Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Efek Samping dan Interaksi Obat Remdesivir general_alomedika 2020-06-08T15:45:41+07:00 2020-06-08T15:45:41+07:00
Remdesivir
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Efek Samping dan Interaksi Obat Remdesivir

Oleh :
dr.Reni Widyastuti, Sp.FK
Share To Social Media:

Efek samping remdesivir di antaranya berupa diare, peningkatan enzim hepatik, cedera ginjal akut, pneumotoraks, acute respiratory distress syndrome (ARDS), hipernatremia, demam, syok septik, hematuria, dan delirium. Penggunaan remdesivir bersamaan dengan penginduksi kuat CYP3A4, seperti obat rifampisin, fenitoin, dan karbamazepin dapat mengurangi kadar remdesivir sehingga sebaiknya tidak diberikan secara bersamaan.[11,12,14,15]

Efek Samping

Efek yang tidak diinginkan dari penggunaan remdesivir bisa terjadi pada berbagai organ. Dari data non klinik, terdapat risiko rendah untuk terjadinya efek samping pada susunan saraf pusat, pernapasan, dan kardiovaskular pada perkiraan kadar terapi untuk manusia. Secara keseluruhan, efek samping yang terjadi di antaranya:

  • Gastrointestinal: diare (9%), peningkatan enzim hepatik transaminase (23%)
  • Ginjal: renal impairment (8%), acute kidney injury (6%)
  • Kardiovaskuler: hipotensi (8%), atrial fibrilasi (6%), deep vein thrombosis (6%)

  • Respirasi: pneumotoraks (4%), acute respiratory distress syndrome (4%)
  • Gangguan elektrolit: hipernatremia (6%)
  • Lain-lain: demam (4%), syok septik (4%), hematuria (4%), delirium (4%)[11,14]

Suatu penelitian klinis pada kasus COVID-19 meneliti mengenai penggunaan remdesivir selama 10 hari dengan dosis 200 mg intravena pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis 100 mg intravena selama 9 hari setelahnya.  Penelitian tersebut mendapatkan bahwa dari 53 subjek terdapat 32 subjek yang mengalami efek samping, dan lebih sering terjadi pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik. Sebanyak 12 subjek (23%) mengalami efek samping serius, seperti multiple organ dysfunction syndrome, syok sepsis, cedera ginjal akut, dan hipotensi.[14]

Interaksi Obat

Belum ada studi in vivo terkait interaksi obat remdesivir. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa parent compound remdesivir memiliki potensi dapat menghambat enzim CYP dan transporter. Penelitian secara in vitro menggunakan mikrosomal hepatik manusia mendapatkan bahwa:

  • Remdesivir merupakan penghambat lemah untuk CYP1A2, CYP2C9, CYP2C19, dan CYP2D6, serta memiliki potensi untuk menginduksi CYP1A2, CYP2B6, dan CYP3A4. Akan tetapi signifikansi klinis dari interaksi ini belum diketahui
  • Sebagai substrat CYP3A4, penggunaan remdesivir bersamaan dengan penginduksi kuat CYP3A4, seperti rifampisin, fenitoin, dan karbamazepin dapat mengurangi kadar remdesivir sehingga sebaiknya tidak diberikan secara bersamaan
  • Remdesivir memiliki potensi untuk menghambat transporter obat organic anion transporting polypeptide (OATP), seperti OATP1B1, OATP1B3, dan P-gp (P-glycoprotein). Akan tetapi signifikansi klinis dari interaksi ini belum diketahui
  • Remdesivir diformulasikan dalam sulfobutylether-β-cyclodextrin (SBECD), suatu eksipien yang berguna untuk meningkatkan solubilitas. SBECD dapat terakumulasi pada pasien dengan disfungsi ginjal sedang hingga berat. Selain itu, pada studi preklinik terbukti bahwa SBECD dapat menyebabkan renal vacuolation. Kewaspadaan harus ditingkatkan apabila memberikan remdesivir bersamaan dengan obat lain yang diformulasikan dalam SBECD, seperti vorikonazol dan amiodaron, terutama pada pasien dengan klirens kreatinin yang kurang dari 30 ml/menit[12,15]

Referensi

11. Informatorium Obat COVID-19 di Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Maret 2020. Hal.49-51
12. European Medicine Agency. Summary on compassionate use. April 2020. Diakses dari: https://www.ema.europa.eu/en/documents/other/summary-compassionate-use-remdesivir-gilead_en.pdf
14. Grein J, Ohmagari N, Shin D, Diaz G, Asperges E, Castagna A, et al. Compassionate Use of Remdesivir for Patients with Severe Covid-19. N Engl J Med. 2020.
15. Yang K. What do we know about remdesivir drug interactions? ASCPT. Mei 2020. doi:10.1111/CTS.12815. Diakses dari: https://ascpt.onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/cts.12815

Indikasi dan Dosis Remdesivir
Penggunaan pada Kehamilan dan Ib...

Artikel Terkait

  • Kortikosteroid untuk Penanganan COVID-19
    Kortikosteroid untuk Penanganan COVID-19
  • Koagulopati pada COVID-19
    Koagulopati pada COVID-19
  • Kelainan Kardiovaskular Akibat COVID–19
    Kelainan Kardiovaskular Akibat COVID–19
  • Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
    Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
  • Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona
    Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. ALOMEDIKA
26 Agustus 2022
Trending! Top 5 Artikel Kewaspadaan Pandemi di ALOMEDIKA
Oleh: dr. ALOMEDIKA
6 Balasan
ALO Dokter!Di saat kasus COVID-19 masih terus meningkat, masyarakat dikejutkan dengan kabar kasus pertama konfirmasi infeksi cacar monyet di Indonesia. Tidak...
Anonymous
13 Agustus 2022
D-dimer pada pasien post COVID sedikit mengingkat, apakah perlu terapi?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, selamat pagi.Izin konsul pasien lansia suami istriKeduanya selesai isoman dengan gejala ringan dan memeriksa d-dimer.Untuk suami usia 70 thn,...
dr. Hudiyati Agustini
03 Agustus 2022
Kondisi Pasca-COVID Pada Pasien Usia Dewasa Dan Lansia - Artikel Telaah Jurnal Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Seiring bertambahnya kasus infeksi COVID-19, muncul penyintas-penyintas yang mengalami gejala sisa ≥4 minggu setelah infeksi akut. Kondisi seperti...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.