Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Abortus general_alomedika 2022-05-10T11:09:52+07:00 2022-05-10T11:09:52+07:00
Abortus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Abortus

Oleh :
dr. Pika Novriani Lubis
Share To Social Media:

Diagnosis abortus ditentukan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti plano pregnancy test, ultrasonografi dan laboratorium darah.

Anamnesis

Pada saat anamnesis, pada pasien penting untuk ditanyakan kapan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) untuk menentukan usia kehamilan, apakah pernah ada riwayat abortus sebelumnya, dan apakah ada faktor risiko yang mendasari.

Pasien dengan abortus dapat datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dan nyeri suprapubik yang bisa menjalar ke punggung atau bokong, disertai tanda-tanda kehamilan seperti amenore atau terlambat haid. Jika jaringan telah keluar, maka perdarahan dan nyeri perut akan berkurang. [17]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus abortus adalah pemeriksaan tanda vital untuk memastikan stabilitas hemodinamik karena adanya perdarahan pervaginam, serta pemeriksaan obstetri seperti perabaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual, inspekulo, dan pemeriksaan denyut jantung janin.

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan abortus bisa ditemukan ukuran rahim tidak sesuai dengan usia kehamilan. Selain daripada itu, nyeri tekan ekstraurine juga perlu diperiksa untuk mendeteksi adanya kehamilan ektopik atau ruptur uterus.

Apabila janin sudah keluar, maka tidak akan ditemukan denyut jantung janin.

Pemeriksaan bimanual dan inspekulo dapat dilakukan jika pasien tidak stabil untuk melihat apakah terdapat jaringan di serviks uteri yang menyebabkan stimulus vagal. [17]

Diagnosis Banding

Abortus bisa didiagnosis banding dengan keadaan fisiologi yakni flek nidasi. Diagnosis banding lainnya adalah kondisi patologis yakni kehamilan ektopik dan mola hidatidosa.

Perdarahan Vagina Fisiologis Akibat Flek Nidasi

Flek nidasi akibat implantasi terkadang terjadi pada kehamilan normal. Gejala yang timbul berupa spotting atau flek ringan yang mungkin terjadi pada 1-2 minggu paska pembuahan dimana sel telur mulai menempel pada uterus. Pada keadaan ini, flek akan menghilang dalam 3-5 hari.

Kehamilan Ektopik

Pasien dengan kehamilan ektopik juga bisa datang dengan keluhan mirip abortus. Pada kehamilan ektopik, akan didapatkan nyeri perut, distensi abdomen, dan juga teraba massa adneksa. Pada USG, akan didapatkan janin ekstrauterine.

Mola Hidatidosa

Pada mola hidatidosa, pasien datang dengan keluhan perdarahan yang disertai tanda kehamilan, sama seperti abortus. Namun, pada mola hidatidosa, hormon HCG akan sangat meningkat, sehingga kehamilan sering disertai hiperemesis. Pada hasil pemeriksaan USG, tidak didapati hasil konsepsi, tetapi didapati gambaran honeycomb pattern. [4,6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendiagnosis abortus adalah plano pregnancy test, laboratorium darah, dan ultrasonografi.

Plano Pregnancy Test

Plano pregnancy test yang diperiksa melalui urin akan menunjukkan hasil positif pada 2 minggu pasca terbentuknya konsepsi janin. Pada abortus, plano pregnancy test umumnya masih positif sampai 7-10 hari pasca abortus namun berangsur-angsur akan menjadi negatif. [15]

Pemeriksaan Laboratorium Darah

Jika terjadi perdarahan hebat pada abortus, akan ditemukan penurunan hemoglobin (Hb) dan hematokrit, serta terjadi peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri (shift to the left) jika terjadi infeksi.

Profil koagulasi dianjurkan diperiksa hanya jika ada perdarahan masif.

Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch dilakukan jika ada indikasi transfusi darah. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus juga diperlukan untuk melihat adanya kemungkinan inkompatibilitas, serta untuk menentukan jika diperlukan pemberian anti-D.

Pemeriksaan beta HCG darah dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan plasenta. Pada abortus, kadar beta HCG bisa lebih rendah atau menurun dibanding sebelumnya dan akan normal dalam 2 minggu setelah abortus. Pemeriksaan ini jarang diperlukan, tetapi dapat dilakukan sebagai pemeriksaan serial untuk menunjang diagnosis jika kelangsungan kehamilan meragukan. [4,7,17]

USG

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) umumnya dianjurkan dilakukan untuk melihat ada tidaknya kantung gestasi, untuk mengetahui apakah embrio masih berkembang, dan untuk mendeteksi detak jantung janin. USG transvaginal lebih baik dibanding transabdominal karena gambaran yang ditampilkan lebih jelas.  USG transvaginal disarankan terutama pada pasien obesitas dan pasien dengan uterus retrofleksi. [4,17]

Klasifikasi Abortus

Abortus dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi abortus imminens, insipiens, inkomplit, komplit, dan missed abortion.

