Patofisiologi Krisis Adrenal
Patofisiologi krisis adrenal berhubungan dengan produksi hormon kortisol dan/atau aldosteron yang sangat sedikit.
Defisiensi Hormon Kortisol
Kondisi krisis adrenal muncul akibat ketidakserasian antara kebutuhan dan penggunaan kortisol. Peningkatan kadar kortisol saat stress akibat stimulasi hypothalamic–pituitary-adrenal axis (HPA axis) menyebabkan peningkatan produksi adrenocorticotropin hormone (ACTH), yang memiliki fungsi utama menstimulasi pelepasan kortisol dan aldosteron.
Kelenjar korteks adrenal menghasilkan mineralokortikoid, yaitu aldosteron, dan glukokortikoid, yaitu kortisol. Selain itu, kelenjar adrenal juga menghasilkan katekolamin dan prekusor hormon seks, yaitu androgen. Kortisol dan androgen dihasilkan di zona fasikulata dan retikularis yang diatur oleh ACTH. Zona fasikulata akan merespons secara akut terhadap ACTH dengan meningkatkan produksi kortisol. Sedangkan zona retikularis akan mempertahankan sekresi basal glukokortikoid yang berasal dari stimulasi ACTH yang berkepanjangan.[2]
Kortisol berperan dalam glukoneogenesis, meningkatkan sensitivitas katekolamin, dan meregulasi sistem imun. Pada krisis adrenal, akan muncul kondisi hipoglikemia akibat kegagalan glukoneogenesis dan hipotensi akibat penurunan sensitivitas katekolamin. Hal ini yang menyebabkan hipotensi pada krisis adrenal sering refrakter terhadap vasopressor.[1,2]
Defisiensi Hormon Aldosteron
Aldosteron disintesis di zona glomerulosa dan diatur oleh sistem renin-angiotensin. Aldosteron berperan dalam retensi natrium dan sekresi kalium. Pasien yang mengalami krisis adrenal primer akan mengalami hiponatremia dan hiperkalemia. Hiponatremia yang terjadi pada pasien krisis adrenal dapat mengancam nyawa. Kondisi ini dapat menyebabkan keadaan delirium, koma, dan kejang. Kondisi hiperkalemia pun dapat membahayakan karena berefek pada otot jantung dan dapat menyebabkan atrial fibrilasi. Seluruh kondisi yang terjadi akibat krisis adrenal dapat mengancam nyawa dan menyebabkan kematian.[2,4]