Prognosis Abortus
Prognosis abortus bergantung pada penyebab abortus, umur pasien dan hasil pemeriksaan ultrasonografi. Temuan USG yang konsisten dengan kemungkinan abortus adalah denyut jantung janin kurang dari 90 kali per menit, abnormalitas bentuk dan ukuran kantong gestasi, serta ada perdarahan subkorionik. [4,7,8,13,15]
Komplikasi
Salah satu komplikasi abortus adalah adhesi intrauterine. Sebuah studi melaporkan kejadian adhesi intrauterine didapatkan pada 1 dari 5 pasien dengan riwayat abortus. Kebanyakan dari adhesi ini bersifat ringan. Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya adhesi adalah abortus berulang dan tindakan kuretase. [18]
Komplikasi lain adalah adanya jaringan sisa setelah abortus spontan atau setelah kuretase. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan terus menerus ataupun perlunya dilakukan tindakan kuretase ulang.
Pada penelitian jangka panjang yang melibatkan 1 juta wanita, didapati bahwa abortus berkaitan dengan risiko aterosklerosis. Pada wanita dibawah usia 35 tahun,13% berisiko mengalami infark myocard, 16% mengalami infark serebrovaskular, dan 20% mengalami hipertensi ginjal dibanding wanita yang tidak mengalami abortus.
Studi prospektif menyatakan bahwa 186 pasien abortus mengalami 28% Post Traumatic Stress Disorder dan 32% mengalami ansietas setelah 1 bulan pertama. [4,7,16,17]
Prognosis
Prognosis abortus umumnya baik, terutama pada pasien yang baru pertama kali mengalami abortus. Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien abortus dapat hamil kembali dan melahirkan hidup dalam jangka kurang lebih 5 tahun setelah abortus, apapun penatalaksanaan yang digunakan pada abortus sebelumnya. [19]