Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Perdarahan Postpartum general_alomedika 2024-08-02T15:29:30+07:00 2024-08-02T15:29:30+07:00
Perdarahan Postpartum
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Perdarahan Postpartum

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Diagnosis perdarahan postpartum atau postpartum hemorrhage (PPH) dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis singkat, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperlunya. Perlu diingat bahwa ketiga tindakan tersebut harus dilakukan dengan cepat dan tepat, karena kasus perdarahan postpartum merupakan kasus kegawatdaruratan.[2,7]

Anamnesis

Anamnesis tidak dapat dilakukan secara lengkap pada semua kasus perdarahan postpartum. Hal ini dikarenakan sebagian besar kasus perdarahan postpartum sifatnya mengancam nyawa, dan mencari sebab perdarahan serta menghentikan perdarahan lebih diutamakan. Namun, anamnesis dapat dilakukan secara singkat untuk membedakan antara jenis perdarahan postpartum primer atau sekunder, dan untuk mencari penyebab serta faktor risiko dari perdarahan postpartum.[2,7]

Anamnesis juga dilakukan pada dokter atau bidan yang menangani persalinan untuk mengetahui proses dan penyulit pada kehamilan dan persalinan. Berikut ini adalah perbedaan antara perdarahan postpartum primer dan sekunder:

  • Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan, biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, dan inversio uteri
  • Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam pasca persalinan, biasanya disebabkan oleh tertinggalnya jaringan plasenta (sisa plasenta), infeksi dalam rahim dengan atau tanpa produk-produk konsepsi yang tertinggal, involusi rahim yang lambat, atau tidak adekuatnya drainase lokia. Selain itu, sisa jaringan plasenta dalam rahim dapat menyebabkan endometritis[2,8]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada perdarahan postpartum terbagi menjadi dua, yakni pemeriksaan umum dan khusus/obstetri.

Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, nadi, laju napas, tekanan darah, hidrasi kulit dan membran mukosa, capillary refill time (CRT), dan urine output. Pemeriksaan fisik secara umum penting dilakukan terutama untuk menilai derajat keparahan hipovolemik akibat perdarahan postpartum.[2,7,9]

Tabel 1. Tanda dan Gejala Sesuai Derajat Hipovolemik

Klasifikasi Tanda Klinis

Ringan

Jumlah perdarahan 1000-1500 mL (10-15%)

●      Keadaan umum pasien tampak lemas

●      Tekanan darah sistolik 80‒100 mmHg

●      Takikardia ringan

●      Mottled skin

●      Akral atau ekstremitas dingin

●      CRT (capillary refill time) memanjang

●      Urine output menurun

Sedang

Jumlah perdarahan 1500-2000 mL (25-35%)

●      Keadaan umum pasien tampak gelisah

●      Tekanan darah sistolik 70‒80 mmHg

●      Takikardia >110 kali per menit

●      Laju napas >30 kali per menit

●      Kulit pucat (telapak tangan, mukosa bibir)

●      CRT memanjang

●      Urine output menurun (oliguria)

Berat

Jumlah perdarahan 2000-3000 mL (35-50%)

●      Keadaan umum pasien tampak agitasi atau bingung, terkadang tidak sadarkan diri

●      Tekanan darah sistolik 50‒70 mmHg

●      Anuria

Sumber: Novita, 2019.[9]

Pemeriksaan Fisik Khusus

Pada pemeriksaan fisik khusus atau obstetri dicari tahu penyebab dari perdarahan. Pemeriksaan obstetri meliputi pemeriksaan kontraksi uterus, letak, konsistensi uterus, pemeriksaan dalam untuk menilai adanya perdarahan atau sumber perdarahan, melihat keutuhan plasenta, tali pusat, serta mencari apakah terdapat robekan pada jalan lahir. Berikut ini adalah tanda gejala sesuai penyebab perdarahan postpartum.[2,7,9]

