Patofisiologi Pneumothorax
Patofisiologi pneumothorax berupa gangguan recoil paru yang terjadi melalui mekanisme peningkatan tekanan pleura akibat terbentuknya komunikasi abnormal. Komunikasi abnormal ini dapat terjadi antara alveolus dan rongga pleura, atau antara udara ruang dan rongga pleura.
Kondisi Normal
Pada kondisi normal, tekanan dalam rongga paru lebih besar dibanding tekanan di dalam rongga pleura. Tekanan rongga pleura negatif jika dibandingkan dengan tekanan atmosfer selama seluruh siklus respirasi. Tekanan pleura selalu lebih rendah dari tekanan alveolar dan tekanan atmosfer sehingga memungkinkan paru mengalami elastic recoil.[2]
Peningkatan Tekanan Pleura
Komunikasi abnormal dapat terjadi antara alveolus dan rongga pleura, atau antara udara ruang dan rongga pleura. Saat terjadinya komunikasi abnormal, misalnya akibat trauma, akan terjadi perpindahan udara dari rongga alveolus ke rongga pleura. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga pleura yang menyebabkan gangguan recoil paru dan gangguan ekspansi lobus paru.[2,6]
Efek Pneumothorax
Peningkatan tekanan pleura akan terus terjadi secara perlahan hingga tekanan pleura menjadi nol atau komunikasi abnormal terputus. Hal ini akan menyebabkan efek-efek sebagai berikut:
Penurunan Kapasitas Vital dan PaO2
Pneumothorax mengakibatkan penurunan kapasitas vital dan penurunan PaO2. Penurunan kapasitas vital mengakibatkan insufisiensi respirasi dengan hipoventilasi alveolar dan asidosis respiratorik. PaO2 berkurang akibat terjadi penurunan ventilasi tetapi perfusi O2 terus berlanjut.[2]
Gangguan Hemodinamik
Terkait sistem kardiovaskular, studi menunjukkan tension pneumothorax dapat mengganggu hemodinamik yakni menurunkan curah jantung serta tekanan rerata arterial. Peningkatan tekanan pleura dapat menggeser mediastinum, paru kontralateral tertekan serta penurunan aliran balik vena sehingga curah jantung pun berkurang.[2,7]