Edukasi dan Pomosi Kesehatan Perdarahan Postpartum
Akibat angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi dan penyebab terbesarnya adalah perdarahan postpartum, maka edukasi, promosi kesehatan serta upaya pencegahan dan pengendalian penyakit perlu dilakukan sebaik dan sedini mungkin.
Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan kepada ibu hamil yakni menyarankan ibu untuk rajin memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit). Pemeriksaan rutin pada ibu hamil disebut sebagai asuhan antenatal (Antenatal Care / ANC).
ANC merupakan upaya penelusuran berbagai kemungkinan atau penyulit kesehatan (terutama faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum) selama masa kehamilan yang berpotensi menganggu kualitas kehamilan hingga persalinan.
ANC minimal dilakukan banyak 4 kali selama masa kehamilan yakni minimal 1 kali kunjungan pada trimester pertama, 1 kali kunjungan pada trimester kedua, dan 2 kali kunjungan pada trimester ketiga. Apabila kehamilan berisiko tinggi, maka jadwal kunjungan harus lebih sering dilakukan dan pemeriksaan lebih ketat. [14]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan terhadap perdarahan postpartum yang dapat dilakukan yakni manajemen aktif persalinan kala III yang diduga dapat menurunkan insidensi dan derajat keparahan perdarahan postpartum. Manajemen aktif tersebut meliputi pemberian obat uterotonika yang direkomendasikan diberikan segera setelah bayi lahir. [18]
Upaya pencegahan lainnya yang juga sama pentingnya yakni sebagai berikut:
- Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi penyakit kronis dan anemia sehingga pada saat hamil dan persalinan ibu dalam keadaan optimal.
-
Mendeteksi faktor risiko perdarahan postpartum seperti multiparitas, taksiran berat janin yang besar, hamil kembar, hidramnion, riwayat sectio caesarea, dan riwayat perdarahan postpartum sebelumnya.
- Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan lakukan pencegahan partus lama.
- Kehamilan dengan risiko tinggi harus melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.
- Kehamilan dengan risiko rendah dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan di dukun.
- Tenaga kesehatan yang membantu persalinan harus menguasai langkah-langkah pertolongan pertama dalam menghadapi perdarahan postpartum dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya. [14]