Efek Samping dan Interaksi Obat Remdesivir
Efek samping remdesivir di antaranya berupa diare, peningkatan enzim hepatik, cedera ginjal akut, pneumotoraks, acute respiratory distress syndrome (ARDS), hipernatremia, demam, syok septik, hematuria, dan delirium. Penggunaan remdesivir bersamaan dengan penginduksi kuat CYP3A4, seperti obat rifampisin, fenitoin, dan karbamazepin dapat mengurangi kadar remdesivir sehingga sebaiknya tidak diberikan secara bersamaan.[11,12,14,15]
Efek Samping
Efek yang tidak diinginkan dari penggunaan remdesivir bisa terjadi pada berbagai organ. Dari data non klinik, terdapat risiko rendah untuk terjadinya efek samping pada susunan saraf pusat, pernapasan, dan kardiovaskular pada perkiraan kadar terapi untuk manusia. Secara keseluruhan, efek samping yang terjadi di antaranya:
- Gastrointestinal: diare (9%), peningkatan enzim hepatik transaminase (23%)
- Ginjal: renal impairment (8%), acute kidney injury (6%)
- Kardiovaskuler: hipotensi (8%), atrial fibrilasi (6%), deep vein thrombosis (6%)
- Respirasi: pneumotoraks (4%), acute respiratory distress syndrome (4%)
- Gangguan elektrolit: hipernatremia (6%)
- Lain-lain: demam (4%), syok septik (4%), hematuria (4%), delirium (4%)[11,14]
Suatu penelitian klinis pada kasus COVID-19 meneliti mengenai penggunaan remdesivir selama 10 hari dengan dosis 200 mg intravena pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis 100 mg intravena selama 9 hari setelahnya. Penelitian tersebut mendapatkan bahwa dari 53 subjek terdapat 32 subjek yang mengalami efek samping, dan lebih sering terjadi pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik. Sebanyak 12 subjek (23%) mengalami efek samping serius, seperti multiple organ dysfunction syndrome, syok sepsis, cedera ginjal akut, dan hipotensi.[14]
Interaksi Obat
Belum ada studi in vivo terkait interaksi obat remdesivir. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa parent compound remdesivir memiliki potensi dapat menghambat enzim CYP dan transporter. Penelitian secara in vitro menggunakan mikrosomal hepatik manusia mendapatkan bahwa:
- Remdesivir merupakan penghambat lemah untuk CYP1A2, CYP2C9, CYP2C19, dan CYP2D6, serta memiliki potensi untuk menginduksi CYP1A2, CYP2B6, dan CYP3A4. Akan tetapi signifikansi klinis dari interaksi ini belum diketahui
- Sebagai substrat CYP3A4, penggunaan remdesivir bersamaan dengan penginduksi kuat CYP3A4, seperti rifampisin, fenitoin, dan karbamazepin dapat mengurangi kadar remdesivir sehingga sebaiknya tidak diberikan secara bersamaan
- Remdesivir memiliki potensi untuk menghambat transporter obat organic anion transporting polypeptide (OATP), seperti OATP1B1, OATP1B3, dan P-gp (P-glycoprotein). Akan tetapi signifikansi klinis dari interaksi ini belum diketahui
- Remdesivir diformulasikan dalam sulfobutylether-β-cyclodextrin (SBECD), suatu eksipien yang berguna untuk meningkatkan solubilitas. SBECD dapat terakumulasi pada pasien dengan disfungsi ginjal sedang hingga berat. Selain itu, pada studi preklinik terbukti bahwa SBECD dapat menyebabkan renal vacuolation. Kewaspadaan harus ditingkatkan apabila memberikan remdesivir bersamaan dengan obat lain yang diformulasikan dalam SBECD, seperti vorikonazol dan amiodaron, terutama pada pasien dengan klirens kreatinin yang kurang dari 30 ml/menit[12,15]