Edukasi dan Promosi Kesehatan Kanker Ovarium
Edukasi harus diberikan pada penderita kanker ovarium mengenai penyakit, rencana terapi, dan prognosisnya. Promosi kesehatan berupa skrining tidak direkomendasikan. Deteksi dini disarankan pada populasi berisiko tinggi seperti orang dengan riwayat keluarga menderita kanker.
Edukasi
Pasien yang menderita kanker ovarium harus mendapatkan edukasi dan informasi mengenai penyakitnya, rencana terapi dan prognosisnya. Setelah terapi, pasien juga perlu diberikan edukasi mengenai pemantauan yang akan dilakukan. Pemantauan dilakukan berdasarkan rekomendasi the Society of Gynecologic Oncologist tahun 2011 mencakup pemeriksaan fisik setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 4-6 bulan pada tahun ketiga, dan setiap 6 bulan setiap tahun untuk seterusnya. CT scan juga perlu dilakukan bila ada kecurigaan kekambuhan. Orang dengan kanker ovarium harus dilakukan skrining terhadap kanker payudara karena kedua kanker ini memiliki faktor mutasi genetik yang sama.
Edukasi pada orang yang berisiko terkena kanker ovarium, misalnya pengguna terapi hormon, untuk memodifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi, misalnya dengan menurunkan berat badan dan berhenti merokok.
Skrining dan Deteksi Dini Kanker Ovarium
Skrining kanker ovarium pada populasi umum dengan memeriksa penanda tumor CA-125 dan pemeriksaan USG intravaginal secara rutin tidak direkomendasikan.[31]
Deteksi dini perlu dilakukan pada populasi berisiko tinggi berupa pemeriksaan genetik untuk melihat ada tidaknya mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, pemeriksaan pelvis, ultrasonografi transvaginal, dan pemeriksaan biomarker CA-125. Yang didefinisikan sebagai populasi berisiko tinggi adalah orang dengan riwayat kanker pada keluarga.[27]
Untuk mencegah terjadinya kanker ovarium, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan, yaitu pemberian kontrasepsi oral, ligasi tuba, salfingo-ooforektomi, dan konseling genetik. Pemberian kontrasepsi oral kombinasi menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium dan dinilai aman untuk orang dengan mutasi pada BRCA1 dan BRCA2. Ligasi tuba diasosiasikan dengan penurunan risiko kanker ovarium, baik pada populasi umum, maupun pada wanita berisiko tinggi.
Salfingo-ooforektomi terbukti menurunkan risiko kanker ovarium hingga 80% pada wanita dengan mutasi pada BRCA1 dan BRCA2. Tindakan ini juga perlu dipertimbangkan sebagai metode sterilisasi, serta dilakukan bersamaan pada tindakan histerektomi.
Konseling genetik perlu disarankan pada wanita dengan risiko tinggi, khususnya pada orang dengan riwayat keluarga menderita kanker, atau orang dengan kanker payudara.[32,33]