Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Staphylococcal Scalded Skin Syndrome general_alomedika 2021-09-01T08:30:03+07:00 2021-09-01T08:30:03+07:00
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

Oleh :
dr. Karina Sutanto
Share To Social Media:

Diagnosis Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) dapat ditegakkan secara klinis dengan melihat gambaran eksfoliasi pada kulit. Terminologi "scalded skin" merefleksikan manifestasi klinis penyakit ini yang menyerupai kulit yang terkena luka bakar akibat air panas. Kelainan kulit yang ditemukan akan berupa denudasi dan lepuh kulit. Konfirmasi dengan melakukan pemeriksaan biopsi atau kultur dari area yang dicurigai sebagai infeksi primer dapat dilakukan. Pemeriksaan penunjang lain mungkin diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding.[1-3,5]

Anamnesis

Staphylococcal scalded skin syndrome akan muncul sebagai makula eritema diikuti eksfoliasi epidermis secara difus.[1-3] Infeksi Staphylococcus aureus lokal pada kulit, tenggorokan, hidung, mulut, umbilikus, atau saluran gastrointestinal dapat menjadi gejala prodromal pada Staphylococcal scalded skin syndrome. Namun, infeksi tersebut sering tidak diketahui sebelum ruam muncul. Sumber infeksi Staphylococcal scalded skin syndrome pada anak sulit ditentukan. Sementara itu, pada dewasa sumber infeksi dapat berasal dari pneumonia, arthritis septik, atau osteomyelitis.[2,5]

Gejala awal Staphylococcal scalded skin syndrome yang sering dikeluhkan dapat berupa demam dengan malaise, iritabilitas, serta lesi awal ruam berwarna merah-oranye secara superfisial terbatas pada area kepala dan menyebar ke bagian tubuh lain. Keluhan lain dapat berupa nyeri tekan pada kulit, pruritus dan sulit makan.[1,2,8]

Dalam 24-48 jam, ruam akan mulai berkembang dimulai pada area wajah dan lipatan (inguinal, aksila, leher), menyebar ke bagian lain dari tubuh termasuk lengan, kaki dan badan. Pada neonatus, lesi sering ditemukan di area popok atau di sekitar tali pusat dengan karakteristik eritema dan fisura, lalu diikuti terbentuknya lepuhan dan bulla yang mengandung cairan steril berwarna keruh hingga kuning terang dengan pus di bawahnya.[1-5]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada Staphylococcal scalded skin syndrome dimulai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital sembari menilai adanya tanda-tanda dehidrasi dan syok.[1,2]

Karakteristik lesi Staphylococcal scalded skin syndrome dalam pemeriksaan fisik, antara lain:

  • Ruam berwarna merah-oranye dengan efluoresensi makula eksantema terbatas pada area kepala yang dapat diikuti gejala lain seperti rhinorrhea purulen, konjungtivitis, atau otitis media[1,2,8]
  • Dalam 24-48 jam, secara bertahap berubah menjadi lepuhan dan pada daerah lipat paha, ketiak, hidung, dan telinga secara khusus membentuk bula yang merupakan lapisan epidermis yang berkerut dan tampak seperti kertas tisu. Pada tahap ini, ditemukan tanda Nikolsky positif (sapuan lembut menghasilkan eksfoliasi kulit) diikuti nyeri tekan pada kulit[8]
  • Setelah 24 jam, bula akan pecah meninggalkan krusta, lembab, dan permukaan tampak warna merah. Pada tahap ini dapat disertai gejala iritabilitas, demam dengan sad man facies, edema wajah, serta gambaran khas krusta radier pada area perioral tanpa melibatkan membran mukosa[2,8]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding Staphylococcal scalded skin syndrome mencakup toxic epidermal necrolysis dan sindroma Stevens Johnson, Staphylococcal scarlet fever, impetigo bulosa, toxic shock syndrome, dan penyakit Kawasaki.

