Diagnosis Scarlet Fever
Diagnosis scarlet fever dapat ditegakkan melalui karakteristik lesi. Lesi yang ditemukan berupa ruam makulopapular eritem dengan pungtata, menyerupai sandpaper, yang akan memudar bila dilakukan penekanan. Lesi pertama kali muncul pada bagian leher, trunkus, dan menyebar ke ekstremitas. Pada saat lesi menghilang diikuti oleh deskuamasi. Karakteristik lain yaitu adanya Pastia line, strawberry tongue, wajah flushing, dengan pucat pada bagian sirkumoral.
Diagnosis pasti adalah dengan melakukan swab tenggorokan. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat digunakan yaitu Rapid Antigen Detection Test (RADT).
Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan riwayat gejala awal yang tidak spesifik seperti demam, nyeri kepala, malaise, mual, dan muntah. Gejala faringitis berupa nyeri tenggorokan dan nyeri menelan juga dapat ditemukan pada kondisi ini. Erupsi pada kulit terjadi dalam 24-72 jam setelah onset gejala faring, atau dapat muncul hingga 7 hari kemudian. Ruam pertama kali muncul pada bagian leher, kemudian menyebar ke bagian trunkus dan kemudian ekstremitas. Sumber infeksi selain faring perlu dicari, seperti luka bakar atau luka lainnya yang dapat terinfeksi oleh Group A Streptococcus (GAS).[1,3,4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, karakteristik lesi dan penyebaran lokasi ruam perlu diperhatikan. Lesi kulit pada kasus scarlet fever berupa papul eritem (1-2 mm) dengan pungtata (finely punctate), tidak konfluens, dan memberikan gambaran menyerupai sandpaper. Pada orang berkulit gelap, ruam sulit dilihat sehingga diagnosis scarlet fever dapat dikenali melalui perabaan terhadap karakteristik lesi yang menyerupai sandpaper.[1-3]
Gambaran tipikal pada kasus ini adalah ruam akan hilang atau memudar pada saat penekanan. Setelah 3-4 hari ruam akan mulai memudar, yang diikuti oleh deskuamasi. Hilangnya lesi dimulai dari bagian wajah yang berlanjut ke bagian bawah, dan seringkali menyisakan gambaran menyerupai terbakar sinar matahari derajat ringan. Deskuamasi terjadi pada bagian tepi kuku jari, telapak tangan, dan kaki kurang lebih selama dua minggu setelah perjalanan penyakit akut.[1,2,15]
Pada kasus ini juga dapat dijumpai Pastia lines, yaitu garis merah linear akibat akumulasi papul pada pada bagian tubuh yang mengalami penekanan, lipatan kulit (bagian fossa antekubiti, aksila, lutut, dan selangkangan), atau pada bagian ekstremitas lainnya.[1-3]
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai wajah tampak mengalami flushing, area sekitar mulut tampak pucat (circumoral pallor), tonsilofaringitis eksudatif, pembesaran kelenjar getah bening servikal anterior, demam, dan takikardia.[1-3,15]
Pada scarlet fever juga dapat ditemukan strawberry tongue, yang pada mulanya lidah ditutupi oleh lapisan berwarna putih kekuningan (white strawberry tongue) dengan hiperplasia papila, yang selanjutnya pada hari keempat atau kelima lapisan putih akan menghilang sehingga lidah akan berwarna merah (red strawberry tongue). Selain itu, pada bagian palatum lunak dapat dijumpai petekie.[1-3,15]
Dikarenakan faringitis oleh GAS berkaitan erat dengan scarlet fever, maka sistem Skor Mc-Isaac (modifikasi skor CENTOR) dapat digunakan untuk membantu memperkirakan kemungkinan faringitis yang disebabkan oleh GAS.[1]
Tabel 1. Skor Mc-Isaac
Gejala | Skor |
Suhu >38ºC | 1 |
Tidak ada batuk | 1 |
Pembengkakkan/ eksudat tonsil | 1 |
Limfadenopati servikal | 1 |
Usia
|
1 0 -1 |
Sumber: Nelson Textbook of Pediatrics 20th edition. 2016
Jumlah skoring 4 memiliki nilai prediksi positif infeksi GAS, sebesar 67,8% sehingga disarankan untuk melakukan pemeriksaan konfirmasi seperti kultur tenggorokan, atau Rapid Antigen Detection Test (RADT). Beberapa hasil penelitian di Indonesia oleh Damayanti et al (2014), Malino et al (2013) memberikan hasil serupa dengan skor McIsaac ≥4 memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mengkonfirmasi GAS, dan hasil skor < 4 dapat menyingkirkan kemungkinan faringitis yang disebabkan oleh GAS.[1,12,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding scarlet fever cukup luas, terutama penyakit yang disebabkan oleh etiologi lain yang dapat menyebabkan faringitis dan eksantema. Berikut merupakan beberapa diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan:
Campak (rubeola)
Pada campak terdapat Koplik spot (lesi berwarna putih atau abu-abu dengan dasar eritem) pada bagian mukosa bukal. Pada scarlet fever tidak didapatkan lesi pada bagian mulut. Pada campak tidak didapatkan tanda inflamasi saluran nafas atas, sedangkan pada scarlet fever dapat dijumpai gejala faringitis.[15,16]
