Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Pneumothorax general_alomedika 2023-02-02T10:30:38+07:00 2023-02-02T10:30:38+07:00
Pneumothorax
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Pneumothorax

Oleh :
dr. Dyah Ayu Kusumoputri Buwono
Share To Social Media:

Etiologi pneumothorax dapat terjadi secara spontan maupun trauma. Pneumothorax spontan primer terjadi pada pasien tanpa riwayat penyakit paru. Pneumothorax spontan sekunder disebabkan oleh penyakit paru yang mendasari.

Pneumothorax Spontan Primer

Pneumothorax spontan primer terjadi karena adanya faktor risiko maupun kelainan paru yang pada awalnya tidak tampak pada gambaran radiologis rontgen toraks.[1,2]

Beberapa studi menunjukkan adanya bleb dan bulla pleura pada pasien dengan pneumothorax spontan primer. Bleb (kantong udara) atau bulla merupakan kantong kecil berisi udara yang terbentuk antara jaringan paru dan pleura. Pembentukan bleb diawali oleh pembesaran alveoli (diameter 1-2 cm).

Regio apeks paru dilaporkan sebagai lokasi tersering dari bleb. Hal ini diduga akibat gradien tekanan. Tekanan pleura pada apeks lebih negatif dibanding bagian basal, sehingga tekanan alveolar pun meningkat.[1,8]

Pneumothorax Spontan Sekunder

Etiologi pneumothorax spontan sekunder dapat disebabkan oleh berbagai penyakit paru. Ini termasuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), tuberkulosis paru, dan pneumonia.[1,2]

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

PPOK merupakan kelainan paru yang paling sering berhubungan dengan pneumothorax spontan sekunder. Paru pasien PPOK memiliki kondisi air-trapping serta hiperinflasi paru yang meningkatkan risiko ruptur bleb atau bulla.

Abnormalitas struktur paru pasien PPOK menyebabkan pasien memiliki risiko lebih tinggi mengalami pneumothorax iatrogenik akibat beberapa prosedur medis, seperti insersi kateter vaskular, biopsi paru transtorakal, serta biopsi paru transbronkial.[1,2]

Tuberkulosis

Pada daerah endemik, tuberkulosis adalah penyebab tersering terjadinya pneumothorax spontan sekunder. Ruptur kavitas, invasi Mycobacterium tuberculosis, serta nekrosis parenkim paru dan pleura visceral merupakan beberapa penyebab pneumothorax pada kasus tuberkulosis. Pneumothorax pada tuberkulosis dapat bersifat fatal dan memiliki sekuele, seperti empiema, gagal napas akut, kakeksia, serta terbentuknya fistula bronkopleura persisten.[1]

Pneumonia

Pada pneumonia, invasi dan nekrosis parenkim serta pleura visceral paru akibat infeksi infeksi bakteri Klebsiella, Staphylococcus, Pseudomonas, dan bakteri anaerobik dapat menyebabkan pneumothorax spontan sekunder unilateral. Selain itu, rupturnya aspergilloma pada kasus aspergillosis juga dapat menyebabkan pneumothorax spontan sekunder.[1]

Penyakit Paru Sistik Difusa (Diffuse Cystic Lung Disease/ DCLD)

Penyakit paru sistik difusa (DCLD) merupakan sekelompok kelainan paru yang ditandai dengan adanya gambaran kistik pada pemeriksaan pencitraan high-resolution CT (HRCT). Proses terjadinya pneumothorax disebabkan oleh inflamasi serta destruksi infiltratif dari kista yang menyebabkan kerusakan pada septum alveolus, saluran pernapasan kecil, serta pembuluh darah pada lobulus paru sekunder.[1]

Pneumothorax Traumatik

Etiologi pneumothorax traumatik, di antaranya:

  • Trauma penetrasi pada regio toraks
  • Trauma tumpul pada regio toraks
  • Barotrauma(pemakaian ventilator terutama dengan positive end-expiratory pressure tinggi)

  • Fraktur iga[1,2]

Pneumothorax Iatrogenik

Etiologi pneumothorax iatrogenik, antara lain:

  • Biopsi aspirasi jarum transthorakal nodul pulmoner
  • Biopsi pleura atau transbronkial
  • Torakosentesis
  • Pemasangan vena kateter sentral pada vena subklavia atau jugular interna
  • Blok saraf interkostal[1,2]

Catamenial Pneumothorax

Pada catamenial pneumothorax, pneumothorax terjadi karena ruptur jaringan endometrium pada paru atau pleura visceral. Jaringan endometrium tersebut mencapai paru serta pleura dengan cara migrasi intraabdominal, mikrometastatik, atau melalui penyebaran sistem limfatik. Endometriosis-related pneumothorax juga dapat terjadi akibat adanya migrasi transgenital maupun transdiafragmatika dari jaringan endometrium melalui lapisan diafragma yang rusak.[1]

Faktor Risiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan pneumothorax adalah merokok, infeksi HIV, dan infeksi COVID-19.

