Penatalaksanaan Abortus
Konfirmasi diagnosis penting dilakukan sebelum melakukan penatalaksanaan abortus karena penatalaksanaan tanpa indikasi dapat menyebabkan gangguan dan komplikasi kehamilan serta timbul defek pada janin.
Stabilisasi
Pada tahap ini, dilakukan penilaian keadaan umum ibu secara menyeluruh mencakup tanda vital dan memeriksa tanda-tanda syok seperti akral dingin, pucat, takikardi, dan tekanan sistolik <90 mmHg). Resusitasi cairan dilakukan jika terjadi hipotensi dan syok.
Berobat Jalan (Expectant Management)
Expectant management dianjurkan pada abortus inkomplit yang usia kehamilannya kurang dari 16 minggu dengan tanda vital baik dan tidak ada tanda infeksi. Tingkat kesuksesan dari pendekatan tatalaksana ini mencapai 90%. [17]
Expectant management dilakukan dengan membiarkan sisa jaringan meluruh secara alami. Umumnya peluruhan jaringan komplit akan terjadi selama 2 minggu namun pada beberapa kasus bisa lebih lama (3-4 minggu).
USG ulang yang mendapati jaringan sudah meluruh semua atau penurunan kadar HCG sebanyak 80% dalam 1 minggu setelah keluarnya hasil konsepsi adalah penanda abortus sudah komplit [2, 17]
Medikamentosa
Obat mungkin diperlukan untuk membantu mengeluarkan sisa jaringan yang masih ada. Golongan obat yang mungkin diberikan pada abortus adalah penginduksi rahim dan Rh immunoglobulin.
Penginduksi Rahim
Pilihan obat penginduksi rahim adalah oksitosin dan misoprostol. Oksitosin diberikan pada abortus yang terjadi dengan usia kehamilan lebih dari 16 minggu melalui infus oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL dengan kecepatan 40 tetes per menit [13]
Pilihan lainnya adalah pemberian misoprostol. Dengan pemberian misoprostol, 71-84% ekspulsi komplit akan terjadi. Pemberian per vaginam lebih disukai karena obat oral dan sublingual akan memberikan lebih banyak efek samping seperti diare, mual, dan muntah. [4] Penggunaan misoprostol pada abortus dilaporkan mengurangi kebutuhan dilakukan tindakan kuretase hingga 60%. Dosis yang disarankan adalah 400-800 mcg per vaginam.[2]
Rh Immunoglobulin
Jika ibu memiliki golongan darah rhesus negatif, ibu dianjurkan untuk menerima Rh immunoglobulin setelah terjadi abortus agar tidak terjadi inkompatibilitas rhesus jika pada kehamilan berikutnya janin memiliki golongan darah rhesus positif.
Dosis yang diberikan adalah 50 mikrogram (250 IU) akan efektif pada 12 minggu gestasi, diberikan setelah tindakan kuretase atau pada expectant management. [9]
Pembedahan
Tindakan bedah dilakukan jika :
- Risiko perdarahan meningkat misalnya jika terjadi pada trimester pertama akhir
-
Memiliki pengalaman traumatik sebelumnya misalnya karena riwayat abortus sebelumnya, stillbirth atau perdarahan antepartum
- Meningkatnya efek samping perdarahan misalnya karena koagulopati atau tidak bisa mendapat transfusi darah
- Pasien tidak ingin menunggu spontan atau menolak pemberian obat induksi rahim.
- Adanya infeksi [4]
Tindakan dilakukan dengan teknik aspirasi vakum atau kuretase tajam. Jika perdarahan masih berlanjut, disarankan untuk mempertimbangkan perlunya tindakan laparoskopi atau laparotomi. [4,7,9] Tidak ada perbedaan yang bermakna antara penggunaan teknik aspirasi vakum dengan teknik kuretase tajam. [2]