Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Patofisiologi Infertilitas Pria general_alomedika 2019-02-15T14:50:38+07:00 2019-02-15T14:50:38+07:00
Infertilitas Pria
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Infertilitas Pria

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Patofisiologi infertilitas pada pria dapat mencakup satu atau lebih kelainan pada berbagai proses yang terlibat dalam menentukan jumlah dan fungsi sperma yang baik. Setiap proses mulai dari aksis hipotalamus-pituitari-gonad (HPG) hingga faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan sperma di dalam vagina untuk membuahi ovum dapat berpeluang menyebabkan infertilitas pria.

Hormon luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari berperan dalam mengatur spermatogenesis. LH memberikan sinyal pada sel Leydig untuk melakukan steroidogenesis, sedangkan FSH mengatur spermatogenesis oleh sel Sertoli. Segala hambatan intrinsik maupun ekstrinsik terhadap kerja LH atau FSH dapat mempengaruhi spermatogenesis secara bermakna [3]. Kelainan yang mempengaruhi kerja gonadotropin tersebut memiliki spektrum yang luas mulai dari hipoandrogenisme parsial [4] hingga hipogonadisme hipogonadotropik yang berkaitan dengan sindrom tertentu seperti sindrom Kallman [5]. Selain itu, faktor ekstrinsik seperti trauma kepala, riwayat radiasi sinar pengion pada area kepala, penyalahgunaan alkohol, penyakit sistemik, dan hemokromatosis juga patut dipertimbangkan sebagai penyebab hipogonadisme pada kasus infertilitas pria[6].

Pada kasus lain, sindrom genetik yang melibatkan spermatogenesis diketahui dapat berkaitan dengan infertilitas pria. Sindrom genetik ini dapat mempengaruhi jumlah kromosom, kelainan struktural, maupun anomali epigenetik pada gamet. Kelainan jumlah kromosom yang umum dijumpai sebagai penyebab genetik infertilitas pria adalah sindrom Klinefelter, 47,XXY (gambar 1). Pada lebih dari 90% kasus sindrom Klinefelter, azoospermia disertai hipogonadisme hipergonadotropik merupakan penanda klinis yang berkaitan langsung dengan kejadian infertilitas [7]. Namun, infertilitas biasanya bukan gejala utama yang mengarah pada sindrom Klinefelter mengingat kelainan aberasi kromosom ini lebih umum terdiagnosis saat fase anak-anak.

Sumber: Openi, 2014. Sumber: Openi, 2014.

Gambar 1. Pemeriksaan sitogenetik konvensional dari aspirat sumsum tulang dengan gambaran kariotip 47, XXY khas sindrom Klinefelter.

Kemudian, infertilitas pria juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang mempengaruhi kompartemen testis. Gangguan testikuler yang berkontribusi pada infertilitas pria terjadi biasanya melibatkan kelainan pada produksi sperma di epitel tubulus seminiferus, sintesis testosteron oleh sel Leydig, maupun sumbatan mikroduktal pada sistem transportasi sperma ke duktus ejakulatorius [8].

Infertilitas pria juga dapat disebabkan oleh varikokel. Sebagian besar pria dengan varikokel biasanya memiliki jumlah sperma yang masih baik dalam analisis semen. Meski demikian, varikokel diduga berperan dalam kejadian infertilitas pria akibat dampaknya terhadap peningkatan suhu intratestikuler akibat gangguan pada sistem pertukaran panas antara pleksus pampiniformis dengan sistem arteri sentral dan vena di sekitarnya [9].

Selain itu, infertilitas juga dapat disebabkan oleh berbagai bentuk gangguan ejakulasi akibat kelainan anatomi, fungsional, dan neurologis [10,11].

Referensi

3. Ramaswamy S, Weinbauer GF. Endocrine control of spermatogenesis: Role of FSH and LH/ testosterone. Spermatogenesis [Internet]. 2014 Mar 4;4(2):e996025. Available from: http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/21565562.2014.996025
4. Bhagavath B, Podolsky RH, Ozata M, Bolu E, Bick DP, Kulharya A, et al. Clinical and molecular characterization of a large sample of patients with hypogonadotropic hypogonadism. Fertil Steril [Internet]. 2006 Mar;85(3):706–13. Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0015028205039737
5. Dodé C, Hardelin J-P. Kallmann syndrome. Eur J Hum Genet [Internet]. 2009 Feb 5;17(2):139–46. Available from: http://www.nature.com/articles/ejhg2008206
6. Dandona P, Rosenberg MT. A practical guide to male hypogonadism in the primary care setting. Int J Clin Pract [Internet]. 2010 May;64(6):682–96. Available from: http://doi.wiley.com/10.1111/j.1742-1241.2010.02355.x
7. Groth KA, Skakkebæk A, Høst C, Gravholt CH, Bojesen A. Klinefelter Syndrome—A Clinical Update. J Clin Endocrinol Metab [Internet]. 2013 Jan;98(1):20–30. Available from: https://academic.oup.com/jcem/article-lookup/doi/10.1210/jc.2012-2382
8. Anawalt BD. Approach to Male Infertility and Induction of Spermatogenesis. J Clin Endocrinol Metab [Internet]. 2013 Sep;98(9):3532–42. Available from: https://academic.oup.com/jcem/article-lookup/doi/10.1210/jc.2012-2400
9. Cocuzza M, Cocuzza MA, Bragais FMP, Agarwal A. The role of varicocele repair in the new era of assisted reproductive technology. Clinics [Internet]. 2008;63(3):395–404. Available from: http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1807-59322008000300018&lng=en&nrm=iso&tlng=en
10. Bettocchi C, Verze P, Palumbo F, Arcaniolo D, Mirone V. Ejaculatory disorders: Pathophysiology and management. Nat Clin Pract Urol. 2008;5(2):93–103.
11. Revenig L, Leung A, Hsiao W. Ejaculatory physiology and pathophysiology: assessment and treatment in male infertility. Transl Androl Urol [Internet]. 2014;3(1):41–9. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26816751%5Cnhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC4708301

Pendahuluan Infertilitas Pria
Etiologi Infertilitas Pria

Artikel Terkait

  • Perbedaan IVF dan IUI
    Perbedaan IVF dan IUI
  • Suplementasi Asam Folat dan Zinc untuk Meningkatkan Jumlah dan Kualitas Sperma
    Suplementasi Asam Folat dan Zinc untuk Meningkatkan Jumlah dan Kualitas Sperma
Diskusi Terbaru
dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
Kemarin, 19:58
BRU 2022
Oleh: dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
1 Balasan
Bali Reumatology Update 2022Link Registrasi: bit.ly/WebinarBRU2022
Anonymous
Kemarin, 16:56
Terapi SLE dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Restie, Sp.PD , saya ingin bertanya bagaimana penyesuaian dosis kortikosteroid pada pasien SLE yang kemudian diketahui mengalami diabetes mellitus...
Anonymous
Kemarin, 16:50
Terapi T-3 hormone replacement therapy pada Hashimoto's Disease - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Restie Warapsari, Sp. PD saya ingin bertanya mengenai kapan diperlukan terapi T-3 hormone replacement therapy pada kasus hashimoto disease ya dok?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.