Merokok

Merokok merupakan faktor risiko independen pneumothorax spontan primer. Lebih dari 88% pasien pneumothorax spontan primer adalah perokok. Pada wanita, merokok meningkatkan risiko terjadinya pneumothorax spontan primer hingga 9 kali lebih tinggi, sedangkan pada pria 22 kali.[1,2]

Postur Tubuh dan Jenis Kelamin

Pria memiliki risiko 3 hingga 6 kali lebih tinggi mengalami pneumothorax spontan primer dibandingkan wanita. Pada pria dengan postur tubuh tinggi, bleb pada pleura muncul karena adanya tegangan mekanik paru yang lebih tinggi pada bagian apeks paru ketika masa pertumbuhan.[1]

Infeksi HIV

Pasien dengan HIV dan infeksi sekunder yaitu pneumonia Pneumocystis jirovecii (PCP) memiliki kemungkinan mengalami pneumothorax sebesar 9% dibandingkan 2-4% pada pasien tanpa HIV.[1]

Infeksi COVID-19

Terdapat insidensi sebesar 1% kasus pneumothorax spontan sekunder pada pasien infeksi COVID-19.[1]

Faktor Risiko Lainnya

Beberapa faktor risiko lain yang berhubungan dengan pneumothorax spontan adalah perubahan tekanan atmosfer, polusi udara, paparan terhadap bising, dan riwayat memainkan alat musik instrumen yang ditiup. Pasien dengan status underweight juga lebih berisiko mengalami pneumothorax.

Beberapa studi melaporkan adanya kadar aluminium yang lebih tinggi pada darah pasien dengan pneumothorax spontan, sehingga aluminium dikatakan memiliki kontribusi terhadap terbentuknya bleb subpleural dan lesi bulosa yang berpotensi menyebabkan pneumothorax.[1]

Salah satu jenis pneumothorax, yaitu catamenial pneumothorax adalah jenis pneumothorax pada wanita yang berhubungan dengan siklus menstruasi dan biasanya terjadi 72 jam sebelum dan setelah awitan periode menstruasi. Kondisi ini sering kali bersifat unilateral dan berhubungan dengan endometriosis torakal atau ekstratorakal.[5]

Faktor Risiko Pneumothorax Iatrogenik

Pada pneumothorax iatrogenik, faktor risiko pneumothorax dapat dibagi menjadi 3.

Procedure-related:

Beberapa faktor risiko yang bersifat procedure-related adalah jumlah biopsi, ukuran jarum biopsi, prosedur yang melibatkan paru, serta pendekatan yang tidak dipandu pencitraan.

Patient-related:

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan pasien adalah riwayat prosedur intervensi sebelumnya pada regio yang sama, adanya jaringan parut, serta penyakit paru yang mendasari seperti emfisema berat atau penyakit paru bulosa.

Operator-related:

Beberapa yang termasuk faktor ini adalah pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan jam terbang operator.[1]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Huan NC, Sidhu C, Thomas R. Pneumothorax: Classification and Etiology. Clin Chest Med. 2021 Dec;42(4):711-727. doi: 10.1016/j.ccm.2021.08.007. PMID: 34774177.
2. Karmakar S. Pneumothorax: A Concise Review and Surgical Perspective. IntechOpen, 2022. doi: 10.5772/intechopen.101049.
5. Yasmine MN, Wintoko R. Laporan Kasus : Pneumothorax Katamenial pada Wanita 30 Tahun dengan Endometriosis. J Major, 2020. vol. 9, no. 1, Art. no. 1, Jul. 2020.
8. Mahmuda INN, Permatasari I. A Primary Spontaneous Pneumothorax in Young Woman. 2019. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/11237

Patofisiologi Pneumothorax
Epidemiologi Pneumothorax

Artikel Terkait

  • Interpretasi Rontgen Toraks
    Interpretasi Rontgen Toraks
  • Penggunaan Chest Tube Drainage VS Aspirasi Jarum Pada Kasus Primary Spontaneous Pneumothorax
    Penggunaan Chest Tube Drainage VS Aspirasi Jarum Pada Kasus Primary Spontaneous Pneumothorax
  • Rontgen vs USG Toraks untuk Diagnosis Pneumothorax
    Rontgen vs USG Toraks untuk Diagnosis Pneumothorax
  • Chest Tube Bukan Terapi Lini Pertama pada Pneumotoraks Spontan Primer
    Chest Tube Bukan Terapi Lini Pertama pada Pneumotoraks Spontan Primer
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 09:42
Induksi persalinan.
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok.Izin bertanya, kapan kita bisa memutuskan induksi persalinan dg oxytocin jika setting nya di puskesmas ?Dan bagaimana prosedurnya yang tepat dlm...
Anonymous
Hari ini, 08:51
Pengunaan obat topikal antijamur kombinasi steroid
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO Dokter, izin berdiskusi mengenai pemberian salep pada kasus jamur atau tinea. Kapan diperlukan pemberian salep yang mengadung kombinasi antijamur dan...
dr.Fandi Triansyah, Sp.PD
Hari ini, 05:01
Error karena bug pd ON-OFF schedule?
Oleh: dr.Fandi Triansyah, Sp.PD
5 Balasan
Izin share masalah yg barusan bgt terjadi ya TS sekalian. Dan ini sebenarnya bukan pertama kejadian. Mungkin ada yg pernah mengalami juga, sebagai sharing /...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.