Epidemiologi Krisis Adrenal
Epidemiologi krisis adrenal pada populasi umum sulit untuk diperkirakan. Data mengenai penyakit ini di Indonesia pun masih terbatas.
Global
Prevalensi insufisiensi adrenal primer diperkirakan sebesar 82-144 kasus/1.000.000 jiwa. Sedangkan, prevalensi insufisiensi adrenal sekunder diperkirakan antara 150-280/1.000.000 jiwa. Krisis adrenal dapat terjadi pada insufisiensi adrenal primer maupun sekunder. Di Eropa, insidensinya diperkirakan sebesar 6-8/100 pasien/tahun. Penelitian lain menunjukkan insidensi krisis adrenal di Eropa berkisar 4,4-6,2 kasus baru/1.000.000 jiwa/tahun. Angka ini meningkat seiring berjalannya waktu.
Prevalensi tertinggi dilaporkan terjadi di Islandia pada tahun 2016 yakni sebanyak 221 kasus/1.000.000 jiwa. Telah dilaporkan adanya peningkatan kejadian krisis adrenal pada pasien usia lanjut, pasien dengan penyakit tiroid, seperti hipertiroid, dan pasien yang memiliki kelainan endokrin.[5,10]
Indonesia
Data epidemiologi dan laporan kasus mengenai krisis adrenal di Indonesia masih terbatas. Divisi Endokrinologi Departemen IKA FKUI-RSCM selama periode 1985 sampai 2005 melaporkan terdapat 25 kasus hiperplasia adrenal kongenital (HAK) yang berhubungan dengan krisis adrenal. Selain itu, beberapa peneliti telah menuliskan beberapa case report kasus krisis adrenal yang berhubungan dengan infeksi tuberkulosis yang terjadi di Indonesia.[11-13]
Mortalitas
Angka mortalitas krisis adrenal adalah sebesar 0,5-2% per tahun. Mortalitas pasien krisis adrenal sangat bergantung pada kecepatan diagnosis dan terapi. Apabila tidak ditemukan perdarahan adrenal bilateral, tingkat kelangsungan hidup pasien dengan krisis adrenal akut yang didiagnosis segera dan diobati dengan tepat mendekati pasien tanpa krisis adrenal akut dengan tingkat keparahan penyakit yang sama. Pasien yang mengalami perdarahan adrenal jarang bertahan dan kebanyakan belum sempat dilakukan tes hormonal atau pemeriksaan CT scan. Sedangkan pasien yang didiagnosis menggunakan CT scan memiliki tingkat kelangsungan hidup 85%.[5,14,15]
Mortalitas pasien krisis adrenal dipengaruhi oleh beberapa hal. Sebuah studi di Jepang, oleh Ono et al. menunjukkan bahwa pasien krisis adrenal memiliki risiko kematian relatif tinggi apabila sudah berusia lanjut, mengalami gangguan kesadaran, dan mempunyai riwayat diabetes mellitus. Dalam studi ini, dari 799 pasien dengan krisis adrenal dan insufisiensi adrenal primer atau sekunder, sekitar 2,4% (19) meninggal di rumah sakit, termasuk 15 pasien berusia >60 tahun, 12 pasien mengalami gangguan kesadaran saat masuk, dan 13 pasien menerima terapi insulin.[5,14,15]