Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Retensio Plasenta general_alomedika 2022-08-24T14:29:40+07:00 2022-08-24T14:29:40+07:00
Retensio Plasenta
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Retensio Plasenta

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Retensio plasenta adalah keadaan tidak lahirnya plasenta dalam waktu lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Retensio plasenta merupakan keadaan yang dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum, infeksi, dan syok, sehingga dapat mengancam nyawa pasien.[1,2]

Patofisiologi terjadinya retensio plasenta berkaitan dengan adanya plasentasi invasif, hipoperfusi plasenta, dan kontraksi miometrium yang inadekuat. Spektrum retensio plasenta dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu plasenta trapped atau inkarserata, adherens, dan akreta. Retensio plasenta yang disebabkan oleh plasenta akreta memiliki luaran klinis yang paling buruk.[1,3]

plasentacompressed

Beberapa faktor risiko retensio plasenta, antara lain riwayat operasi pada uterus, misalnya sectio caesarea, riwayat in vitro fertilization (IVF), kelahiran preterm, atau riwayat retensio plasenta terdahulu. Selain itu paritas tinggi dan penggunaan oxytocin berkepanjangan juga dapat mengakibatkan kontraksi uterus yang buruk, sehingga meningkatkan risiko retensio plasenta.[4]

Diagnosis retensio plasenta dapat ditegakkan berdasarkan temuan klinis plasenta yang tidak lahir dalam waktu lebih dari 30 menit. Selain itu, pasien juga dapat mengalami nyeri pada abdomen, yang disertai dengan perdarahan. Meskipun tidak rutin dilakukan, pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk membedakan plasenta trapped dengan plasenta adherens, atau untuk menilai apakah terdapat sisa plasenta dalam kavum uteri.[5,6]

Tata laksana definitif retensio plasenta adalah manual plasenta. Namun, stabilisasi hemodinamik dengan resusitasi cairan juga harus dilakukan segera. Pengobatan medis, seperti oxytocin, carboprost tromethamine, dan nitrogliserin, dapat digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan. Apabila plasenta tidak dapat dilahirkan dengan manual plasenta, tindakan lain seperti ekstraksi instrumen dan histerektomi dapat dilakukan.[6–8]

Edukasi pada retensio plasenta dilakukan agar pasien dapat mengenali faktor risiko terjadinya retensio plasenta, serta mendorong pasien untuk kontrol kehamilan secara berkala. Hingga saat ini, belum ditemukan intervensi yang terbukti efektif untuk mencegah retensio plasenta. Pasien dengan risiko tinggi untuk mengalami retensio plasenta sebaiknya melakukan persalinan di fasilitas kesehatan dengan peralatan lengkap.[4,8]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Endler M. Characterizing Retained Placenta: Epidemiology and Pathophysiology of a Critical Obstetric Disorder. Vol. 64, Pediatric Research. 2016. p. 63–7.
2. Endler M, Grünewald C, Saltvedt S. Epidemiology of Retained Placenta. Obstet Gynecol. 2012;119(4):801–9.
3. Greenbaum S, Wainstock T, Dukler D, Leron E, Erez O. Underlying mechanisms of retained placenta: Evidence from a population based cohort study. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2017;216:12–7.
4. Perlman NC, Carusi DA. Retained placenta after vaginal delivery: risk factors and management. Int J Womens Health. 2019 Oct 7;11:527-534. doi: 10.2147/IJWH.S218933.
5. Weeks AD. The retained placenta. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2008;22(6):1103–17.
6. Lim PS. Retained placenta: Do we have any option? World J Obstet Gynecol. 2014;3(3):124.
7. Garmi G, Salim R. Epidemiology, Etiology, Diagnosis, and Management of Placenta Accreta. Obstet Gynecol Int. 2012:1–7.
8. Weeks A, Berghella V, Barss VA. Retained placenta after vaginal birth. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/retained-placenta-after-vaginal-birth

Patofisiologi Retensio Plasenta
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
25 Januari 2022
Tindakan yang dapat dilakukan pada retensio plasenta - Obgyn Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
1 Balasan
Alo dr. Thomas, Sp.OG, izin bertanya dokter.Tindakan apa saja yang dapat dilakukan pada retensio plasenta? Tahapan tindakan yang tepat...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.