Abortus Imminens

Abortus imminens disebut juga abortus mengancam. Pada jenis ini, hasil konsepsi masih berada di dalam rahim dan ostium uteri masih tertutup.

Abortus Insipiens

Abortus insipiens adalah suatu keadaan yang lebih berat dibandingkan abortus imminens. Pada jenis ini, hasil konsepsi masih di dalam rahim, denyut jantung janin masih ada, tetapi ostium uteri sudah terbuka.

Abortus Inkomplit dan Komplit

Pada abortus inkomplit, denyut jantung janin sudah tidak ada. Sebagian hasil konsepsi sudah keluar, tetapi masih ada jaringan tersisa di dalam rahim. Sebaliknya, pada abortus komplit, seluruh hasil konsepsi sudah keluar dari kavum uteri.

Missed Abortion

Pada missed abortion, hasil konsepsi sudah tidak viable, tidak ada denyut jantung janin lagi, tetapi tidak ada jaringan yang keluar dari kavum uteri.

Tabel 1. Klasifikasi Abortus

Diagnosis Nyeri perut

Perdarahan

vagina

Pemeriksaan

spekulum

Pemeriksaan denyut jantung janin Keterangan
Abortus imminens Tidak ada Sedikit Ostium uteri masih tertutup Masih didapati denyut jantung janin Hasil konsepsi janin masih dalam rahim
Abortus insipens Nyeri ringan Sedikit sampai sedang Ostium uteri terbuka, serviks mendatar Masih didapati detak jantung janin janin Hasil konsepsi janin masih dalam rahim
Abortus inkomplit Nyeri perut sedang-berat Perdarahan sedang-berat Ostium uteri terbuka dan terkadang terlihat hasil konsepsi Tidak didapati denyut jantung janin Sebagian hasil konsepsi keluar dari kavum uteri, namun masih ada yang tertinggal dalam rahim
Abortus komplit Nyeri ringan Sedikit Ostium uteri tertutup/terbuka Tidak didapati denyut jantung janin Seluruh hasil konsepsi keluar dari kavum uteri
Missed abortion Tidak ada Tidak ada Ostium uteri tertutup Tidak didapati denyut jantung janin Janin telah mati tapi tidak ada hasil konsepsi janin keluar dari kavum uteri

 

Referensi

4. A. Y. Weintraub and E. Sheiner, In Bleeding During Pregnancy: A Comprehensive Guide, 2011, 25-44. DOI 10.1007/978-1-4419-9810-1
6. E. E. Puscheck. Early Pregnancy Loss. 2018.
7. J. Calleja-Agius, E. Jauniaux, S. Muttukhrishna. Inflammatory Cytokines in Maternal Circulation and Placenta of Chromosomally Abnormal First Trimester Miscarriages. 2012,1-6 www.http://dx.doi.org/10.1155/2012/175041
15. American Pregnancy Association. D&C Procedure After A Miscarriage. 2018.
17. Prine LW, Macnaughton H. Office Management of Early Pregnancy Loss. Am Fam Phys, 2011. 84(1): 75-82.

Epidemiologi Abortus
Penatalaksanaan Abortus

Artikel Terkait

  • Progesteron Oral VS Per Vaginam untuk Tata Laksana Abortus Imminens
    Progesteron Oral VS Per Vaginam untuk Tata Laksana Abortus Imminens
  • Progesteron Tidak Bermanfaat pada Perdarahan Trimester Pertama – Telaah Jurnal
    Progesteron Tidak Bermanfaat pada Perdarahan Trimester Pertama – Telaah Jurnal
  • Apakah Antibiotik Profilaksis Perlu Diberikan pada Semua Tindakan Kuretase
    Apakah Antibiotik Profilaksis Perlu Diberikan pada Semua Tindakan Kuretase
  • Bagaimana Edukasi Pasien Yang Meminta Aborsi Di Indonesia
    Bagaimana Edukasi Pasien Yang Meminta Aborsi Di Indonesia
Diskusi Terkait
Anonymous
01 Maret 2022
Pasien dengan abortus insipien
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat pagi TSIzin bertanya, pada kasus abortus insipien komplitBerapa lama pemberian obat methylergometrin?Kapan pasien diperbolehkan untuk melakukan HB...
dr. Karina Sutanto
25 Januari 2022
Apakah semua abortus harus di kuretase kecuali abortus komplit? - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Karina Sutanto
8 Balasan
Alo dr. Thomas, SpOG, izin tanya dok. Banyaknya kasus abortus pada trimester 1, apakah semuanya harus di kuretase kecuali abortus komplit? apa ada...
dr.Maulidya Sari
16 Maret 2021
Abortus akibat suntik kb
Oleh: dr.Maulidya Sari
9 Balasan
Alo dokter.Izin sharing case yg sy dapat kmrn ya dok.User saya adalah seorang wanita 22 thn, konsultasi utk bertanya bahwa ada sesuatu yg keluar di celana...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.