Diagnosis Abortus
Diagnosis abortus ditentukan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti plano pregnancy test, ultrasonografi dan laboratorium darah.
Anamnesis
Pada saat anamnesis, pada pasien penting untuk ditanyakan kapan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) untuk menentukan usia kehamilan, apakah pernah ada riwayat abortus sebelumnya, dan apakah ada faktor risiko yang mendasari.
Pasien dengan abortus dapat datang dengan keluhan perdarahan pervaginam dan nyeri suprapubik yang bisa menjalar ke punggung atau bokong, disertai tanda-tanda kehamilan seperti amenore atau terlambat haid. Jika jaringan telah keluar, maka perdarahan dan nyeri perut akan berkurang. [17]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus abortus adalah pemeriksaan tanda vital untuk memastikan stabilitas hemodinamik karena adanya perdarahan pervaginam, serta pemeriksaan obstetri seperti perabaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual, inspekulo, dan pemeriksaan denyut jantung janin.
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan abortus bisa ditemukan ukuran rahim tidak sesuai dengan usia kehamilan. Selain daripada itu, nyeri tekan ekstraurine juga perlu diperiksa untuk mendeteksi adanya kehamilan ektopik atau ruptur uterus.
Apabila janin sudah keluar, maka tidak akan ditemukan denyut jantung janin.
Pemeriksaan bimanual dan inspekulo dapat dilakukan jika pasien tidak stabil untuk melihat apakah terdapat jaringan di serviks uteri yang menyebabkan stimulus vagal. [17]
Diagnosis Banding
Abortus bisa didiagnosis banding dengan keadaan fisiologi yakni flek nidasi. Diagnosis banding lainnya adalah kondisi patologis yakni kehamilan ektopik dan mola hidatidosa.
Perdarahan Vagina Fisiologis Akibat Flek Nidasi
Flek nidasi akibat implantasi terkadang terjadi pada kehamilan normal. Gejala yang timbul berupa spotting atau flek ringan yang mungkin terjadi pada 1-2 minggu paska pembuahan dimana sel telur mulai menempel pada uterus. Pada keadaan ini, flek akan menghilang dalam 3-5 hari.
Kehamilan Ektopik
Pasien dengan kehamilan ektopik juga bisa datang dengan keluhan mirip abortus. Pada kehamilan ektopik, akan didapatkan nyeri perut, distensi abdomen, dan juga teraba massa adneksa. Pada USG, akan didapatkan janin ekstrauterine.
Mola Hidatidosa
Pada mola hidatidosa, pasien datang dengan keluhan perdarahan yang disertai tanda kehamilan, sama seperti abortus. Namun, pada mola hidatidosa, hormon HCG akan sangat meningkat, sehingga kehamilan sering disertai hiperemesis. Pada hasil pemeriksaan USG, tidak didapati hasil konsepsi, tetapi didapati gambaran honeycomb pattern. [4,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendiagnosis abortus adalah plano pregnancy test, laboratorium darah, dan ultrasonografi.
Plano Pregnancy Test
Plano pregnancy test yang diperiksa melalui urin akan menunjukkan hasil positif pada 2 minggu pasca terbentuknya konsepsi janin. Pada abortus, plano pregnancy test umumnya masih positif sampai 7-10 hari pasca abortus namun berangsur-angsur akan menjadi negatif. [15]
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Jika terjadi perdarahan hebat pada abortus, akan ditemukan penurunan hemoglobin (Hb) dan hematokrit, serta terjadi peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri (shift to the left) jika terjadi infeksi.
Profil koagulasi dianjurkan diperiksa hanya jika ada perdarahan masif.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch dilakukan jika ada indikasi transfusi darah. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus juga diperlukan untuk melihat adanya kemungkinan inkompatibilitas, serta untuk menentukan jika diperlukan pemberian anti-D.
Pemeriksaan beta HCG darah dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan plasenta. Pada abortus, kadar beta HCG bisa lebih rendah atau menurun dibanding sebelumnya dan akan normal dalam 2 minggu setelah abortus. Pemeriksaan ini jarang diperlukan, tetapi dapat dilakukan sebagai pemeriksaan serial untuk menunjang diagnosis jika kelangsungan kehamilan meragukan. [4,7,17]
USG
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) umumnya dianjurkan dilakukan untuk melihat ada tidaknya kantung gestasi, untuk mengetahui apakah embrio masih berkembang, dan untuk mendeteksi detak jantung janin. USG transvaginal lebih baik dibanding transabdominal karena gambaran yang ditampilkan lebih jelas. USG transvaginal disarankan terutama pada pasien obesitas dan pasien dengan uterus retrofleksi. [4,17]
Klasifikasi Abortus
Abortus dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi abortus imminens, insipiens, inkomplit, komplit, dan missed abortion.
Abortus Imminens
Abortus imminens disebut juga abortus mengancam. Pada jenis ini, hasil konsepsi masih berada di dalam rahim dan ostium uteri masih tertutup.
Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah suatu keadaan yang lebih berat dibandingkan abortus imminens. Pada jenis ini, hasil konsepsi masih di dalam rahim, denyut jantung janin masih ada, tetapi ostium uteri sudah terbuka.
Abortus Inkomplit dan Komplit
Pada abortus inkomplit, denyut jantung janin sudah tidak ada. Sebagian hasil konsepsi sudah keluar, tetapi masih ada jaringan tersisa di dalam rahim. Sebaliknya, pada abortus komplit, seluruh hasil konsepsi sudah keluar dari kavum uteri.
Missed Abortion
Pada missed abortion, hasil konsepsi sudah tidak viable, tidak ada denyut jantung janin lagi, tetapi tidak ada jaringan yang keluar dari kavum uteri.
Tabel 1. Klasifikasi Abortus
Diagnosis | Nyeri perut | Perdarahan vagina | Pemeriksaan spekulum | Pemeriksaan denyut jantung janin | Keterangan |
Abortus imminens | Tidak ada | Sedikit | Ostium uteri masih tertutup | Masih didapati denyut jantung janin | Hasil konsepsi janin masih dalam rahim |
Abortus insipens | Nyeri ringan | Sedikit sampai sedang | Ostium uteri terbuka, serviks mendatar | Masih didapati detak jantung janin janin | Hasil konsepsi janin masih dalam rahim |
Abortus inkomplit | Nyeri perut sedang-berat | Perdarahan sedang-berat | Ostium uteri terbuka dan terkadang terlihat hasil konsepsi | Tidak didapati denyut jantung janin | Sebagian hasil konsepsi keluar dari kavum uteri, namun masih ada yang tertinggal dalam rahim |
Abortus komplit | Nyeri ringan | Sedikit | Ostium uteri tertutup/terbuka | Tidak didapati denyut jantung janin | Seluruh hasil konsepsi keluar dari kavum uteri |
Missed abortion | Tidak ada | Tidak ada | Ostium uteri tertutup | Tidak didapati denyut jantung janin | Janin telah mati tapi tidak ada hasil konsepsi janin keluar dari kavum uteri |