Diagnosis Krisis Adrenal
Diagnosis krisis adrenal perlu dilakukan secara cepat dan tepat. Terapi krisis adrenal cukup mudah, namun kebanyakan diagnosis ini terlewatkan karena kondisi krisis adrenal menyerupai penyakit lainnya.
Anamnesis
Gejala yang dapat muncul pada insufisiensi adrenal kronis adalah rasa lelah yang cukup parah dan kehilangan berat badan. Manifestasi gejala psikiatri pada insufisiensi adrenal kronis dapat berupa kehilangan memori, depresi, ansietas, psikosis, dan delirium.
Pada insufisiensi adrenal akut, dapat terjadi sinkop, anoreksia, mual, dan muntah. Nyeri abdomen seperti akut abdomen, nyeri punggung, dan nyeri dada bawah, tanpa penyebab yang jelas, dapat mengarahkan kecurigaan terhadap perdarahan adrenal akut. Kebingungan, letargi, dan disorientasi dapat terjadi. Nyeri kepala mendadak, hilangnya penglihatan, atau menurunnya lapang pandang penglihatan dapat mengarahkan kecurigaan kepada apoplexy pituitary.[1]
Dokter perlu menggali riwayat penyakit dahulu, yaitu penyakit infeksi, seperti tuberkulosis; dan penyakit autoimun, seperti Cushing disease dan penyakit Addison. Penggunaan glukokortikoid eksogen jangka panjang, biasanya lebih dari 5 mg prednison selama lebih dari 4 minggu, dapat menjadi salah satu kecurigaan adanya krisis adrenal.[1,5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada kondisi krisis adrenal adalah hipotensi dengan tekanan sistolik <110 mmHg, nyeri tekan abdomen dan rigiditas abdomen, demam, serta penurunan kesadaran, seperti delirium dan koma. Pada pasien yang didahului insufisiensi adrenal primer, akan tampak hiperpigmentasi pada area yang terkena stres mekanik seperti garis telapak tangan, puting payudara, bekas luka, dan mukosa oral. Kondisi krisis adrenal akibat autoimun terkadang disertai keberadaan bercak vitiligo pada kulit.[1]
Klasifikasi Derajat Krisis Adrenal
Allolio et al. mendefinisikan dan mengklasifikasikan krisis adrenal sebagai berikut:
- Kerusakan besar pada kondisi umum tubuh dengan setidaknya dua dari tanda dan gejala berikut:
- Hipotensi (tekanan darah sistolik <100 mmHg)
- Mual atau muntah
- Kelelahan berat
- Demam
- Somnolen
- Hiponatremia (≤ 132 mmol/l) atau hiperkalemia
- Hipoglikemia
- Pemberian glukokortikoid parenteral (hydrocortisone) yang diikuti perbaikan klinis.
Grade 1: rawat jalan saja
Grade 2: perawatan di rumah sakit (ruang rawat inap umum)
Grade 3: masuk ke unit perawatan intensif
Grade 4: kematian akibat krisis adrenal (dengan atau tanpa pemberian glukokortikoid parenteral)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding krisis adrenal cukup luas sesuai dengan gejala yang muncul.
Syok
Gejala utama krisis adrenal yang muncul adalah berupa hipotensi. Diagnosis banding hipotensi adalah jenis syok yang lainnya yakni syok septik, syok kardiogenik, syok hipovolemik, dan syok obstruktif, seperti emboli paru dan tamponade jantung. Untuk membedakannya, pada krisis adrenal, kondisi syok cenderung refrakter terhadap pemberian cairan dan vasopressor.
Penurunan Kesadaran
Kondisi delirium dan koma dapat dicurigai sebagai kelainan organik pada otak, untuk membedakannya, pada krisis adrenal hampir selalu disertai dengan ketidakseimbangan elektrolit.[5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan mencari etiologi dasar terjadinya krisis adrenal.
