Diagnosis Penyakit Huntington’s
Diagnosis penyakit Huntington’s ditegakkan berdasarkan anamnesis untuk menggali gejala sesuai derajat penyakit dan faktor risiko. Anamnesis perlu dilakukan secara rinci dimulai onset ditemukan gejala dan riwayat pada keluarga. Selain itu, diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan kelainan anatomi.[20,21]
Anamnesis
Anamnesis pada penderita penyakit Huntington’s difokuskan pada keluhan utama yang menjadi alasan penderita pergi ke pelayanan kesehatan. Gerakan berlebihan yang tidak disengaja pada bagian tubuh mana pun sering kali menjadi alasan untuk mencari konsultasi medis.
Gejala kognitif merupakan gejala pertama yang dirasakan penderita penyakit Huntington’s. Gejala ini ditemukan ketika penyakit berkembang lebih jauh. Seberapa jauh penyakit telah berkembang dapat diukur dengan menggunakan skala peringkat penyakit Huntington’s terpadu, yang memberikan sistem penilaian keseluruhan berdasarkan penilaian motorik, perilaku, kognitif, dan fungsional. Secara umum, gejala dapat terbagi menjadi gangguan motorik, gejala psikiatri dan penurunan kognitif[20,21]
Gangguan Motorik
Gejala fisik awal yang paling khas pada penyakit Huntington’s adalah adanya gangguan motorik yaitu berupa gerakan tersentak-sentak, acak, dan tidak terkendali yang disebut chorea. Gerakan ini biasanya tidak disadari oleh penderita. Chorea mungkin awalnya ditujukan sebagai kegelisahan umum, gerakan kecil yang tidak disengaja atau tidak tuntas, kurangnya koordinasi, atau gerakan mata sakadik yang lambat.
Kelainan motorik minor ini biasanya mendahului tanda-tanda disfungsi motorik yang lebih jelas setidaknya selama tiga tahun. Gangguan dapat berlanjut dengan munculnya gejala yang jelas seperti kekakuan, gerakan menggeliat, atau postur tubuh yang tidak normal. Gejala ini merupakan tanda-tanda bahwa sistem di otak yang berperan terhadap pergerakan telah terpengaruh. Fungsi psikomotor menjadi semakin terganggu, sehingga setiap tindakan yang memerlukan kontrol otot akan terpengaruh. Gejala umum yang dapat terlihat seperti ketidakstabilan fisik, ekspresi wajah yang tidak normal, dan kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara.[20,21]
Gejala Psikiatri
Gejala psikiatri yang dapat dialami penderita penyakit Huntington’s meliputi sulit konsentrasi, impulsif dan perasaan mudah tersinggung. Penderita juga dapat mengalami depresi bahkan dapat berkembang menjadi adanya keinginan untuk bunuh diri. Selanjutnya psikosis dapat muncul yang sejalan dengan terjadinya penurunan kognitif. Oleh karena itu, anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi yang penting dan harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan.[22,23]
Penurunan Kognitif
Penurunan kognitif yang dapat dialami penderita penyakit Huntington’s lebih menonjol pada gangguan fungsi eksekutif, yaitu kesulitan dalam pengorganisasian, multitasking, dan perencanaan. Gejala ini dapat berkembang menjadi defisit kognitif yang menyebabkan demensia. Proses psikomotor juga menjadi sangat melambat.[22,23]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tortikolis sangat penting dalam mendiagnosis penyakit Huntington’s. Area fokus meliputi tingkah laku pasien serta gangguan mood. Tanda-tanda neuropsikiatri yang ditemukan pada pemeriksaan seperti kecemasan, depresi, berkurangnya tampilan emosi, egosentrisme, agresi, dan perilaku kompulsif.