Nekrolisis Epidermal

Nekrolisis epidermal mencakup sindroma Stevens-Johnson (SSJ) dan toxic epidermal necrolysis (TEN) memiliki kesamaan karakteristik klinis dengan Staphylococcal scalded skin syndrome. Namun, pada SSJ dan TEN akan didapat riwayat penggunaan obat. SSJ dan TEN juga melibatkan membran mukosa, ditandai dengan nekrosis dan pelepasan epidermis secara ekstensif, serta pada pemeriksaan histologi didapatkan subepidermal cleavage yang jelas.[1,3,5,8-10]

Staphylococcal Scarlet Fever (SSF)

Eksotoksin yang menghasilkan toxic shock syndrome disertai demam disebut Staphylococcal scarlet fever (SSF) yang memiliki manifestasi serupa Staphylococcal scalded skin syndrome. Kondisi ini terutama menyerang anak-anak dan dewasa muda. Pada SSF, akan didapatkan ruam eritematosa sederhana tanpa adanya bula, tanda Nikolsky negatif, dan tidak ada pengelupasan kulit.[4,11]

Impetigo Bulosa

Impetigo bulosa merupakan infeksi kulit dan jaringan lunak yang sebagian besar kasus disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Impetigo bulosa dimulai dengan vesikel kecil yang menjadi bula kendur atau bula hipopion, tanda Nikolsky negatif, serta ketika bula pecah akan meninggalkan skuama anular dengan bagian tengah eritematosa.[2,8,12]

Toxic Shock Syndrome (TSS)

Toxic shock syndrome (TSS) merupakan respon inflamasi superantigen dari Staphylococcus aureus atau Group A Streptococcus. TSS ditandai dengan demam tinggi (>38,9 C), ruam  eritroderma makular yang difus dan memucat, hipotensi, deskuamasi, dan keterlibatan organ multisistem (setidaknya tiga sistem organ).[8,13,14]

Penyakit Kawasaki

Penyakit Kawasaki terjadi akibat vaskulitis akut menyeluruh. Secara epidemiologi, penyakit kawasaki terutama menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun, serupa dengan Staphylococcal scalded skin syndrome.[1,8]

Penyakit Kawasaki ditandai dengan demam lebih dari 5 hari, konjungtivitis tanpa eksudat, ruam, edema atau eritema pada tangan atau kaki diikuti deskuamasi dan perubahan kuku, adenopati (umumnya unilateral, nodus servikal > 1,5 cm), serta eritema mukosa, fisura atau pengerasan kulit pada bibir atau strawberry tongue.[15,16]

Luka Bakar

Luka bakar akibat suhu, luka bakar kimia, dan sunburn dapat menyebabkan eritema dan lepuh yang menyerupai Staphylococcal scalded skin syndrome. Perbedaan mendasar adalah adanya faktor eksogen yang menyebabkan kelainan kulit pada luka bakar.[17]

Pemfigus

Pemphigus foliaceus dan pemfigus vulgaris adalah kondisi autoimun yang dapat bermanifestasi sebagai lepuh dan erosi yang luas. Cara membedakan dengan Staphylococcal scalded skin syndrome adalah dengan biopsi kulit dengan imunofluoresensi mikroskopik direk.[17]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada staphylococcal scalded skin syndrome diperlukan untuk konfirmasi diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.