Darah Lengkap
Pada krisis adrenal dapat ditemukan anemia normokrom normositer, limfositosis, dan eosinofilia.[2,5,16]
Kadar Gula Darah
Pasien dengan insufisiensi adrenal sekunder juga akan mengalami kondisi hipoglikemia akibat tidak berjalannya proses glukoneogenesis dan glikogenolisis.[2,5]
Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal juga dapat menurun, berupa prerenal failure, akibat hipovolemia dengan peningkatan kadar kreatinin serum.[2,16]
Urinalisis
Urinalisis diperlukan untuk menemukan sumber infeksi pada saluran kemih.[2]
Serum Elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit yang dapat muncul akibat krisis adrenal berupa hiponatremia, akibat defisiensi mineralokortikoid; hiperkalemia, akibat defisiensi mineralokortikoid, biasanya ditemukan pada insufisiensi adrenal primer dan tidak pada insufisiensi adrenal sekunder; serta hiperkalsemia, akibat menurunnya absorpsi kalsium di usus dan berkurangnya ekskresi kalsium melalui ginjal.[2,5,16]
Pemeriksaan Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
Pemeriksaan hormon adrenal merupakan baku emas diagnosis krisis adrenal. Pada krisis adrenal, dapat ditemukan kadar kortisol pagi (pukul 8-9 pagi) <3 ug/dL, kadar ACTH rendah atau normal pada insufisiensi adrenal sekunder, kadar ACTH tinggi pada insufisiensi adrenal primer, serta kadar aldosteron rendah akibat defisiensi mineralokortikoid. Kadar renin tinggi dapat terjadi pada insufisiensi adrenal primer akibat meningkatnya keluaran natrium di ginjal dan menurunnya kadar natrium dalam darah.
Selain itu, dapat ditemukan juga peningkatan kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) 4-10 IU/L. Pada pasien dengan diagnosis krisis adrenal yang belum pasti, dapat dilakukan pemeriksaan stimulasi ACTH sebagai konfirmasi. Namun, tes ini tidak boleh menunda terapi.
ACTH test atau short synacthen test dapat dilakukan. Tes tersebut dilakukan dengan mengukur kadar kortisol sebelum dan setelah injeksi ACTH sintetis (tetracosactrin). Apabila kadar kortisol tidak merespons pemberian ACTH sintetis, maka diagnosisnya adalah insufisiensi adrenal primer tetapi jika kadar ACTH awal <10 ng/L maka diagnosis berupa insufisiensi adrenal sekunder.[2,5]
Kultur Darah
Kultur darah diperlukan untuk menemukan sumber infeksi yang menjadi pencetus terjadinya krisis adrenal.[2]
Serum Tiroid
Kadar serum tiroid dapat diperiksa apabila ada kecurigaan akan kondisi autoimun dan gangguan endokrin multipel.[1,14]
Pencitraan
Pemeriksaan penunjang dengan pencitraan digunakan untuk mencari penyebab krisis adrenal.
Rontgen Toraks
Pemeriksaan Rontgen toraks dapat dilakukan untuk melihat adanya infeksi, seperti tuberkulosis paru.[2]
CT Scan
Pemeriksaan pencitraan seperti CT scan abdomen dapat menunjukkan perdarahan di adrenal, kalsifikasi adrenal (pada pasien tuberkulosis), atau metastasis. Dalam kasus insufisiensi adrenal sekunder, CT scan kepala dapat menunjukkan kerusakan pada hipofisis, misalnya empty sella syndrome, atau adanya lesi massa pada hipofisis.[2]
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menunjang diagnosis, antara lain:
EKG
Pada pemeriksaan elektrokardiografi dapat ditemukan gelombang peak T sebagai tanda hiperkalemia dan pemendekan interval QT akibat hiperkalsemia.[2]
Pemeriksaan Histologi
Pemeriksaan histologis dilakukan untuk melihat etiologi penyebab krisis adrenal. Pada insufisiensi adrenal primer, gambaran histologi kelenjar adrenal akan menunjukkan kondisi infeksi, penyakit infiltratif, atau kondisi lain seperti perdarahan. Sedangkan pada insufisiensi adrenal sekunder, dapat ditemukan atrofi kelenjar adrenal atau bahkan tanpa kelainan.[2,14]