Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum
Penatalaksanaan pada perdarahan postpartum terbagi menjadi dua yakni tatalaksana umum dan khusus. [15]
Tata Laksana Umum
Penatalaksanaan secara umum pada perdarahan postpartum meliputi :
- Penilaian kegawatdaruratan, tanda-tanda syok, dan pemberian oksigen
- Memasang jalur intravena dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 G atau 18 G) untuk resusitasi
-
Pemberian cairan kristaloid atau normal saline. Dapat diberikan secara bolus jika terdapat syok hipovolemik
-
Pada pasien PPH primer dengan perdarahan aktif yang masif atau gejala hipovolemia pada PPH primer dan sekunder, dilakukan pemeriksaan golongan darah, crossmatch dan darah lengkap, serta transfusi sesuai protokol
-
Memasang kateter urin untuk memantau urine output
- Pada PPH sekunder, persiapkan transfusi darah apabila Hb <8g/dL atau secara klinis menunjukkan tanda-tanda anemia berat
- Pantau terus tanda-tanda vital pasien
- Menentukan penyebab atau sumber perdarahan dan mulai dilakukan tatalaksana khusus
Tata Laksana Khusus
Penatalaksanaan khusus diberikan sesuai dengan penyebab perdarahan postpartum, yakni mnemonic 4T. [8,14-16]
Tonus
Pada keadaan gangguan tonus, pemijatan uterus dapat dilakukan untuk membantu memperbaiki tonus dan menghentikan perdarahan. Selain itu, obat-obat uterotonika yang merangsang kontraksi uterus juga dapat digunakan, seperti :
-
Oksitosin: Berfungsi untuk menstimulasi segmen atas dari miometrium agar dapat berkontraksi dengan teratur dan dapat mengkonstriksi arteri-arteri spiral serta menurunkan aliran darah ke uterus. Dosis yang direkomendasikan 20 – 40 IU dalam 1 liter normal saline, berikan secara intravena sebanyak 500 mL dalam 10 menit, kemudian selanjutnya 250 mL setiap jam.
- Misoprostol: Bekerja dengan menginduksi kontraksi uterus secara menyeluruh. Dosis yang direkomendasikan adalah 800 – 1000 mcg diberikan per rektal atau 600 – 800 mcg diberikan per sublingual atau per oral. Misoprostol digunakan hanya jika tidak tersedia oksitosin.
Trauma
Pada keadaan trauma misalnya pada laserasi jalan lahir dapat dilakukan penjahitan laserasi secara kontinu. Sedangkan pada inversio uteri dapat dilakukan reposisi uterus.
Tissue
Pada keadaan sisa plasenta dapat dilakukan manual plasenta dengan hati-hati. Sedangkan pada sisa bekuan darah, dapat dilakukan eksplorasi digital atau aspirasi vakum manual dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan sisa.
Thrombin
Pada keadaan dengan gangguan faktor pembekuan darah dapat diberikan transfusi darah lengkap untuk menggantikan faktor pembekuan darah dan sel darah merah. Selain itu, dapat juga diberikan asam traneksamat untuk perdarahan post partum, dengan dosis sebesar 1 gram. Dosis asam traneksamat dapat diulang jika perdarahan berlangsung lebih dari 30 menit.[19]
Pembedahan
Perdarahan postpartum yang tidak dapat dihentikan melalui penatalaksanaan farmakologis harus ditangani dengan teknik pembedahan. Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan di antaranya adalah ligasi arteri uterina, ovarika, atau iliaka interna, serta operasi histerektomi jika perdarahan masih tidak dapat dikontrol. [8,14]