoneal secara makroskopis di sekitar pelvis dengan ukuran sekitar 2 cm dengan atau tanpa metastasis kelenjar getah bening retroperitoneal
IIIC

T3C/

T3CN1

Metastasis peritoneal secara makroskopis di sekitar pelvis dengan ukuran lebih dari 2 cm dengan atau tanpa metastasis kelenjar getah bening retroperitoneal (termasuk perluasan tumor ke kapsul hati atau limpa tanpa keterlibatan parenkim organ)
IV

T4/

TxNxM1

Kanker sudah menyebar jauh kecuali peritoneal

IVA: Efusi pleura dengan sitologi positif

IVB: Metastasis ke parenkim dan metastasis ke organ extra abdominal

Sumber: dr. Yelvi Levani, 2019.[1]

Referensi

19. Goff BA, Mandel LS, Drescher CW, et al. Development of ovarian cancer symptom index: possibilities for earlier detection. Cancer. 2007; 109(2):221-7.
20. Suh-Burgmann E, Kinney W. The value of monitoring of adnexal masses for earlier detection of ovarian cancer. Front Oncol. 2016. 6:25.
21. Green AE. Ovarian Cancer. Medscape. 2018. Diunduh dari: https://emedicine.medscape.com/article/255771
22. Doubeni CA, Dubeni ARB, Myers AE. Diagnosis and Management of Ovarian Cancer. Am Fam Physician. 2015 Jun 1;93(11):937-944.
23. Rauh-Hain JA, Krivak TC, del Carmen MG, Olawaiye AB. Ovarian Cancer Screening and Early Detection in the General Population. Rev Obstet Gynecol. 2011;4(1):15-21. Diunduh dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3100094/
24. Kindelberger, D. W. et al. Intraepithelial carcinoma of the fimbria and pelvic serous carcinoma: evidence for a causal relationship. Am. J. Surg. Pathol. 2007: 31, 161–169
25. Coleman RL, Herzog TJ, Chan DW, et al. Validation of second-generation multivariate index assay for malignancy risk of adnexal masses. Am J Obstet Gynaecol. 2016 Mar 9.
26. Demir, R. H. & Marchand, G. J. Adnexal masses suspected to be benign treated with laparoscopy. JSLS. 2012; 16, 71–84.

Epidemiologi Kanker Ovarium
Penatalaksanaan Kanker Ovarium

Artikel Terkait

  • Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
    Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
  • Bedak Talc dan Risiko Kanker Ovarium
    Bedak Talc dan Risiko Kanker Ovarium
  • Kanker Ovarium Stadium Lanjut: Pembedahan Primer atau Neoadjuvan Kemoterapi
    Kanker Ovarium Stadium Lanjut: Pembedahan Primer atau Neoadjuvan Kemoterapi
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
03 September 2021
Peranan pemeriksaan radiologi dalam diagnosis kanker ovarium - Obgyn Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Iwan, Sp.OG, (K) Onk., izin bertanya dokter.Pemeriksaan radiologi apa saja yang akan bermanfaat dalam diagnosis kanker ovarium?Terimakasih sebelumnya...
drg.Erwin Sutono, Sp.Pros
13 April 2021
Penanganan yang tepat bagaimana untuk pasien kanker ovarium metastase paru
Oleh: drg.Erwin Sutono, Sp.Pros
2 Balasan
Mohon teman sejawat sekalian memberikan info apakah ada saran terbaik untuk penanganan pasien dan rumah sakit yang bisa membantu dalam penanganan kasus...
Anonymous
07 Oktober 2019
Penarikan Ranitidine oleh BPOM Karena Risiko terjadinya kanker
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Dok, ada kabar yang Saya dengar bahwa Ranitidine akan ditarik karena dapat memicu kanker, apakah isu itu benar?

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.