Pengawasan Klinis Remdesivir
Pengawasan klinis harus dilakukan pada saat pemberian remdesivir. Remdesivir mengandung eksipien sulfobutylether-ß-cyclodextrin (SBECD) yang dikeluarkan melalui ginjal, sehingga akan terakumulasi pada penderita gangguan fungsi ginjal atau dengan penyakit ginjal kronis. Hal ini menyebabkan pemantauan fungsi ginjal perlu dilakukan. Jika eGFR berkurang ≥50%, maka harus dipertimbangkan penghentian remdesivir secara permanen. Remdesivir dapat meningkatkan enzim transaminase hepatik sehingga perlu dilakukan monitoring tes fungsi hati.[9,11,12]
Beberapa pengawasan klinis yang harus dilakukan pada pasien yang mendapatkan remdesivir adalah:
Infusion-related reaction dilaporkan terjadi selama pemberian remdesivir, gejalanya antara lain berupa mual, muntah, diaforesis, menggigil, dan hipotensi. Jika gejala dan tanda ini terjadi, segera hentikan pemberian remdesivir
- Selama pemberian remdesivir perlu dilakukan pemantauan terhadap fungsi ginjal secara berkala. Apabila didapatkan tanda gangguan ginjal maka terapi remdesivir harus segera dihentikan
- Tes fungsi hati harus dilakukan tiap hari selama pemberian Terapi dihentikan pada pasien dengan SGPT ≥5 kali di atas normal, dan dapat dimulai kembali ketika SGPT kembali <5 kali dari, batas normal. Peningkatan SGPT dapat diikuti dengan gejala dan tanda inflamasi hati atau peningkatan bilirubin terkonjugasi, alkalin fosfatase, atau INR
- Pasien anak harus diperiksa fungsi ginjalnya secara berkala, dan terapi harus dihentikan apabila terjadi penurunan fungsi ginjal yang bermakna[9,11,12]