Gangguan ini dapat menyebabkan atau memperburuk kecanduan, termasuk alcohol use disorder, perjudian, dan hiperseksualitas. Kesulitan dalam mengenali ekspresi negatif orang lain juga perlu diamati. Prevalensi gejala ini sangat bervariasi, dengan perkiraan tingkat prevalensi gangguan kejiwaan pada pasien Huntington’s berkisar antara 33% dan 76%. Bagi banyak penderita dan keluarganya, gejala-gejala ini adalah salah satu aspek penyakit yang paling menyedihkan karena seringkali memengaruhi fungsi sehari-hari.[24,25]
Pikiran untuk bunuh diri dan percobaan bunuh diri lebih umum terjadi dibandingkan pada populasi umum. Selain itu, gen huntingtin juga diekspresikan di seluruh tubuh sehingga terkait dengan kelainan pada jaringan perifer yang secara langsung disebabkan oleh ekspresi tersebut di luar otak. Kelainan ini termasuk atrofi otot, gagal jantung, gangguan toleransi glukosa, penurunan berat badan, osteoporosis, dan atrofi testis. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh[24,25]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding penyakit Huntington’s adalah penyakit alzheimer. Berikut tabel yang membedakan antara keduanya.
Tabel 1. Diagnosis Banding Penyakit Huntington’s
Huntington’s | Alzheimer | |
Kecepatan Pemrosesan | Lambat, kebanyakan akurat | Lambat, sering tidak akurat |
Berbicara | Kurang jelas, lambat, akurat | Normal dan jelas, sering tidak akurat |
Mempelajari informasi baru | Tidak terorganisir, lambat, dapat belajar | Cepat lupa, tidak dapat berbagi informasi |
Kemampuan recall | Terganggu:
| Terganggu:
|
Sumber: dr. Muhammad Ridwan, 2021.[25-31]
Berdasarkan genetik, penyakit Huntington’s juga dapat didiagnosis banding dengan HD-like (HDL) syndromes. Penyebab sebagian besar penyakit HDL tidak diketahui, tetapi penyakit yang diketahui penyebabnya adalah karena mutasi pada gen protein prion (HDL1)dan gen junctophilin 3 (HDL2). Penyakit dominan autosomal lain yang dapat salah didiagnosis sebagai HD adalah atrofi dentatorubral-pallidoluysian dan neuroferritinopati.[10,26]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit Huntington’s adalah pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan diagnostik meliputi computed tomography (CT), MRI dan pemeriksaan prenatal.
Radiologi
Pencitraan medis seperti computerized tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) dapat mendukung diagnosis dengan menilai adanya perubahan makroskopik. Pada CT dan MRI dapat menunjukkan adanya atrofi inti kaudatus pada awal penyakit.
Atrofi serebral dapat dilihat pada stadium lanjut penyakit. Teknik pencitraan saraf fungsional, seperti pencitraan functional magnetic resonance imaging (fMRI) dan positron emission tomography (PET), dapat menunjukkan perubahan dalam aktivitas otak sebelum timbulnya gejala fisik, tetapi pencitraan ini digunakan sebagai alat eksperimental, dan tidak digunakan secara klinis.[27,28]
Pemeriksaan Prenatal
Diagnosis prenatal untuk embrio atau janin di dalam rahim dilakukan menggunakan materi genetik janin yang diperoleh melalui pengambilan sampel vilus korionik. Amniosentesis dapat dilakukan jika kehamilan berusia 14-18 minggu. Prosedur ini memungkinkan pemeriksaan cairan ketuban di sekitar bayi untuk mencari indikator mutasi.[27,28]
Tes prenatal dapat dilakukan ketika orang tua telah didiagnosis dengan penyakit Huntington’s, atau ketika mereka telah menjalani tes genetik yang menunjukkan perluasan gen huntingtin, atau ketika mereka memiliki kemungkinan 50% untuk mewarisi penyakit tersebut. Orang tua dapat diberi konseling tentang pilihan mereka, yang mencakup penghentian kehamilan, dan tentang kesulitan anak dengan gen yang diidentifikasi. Selain itu, pada kehamilan berisiko karena pasangan pria yang terkena, diagnosis prenatal non-invasif dapat dilakukan dengan menganalisis DNA janin dalam sampel darah yang diambil dari ibu (melalui pungsi vena) saat usia kehamilan enam dan dua belas minggu. Tidak ada risiko keguguran terkait prosedur ini.[28,29]