Prosedur Biopsi

Diagnosis staphylococcal scalded skin syndrome dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi melalui prosedur biopsi kulit pada area yang terlibat. Hasil akan menunjukkan adanya superficial intraepidermal cleavage pada lapisan granular dan tidak ditemukan infiltrat sel inflamasi.[2-5]

Pencitraan

Rontgen toraks perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pada kasus Staphylococcal scalded skin syndrome untuk menyingkirkan proses infeksi di paru-paru (pneumonia) sebagai sumber infeksi.[1,2]

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dasar seperti hitung darah lengkap diperlukan untuk menilai kemungkinan sepsis. Urinalisis juga diperlukan untuk menilai tanda infeksi pada saluran kemih sebagai sumber infeksi. Selain itu, pemeriksaan elektrolit dan fungsi ginjal juga dilakukan untuk menilai dehidrasi pada kasus Staphylococcal scalded skin syndrome derajat berat.[1,2]

Pemeriksaan laboratorium lainnya yang dapat dilakukan, antara lain kultur bula, kultur dengan sampel darah, urine, hidung, tenggorokan, kulit, atau untuk neonatus kultur umbilikus, serta pewarnaan Gram untuk mengonfirmasi infeksi Staphylococcus.[1,2,4]

Referensi

1. Ross A, Shoff HW. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome. [Updated 2021 Aug 1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448135/
2. King RW. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS). Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/788199-overview
3. Rehmus WE. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome. MSD Manuals, 2021. https://www.msdmanuals.com/professional/dermatologic-disorders/bacterial-skin-infections/staphylococcal-scalded-skin-syndrome
4. Mishra AK, Yadav P, Mishra A. A Systemic Review on Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS): A Rare and Critical Disease of Neonates. Open Microbiol J. 2016; 10: 150-159.
5. Handler MZ, Schwartz RA. Staphylococcal scalded skin syndrome: diagnosis and management in children and adults. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2014; 28(11): 1418-1423.
8. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. PERDOSKI, 2017. https://perdoski.id/uploads/original/2017/10/PPKPERDOSKI2017.pdf
9. Jellinek-Cohen SP. Toxic Epidermal Necrolysis (TEN). Medscape, 2021.
https://emedicine.medscape.com/article/229698-overview
10. Foster CS. Stevens-Johnson Syndrome. Medscape, 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1197450-overview
11. Mun SJ, Kim SH, Baek JY, Huh K, Cho SY, et al. Staphylococcal scarlet fever associated with staphylococcal enterotoxin M in an elderly patient. Int J Infect Dis. 2019; 85: 7-9.
12. Nardi NM, Schaefer TJ. Impetigo. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430974/
13. Ross A, Shoff HW. Toxic Shock Syndrome. [Updated 2021 Aug 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459345/
14. Chu VH. Staphylococcal toxic shock syndrome. Uptodate, 2021. https://www.uptodate.com/contents/staphylococcal-toxic-shock-syndrome
15. Modesti AM, Plewa MC. Kawasaki Disease. [Updated 2021 Jul 2]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537163/
16. Hedrich CM, Schnabel A, Hospach T. Kawasaki Disease. Front Pediatr. 2018; 6: 198.
17. McMahon P. Staphylococcal scalded skin syndrome. Uptodate. 2021.

Epidemiologi Staphylococcal Scal...
Penatalaksanaan Staphylococcal S...
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 06:13
Data Rekam Medis Pasien Hilang Setelah Update Aplikasi Alomedika Dengan Tampilan Baru
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Sejak update terbaru tampilan alomedika yang merubah tampilan data rekam medis pasien ditemukan banyak rekam medis yang hilang terutama data rekam medis...
Anonymous
Kemarin, 11:37
Bintik berair di ujung bibir anak usia 2 tahun
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo Dokter, izin berdiskusi kasus, pasien anak usia 2 tahun dengan keluhan satu minggu sebelumnya demam kemudian demamnya sudah membaik dan muncul keluhan...
dr. Dini Cynthia
Kemarin, 10:07
Vaksin TT untuk ibu hamil yang sudah menerima vaksinasi lengkap sewaktu kecil
Oleh: dr. Dini Cynthia
1 Balasan
Alo dok, izin bertanya, semisal ada ibu hamil nulipara dtg untuk ANC, dan ternyata status vaksinasi TT nya sewaktu SD sudah lengkap, bagaimana pemberian...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.