Penatalaksanaan Tobacco Use Disorder
Penatalaksanaan tobacco use disorder mengedepankan intervensi perilaku dan, bila diperlukan, penggunaan medikamentosa. [1]
Intervensi Perilaku
Intervensi perilaku dengan program berhenti merokok diawali dari pembentukan motivasi individual untuk berhenti. Sesi konseling singkat mengenai akibat rokok, cara, dan manfaat berhenti merokok secara rutin bisa meningkatkan motivasi pasien untuk berhenti. [9]
Intervensi perilaku bisa dilakukan dalam sesi individual atau dalam bentuk terapi kelompok. Ada beberapa jenis intervensi perilaku yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok :
- Membantu pasien mendapatkan keterampilan problem solving. Misalnya, menghindari situasi dimana dirinya atau orang lain biasanya merokok, lalu mengidentifikasi pemicu perilaku merokok dan menghindarinya.
Stress management, karena umumnya perilaku merokok memberat ketika terdapat stressor.
- Membantu memberikan dukungan sosial untuk berhenti merokok
- Membantu perokok untuk mendapatkan dukungan untuk berhenti merokok dari luar lingkungan terapi. [12]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan beberapa tahap berikut untuk pasien yang berusaha berhenti merokok :
- Pasien menyampaikan kepada orang lain mengenai keputusannya untuk berhenti merokok
- Tetapkan target waktu, misalnya 2-3 minggu
- Mulai dengan cara yang mudah. Misalnya, sarankan pasien untuk mencatat dalam kondisi apa ia lebih sering merokok (bosan, cemas, kesepian, sedang menonton, bermain kartu, atau jika minum kopi). Beri nilai 0 sampai 5, dengan kriteria 0 adalah merokok sangat banyak seperti kereta api dan 5 hanya jika diperlukan. Kemudian, minta pasien mengenali saat dimana ia merokok seperti kereta api dan buatlah upaya untuk berhenti merokok secara bertahap.
- Hindari kebiasaan yang sering meningkatkan keinginan merokok, misalnya konsumsi kopi dan alkohol atau menghadiri acara malam. Jika pasien merasa godaan sangat besar, cobalah mengonsumsi produk susu, buah-buahan, dan sayuran lebih banyak karena studi menyebutkan bahwa makanan tersebut akan memberikan cita rasa yang kurang enak saat merokok. [17]
Medikamentosa
Intervensi farmakoterapi untuk berhenti merokok mencakup nicotine replacement therapy (NRT), juga obat-obatan yang tidak mengandung nikotin tapi bisa meredakan gejala-gejala putus zat nikotin. Media NRT beragam, seperti permen karet, plester yang ditempelkan pada kulit, tablet, atau bisa dengan semprot mulut atau hidung. [9] Obat-obatan yang bisa digunakan untuk membantu berhenti merokok adalah bupropion, nortiptilin, dan clonidine. [12] Obat yang banyak digunakan sebagai alternatif NRT adalah varenicline dan bupropion. [3,13]
Nicotine Replacement Therapy
Nicotine replacement therapy (NRT) bekerja dengan cara :
- Mengurangi gejala putus obat, sehingga pasien belajar untuk menjalani aktivitas tanpa rokok
- Mengurangi efek nikotin dari tembakau
- Memberi efek psikologis terkait mood dan status kesadaran
Terdapat berbagai formulasi dan dosis NRT yang tersedia saat ini. Produk NRT yang sudah beredar secara resmi di dunia adalah transdermal, semprot nasal, inhaler, dan berbagai produk oral (permen karet, lozenges, dan tablet sublingual).
NRT transdermal digunakan 1 kali per hari. Sediaan ini disebut sebagai passive dosing karena memasukkan nikotin ke dalam tubuh secara perlahan melalui kulit. Nikotin yang dikonsumsi secara oral dilaporkan tidak berisiko menyebabkan ketergantungan karena harus melewati first pass metabolism di hati sehingga kadarnya di darah rendah. Konsumsi oral juga membuat penghantaran nikotin ke otak menjadi sangat lambat.
Menggantikan tembakau dengan NRT adalah strategi meminimalisir harm, karena pasien tidak mendapatkan efek toksik dari merokok. Sayangnya, NRT sulit didapat di Indonesia, terutama pada pasien yang berisiko. Selain itu, karena terapi ini bernilai sangat penting, harganya jauh lebih mahal dari produk tembakau. [16]
Farmakoterapi Nonnikotin
Bupropion bekerja dengan menurunkan berbagai gejala putus obat nikotin, termasuk depresi. Dibandingkan plasebo, bupropion dilaporkan 2 kali lebih efektif. Efikasi ini meningkat jika bupropion digunakan bersama dengan nicotine replacement therapy (NRT). Dosis yang direkomendasikan adalah 150 mg dua kali sehari. Efek samping yang sering muncul adalah mulut kering dan gangguan tidur.
Varenicline adalah agonist parsial nicotinic acetylcholine receptors (nAChRs) α4β2. Penggunaan varenicline dilaporkan meningkatkan berhenti merokok jangka panjang 3 kali lipat dibandingkan kontrol. Penggunaan varenicline perlu berhati-hati pada pasien dengan gangguan kardiovaskular. Varenicline digunakan 1 minggu sebelum konsumsi rokok dihentikan. Dosis hari 1-3 adalah 0,5 mg per oral sekali sehari, dilanjutkan 0,5 mg per oral 2 kali sehari untuk hari ke 4-7. Setelah itu, dosis ditingkatkan menjadi 1 mg per oral 2 kali sehari dan dilanjutkan selama 12 minggu. [16]