Etiologi Tobacco Use Disorder
Etiologi tobacco use disorder adalah perilaku merokok. Nikotin adalah pestisida natural yang ditemukan di daun tembakau. Nikotin adalah substansi adiktif. Ketika nikotin dikonsumsi secara inhalasi melalui perilaku merokok, nikotin dengan cepat mencapai alveolus dan segera mencapai otak melalui peredaran darah.
Nikotin akan berikatan dengan nicotinic acetylcholine receptors (nAChRs). Terdapat subunit nAChRs di otak yang terbagi menjadi beberapa subunit alfa dan beta yang tersusun dalam konfigurasi pentamer. Salah satu subunit terbanyak adalah subtipe α4β2 yang memiliki afinitas tinggi terhadap nikotin. [15]
Faktor Risiko
Menurut DSM-5, terdapat tiga komponen yang menjadi faktor risiko untuk tobacco use disorder, yaitu
- Faktor temperamental. Individu yang mempunyai ciri kepribadian eksternalisasi mempunyai risiko lebih tinggi menggunakan tembakau. Begitu pula anak-anak dengan gangguan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan perilaku, dan orang dewasa dengan depresi, gangguan bipolar, gangguan cemas, gangguan kepribadian, gangguan psikotik, atau gangguan penggunaan zat lainnya.
- Faktor lingkungan. Individu dengan tingkat pendidikan dan penghasilan yang rendah berisiko lebih tinggi untuk menggunakan tembakau.
- Faktor genetik dan fisiologis. Genetik berkontribusi pada usia onset menggunakan tembakau dan perkembangannya. [5]
Paparan terhadap nikotin yang lebih awal berhubungan dengan tingkat adiksi yang lebih berat. Begitu pula mereka yang mempunyai komorbiditas gangguan mental atau gangguan penggunaan zat lainnya, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami tobacco use disorder lebih berat dan lebih sulit berhenti. [6,7]
Perempuan yang mengalami tobacco use disorder juga dilaporkan lebih sulit untuk berhenti dibandingkan laki-laki. Hal ini karena metabolisme nikotin lebih cepat pada perempuan. [4]
Pengaruh Sosial Budaya
Tobacco use disorder tersebar luas dan sulit ditangani. Selain masalah hukum (tidak dikategorikan sebagai zat terlarang), merokok juga diterima sebagai lambang maskulinitas dalam pergaulan dan hal yang wajar dilakukan di waktu luang. [8] Merokok juga dipandang sebagai salah satu metode untuk meredakan stress atau sebagai lambang pergaulan. [7]