Penatalaksanaan Kanker Ovarium
Penatalaksanaan kanker ovarium utama adalah pembedahan. Saat operasi, juga dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menentukan ada tidaknya keganasan serta jenis kanker, dan juga penentuan staging kanker. Kemoterapi ajuvan dilakukan pada pasien setelah pembedahan, kecuali jika penyakit terbatas hanya pada ovarium, serta pada kanker yang tidak dapat dioperasi.
Operasi dengan Sitoreduksi
Operasi bertujuan untuk menentukan staging kanker, sitoreduksi untuk meningkatkan keberhasilan kemoterapi, serta untuk tujuan kuratif pada kanker yang terbatas hanya pada ovarium saja. Dengan pembedahan, diharapkan kontrol kanker dapat maksimal dan harapan hidup dapat dipertahankan selama mungkin.
Operasi dengan sitoreduksi oleh ahli ginekologis onkologi merupakan pilihan utama pada pasien kanker ovarium. Seberapa luas operasinya bergantung dari stadium kanker, misalnya wanita dengan kanker stadium lanjut akan menjalani ooforektomi bilateral sedangkan pada stadium I dapat dilakukan ooforektomi unilateral. Tindakan operasi sering kali mereseksi organ lain yang terlibat secara makroskopis misalnya reseksi usus besar, uterus, massa adneksa dan peritonektomi.[1]
Penambahan Kemoterapi
Penambahan kemoterapi dengan menggunakan dasar platinum setelah operasi direkomendasikan pada pasien kanker ovarium stadium awal (stadium 2 ke atas) dan/atau pada pasien yang memiliki karakter histologi spesifik (HGSC atau karsinoma clear-cell).
Kemoterapi diberikan setelah pembedahan atau pada pasien yang tidak dapat dioperasi. Penambahan kemoterapi setelah pembedahan dapat meningkatkan angka harapan hidup pasien. Pada tahun 2011, European Medicines Agency merekomendasikan penambahan bevacizumab selain carboplatin dan paclitaxel.[1]
Berdasarkan rekomendasi dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN), kemoterapi primer yang disarankan adalah:
- Stadium IA, IB atau IC dari kanker ovarium epitel : 3-6 siklus taxan/carboplatin kemoterapi ajuvan intravena
- Stadium II-IV: Kemoterapi intraperitoneal atau 6-8 siklus taxan/carboplatin intravena
Pada pasien yang mengalami rekurensi dapat diberikan kombinasi kemoterapi platinum dengan docetaxel atau etoposide atau gemcitabine atau liposomal doxorubicin + bevacizumab atau paclitaxel + bevacizumab atau Topotecan + bevacizumab. Selain itu bisa diberikan PARP inhibitor (poly-ADP-ribose polymerase) yang berfungsi untuk menghalangi homeostasis sel dan menyebabkan kematian sel, di antaranya termasuk olaparib, rucaparib dan niraparib.[27]
Pengawasan Setelah Terapi
Rekomendasi pengawasan setelah terapi dari the Society of Gynecologic Oncologist pada tahun 2011 di antaranya:
- Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan pelvis dan kelenjar getah bening setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 4-6 bulan pada tahun ketiga, dan setiap 6 bulan pada tahun keempat dan seterusnya
- Pemeriksaan CA 125 bersifat opsional
- Lakukan CT scan hanya bila dicurigai ada kekambuhan (rekurensi)[28]