Pada campak, ruam makulopapular muncul pertama kali pada bagian hairline, dahi, dan leher yang selanjutnya menyebar ke bagian trunkus dan ekstremitas. Ruam dapat menetap selama 2-4 hari. Pada scarlet fever ruam memiliki karakteristik sandpaper dan lesi dimulai pada bagian leher yang selanjutnya berprogresi ke trunkus dan ekstremitas.[16]
Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut
Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut atau istilah lainnya dikenal dengan Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ditandai dengan demam, nyeri pada bagian mulut dan tenggorokan. Lesi HFMD pada bagian mulut (lidah dan mukosa bukal) berupa makula eritem yang berprogresi menjadi vesikel, kemudian ulkus superfisial. Predileksi HFMD lainnya yaitu tangan, kaki, bokong, dan lengan. Lesi berbentuk makulopapular/vesikel yang menetap selama 3-4 hari. Sedangkan pada scarlet fever tidak ditemukan vesikel, ataupun lesi pada bagian mulut.[16]
Penyakit Kawasaki
Gejala klinis penyakit kawasaki yaitu demam paling tidak selama lima hari, yang disertai paling tidak 4 gejala klinis lain berupa (i) injeksi konjungtiva bilateral tanpa eksudat, manifestasi oral (bibir eritem dan pecah-pecah, strawberry tongue, eritema mukosa orofaring, faring eritem tanpa eksudat), (iii) limfadenopati servikal, (iv) ruam terutama berbentuk makulopapular difus yang tidak dijumpai pada bagian wajah, (v) eritema/indurasi pada bagian telapak tangan dan kaki yang diikuti dengan deskuamasi yang terjadi 2-3 minggu setelah onset demam. Ruam dimulai pada bagian perineal yang selanjutnya berlanjut pada bagian trunkus dan ekstremitas.[16]
Pada scarlet fever yang disertai faringitis didapatkan faring eritem dengan eksudat, sedangkan pada kawasaki didapatkan faring tanpa eksudat. Ruam scarlet fever memiliki karakteristik sandpaper, sedangkan kawasaki ruam memiliki bentuk polimorfik. Lesi pada scarlet fever dimulai pada bagian leher yang selanjutnya berprogresi ke trunkus dan ekstremitas, sedangkan pada kawasaki dimulai dari bagian perineal yang menyebar ke bagian trunkus dan ekstremitas. Deskuamasi kulit pada scarlet fever memiliki gambaran flaky, sedangkan pada penyakit kawasaki memiliki gambaran sheetlike. Pada scarlet fever tidak ditemukan kelainan pada bagian mata.[16,17]
Staphylococcal Scarlatina
Staphylococcal scarlatina merupakan kondisi menyerupai scarlet fever, namun pada staphylococcal scarlatina tidak didapatkan strawberry tongue. [2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan baku emas scarlet fever yaitu kultur tenggorokan. Pemeriksaan lain yang dapat digunakan yaitu Rapid Antigen Detection Test (RADT).[1,3,4]
Kultur Tenggorokan
Pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang lebih lama (dalam hitungan hari) dan bersifat lebih spesifik. Pemeriksaan kultur yang benar dapat memberikan sensivitas sebesar 90-95%.[1,3]
Pemeriksaan kultur dapat memberikan hasil negatif palsu, bila terjadi kesalahan pengambilan sampel atau terdapat riwayat mengonsumsi antibiotik sebelumnya. Hasil positif palsu terjadi bila terdapat kesalahan saat mengidentifikasi bakteri lain sebagai GAS, atau bila anak merupakan karier GAS.[1,3,4]
Rapid Antigen Detection Test (RADT)
Pemeriksaan ini dapat langsung dilakukan dalam hitungan menit, namun kurang spesifik. Pemeriksaan ini memiliki tingkat spesifitas sebesar ≥95%, sehingga hasil RADT positif, tidak memerlukan konfirmasi dengan pemeriksaan kultur. Bila hasil RADT negatif, diperlukan pemeriksaan kultur untuk mengkonfirmasi diagnosis, karena pemeriksaan kultur lebih sensitif dibandingkan pemeriksaan RADT. Pemeriksaan konfirmasi tidak rutin dilakukan pada orang dewasa, karena risiko komplikasi demam rematik jarang terjadi pada orang dewasa tanpa riwayat episode sebelumnya.[1,4,18]
Serologi
Pemeriksaan serologi bertujuan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen bakteri S.pyogenes seperti anti-streptolisin O (ASLO) atau anti-deoksiribonuklease B (anti-DNAse B). Peningkatan titer anti-streptolisin O dapat membuktikan terjadinya infeksi GAS yang baru saja terjadi, namun tidak dapat untuk mendiagnosis faringitis streptokokal yang sedang terjadi. [2,18,19]
Titer ASLO meningkat kurang lebih satu minggu, dan mencapai puncak pada saat 3-6 minggu setelah infeksi GAS. Titer anti-DNAase-B mulai meningkat kira-kira 1-2 minggu dan mencapai puncak 6-8 minggu setelah infeksi. Pemeriksaan serologi ini bermanfaat untuk mendiagnosis adanya infeksi S.pyogenes sebelumnya.[18,19]