Edukasi dan Promosi Kesehatan Pneumothorax
Edukasi dan promosi kesehatan terkait upaya pencegahan pneumothorax meliputi upaya untuk meminimalisir trauma toraks dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko pneumothorax.
Edukasi Pasien
Edukasi yang dapat diberikan untuk mencegah pneumothorax antara lain gunakan sabuk pengaman dan perangkat pengendali pasif saat berkendara serta berhenti merokok untuk menghindari penyakit paru yang dapat memicu pneumothorax spontan sekunder.[3,6]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan penyakit meliputi kontrol faktor risiko pneumothorax. Penanganan penyakit paru yang tepat terutama penyakit yang meningkatkan risiko pneumothorax sekunder harus ditangani dengan tepat demi mencegah pneumothorax sekunder.
Upaya pengendalian penyakit meliputi edukasi pasien mengenai adanya risiko rekurensi, gejala serta pencegahan rekurensi. Gejala rekurensi serupa dengan gejala pneumothorax umumnya.
Upaya pencegahan rekurensi pneumothoraks berupa penundaan olahraga dengan gerakan ekstrim hingga tercapai resolusi total, larangan merokok serta larangan menyelam seumur hidup kecuali telah menjalani prosedur pleurectomy. Selain itu penerbangan berisiko dapat menimbulkan hipoksia akibat perubahan tekanan atmosfer pada ketinggian tertentu. Beberapa sumber menyarankan pasien diperbolehkan untuk melakukan perjalanan udara paling cepat 6 bulan pasca resolusi penuh pneumothorax yang dibuktikan dengan gambaran radiologi. Bahkan sebaiknya 1 tahun pascapneumothorax. Akan tetapi jika telah menjalani pleurodesis, tidak ada larangan terbang karena risiko rekurensi yang rendah.[1,22,23] Kehamilan juga berisiko menimbulkan rekurensi. Pemantauan dan perencanaan persalinan oleh tim multidisiplin diperlukan.[1]