Tabel 2. Tanda dan Gejala pada Perdarahan Postpartum

Penyebab Tanda dan gejala
Atonia uteri

●      Perdarahan terjadi segera setelah anak lahir

●      Uterus tidak berkontraksi, konsistensi uterus lembek

Retensio plasenta ●      Plasenta tidak keluar 30 menit setelah bayi lahir
Sisa plasenta

●      Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap

●      Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pasca persalinan disertai subinvolusi uterus

Robekan jalan lahir ●      Perdarahan mengalir segera setelah bayi lahir
Inversio uteri

●      Fundus uteri tidak teraba

●      Liang vagina terisi massa

●      Nyeri perut (ringan hingga berat)

Gangguan pembekuan darah

●      Perdarahan sulit dihentikan, darah cenderung encer dan tidak terdapat gumpalan darah

●      Kegagalan terbentuknya gumpalan darah muncul pada saat dilakukan uji pembekuan darah

●      Terdapat faktor predisposisi seperti solusio plasenta, intrauterine fetal death / IUFD, eklamsia, emboli air ketuban

Sumber: Novita, 2019.[9]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada perdarahan postpartum adalah berdasarkan etiologinya.

Atonia Uteri

Pada atonia uteri akan didapatkan tonus otot yang abnormal setelah plasenta lahir. Perabaan uterus terasa lembek.

Retensio Plasenta

Pada retensio plasenta, plasenta tidak dapat dilahirkan bahkan 30 menit setelah bayi lahir. Kontraksi uterus bisa normal, bisa hipotonus.

Sisa Plasenta

Sisa plasenta dapat terdeteksi segera setelah plasenta lahir dengan melihat kelengkapan plasenta, dan beberapa hari setelah lahir dimana didapatkan perdarahan terus menerus dan subinvolusi uterus.

Robekan Jalan Lahir

Setelah bayi lahir, dapat terlihat adanya robekan pada perineum, cervix, atau vagina.

Inversio Uteri

Setelah bayi dan plasenta lahir, saat dilakukan perabaan, tidak didapatkan fundus uteri. Massa uteri dapat terlihat pada liang vagina.

Gangguan Pembekuan Darah

Penyebab ini cukup jarang didapatkan dan biasanya sudah terdeteksi saat dilakukan antenatal care, misalnya pada pasien HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, dan low platelet count). Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium profil pembekuan darah, seperti bleeding time, clotting time, dan prothrombin time.[2,7]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada perdarahan postpartum tidak selalu dilakukan, karena disesuaikan dengan jenis perdarahan serta onset kejadian. Namun berikut ini adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan (terutama pada asuhan antenatal) untuk membantu dokter dalam mencari faktor risiko, mendiagnosis, serta menentukan penyebab perdarahan postpartum.[2,7]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah rutin, utamanya pemeriksaan Hemoglobin. Umumnya jika terjadi perdarahan masif dapat ditemukan hasil Hb kurang dari 8 g/dL. selain itu apabila pada saat asuhan antenatal ditemukan bahwa ibu mengalami anemia, maka keadaan ini dapat segera dikoreksi.

Pemeriksaan golongan darah juga dilakukan untuk kepentingan tatalaksana bila pasien membutuhkan transfusi darah. Transfusi sebaiknya tidak ditunda dan tidak diputuskan berdasarkan kadar hemoglobin semata, tetapi sebaiknya dilakukan berdasarkan kondisi klinis pasien.

Pemeriksaan waktu perdarahan atau waktu pembekuan, trombosit, protrombin dan partial prothrombin time / PTT, untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan faktor pembekuan darah.

Pemeriksaan fibrinogen atau D-dimer dapat digunakan untuk membantu penegakan diagnosis disseminated intravascular coagulation (DIC).[2,7]

Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG dilakukan untuk melihat apakah terdapat sisa plasenta ataupun gumpalan darah. Kemudian apabila dilakukan pada saat antenatal dapat membantu dokter mendeteksi plasenta previa dan plasenta akreta.[2,7]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

2. Wormer KC, Jamil RT, Bryant SB. Acute Postpartum Hemorrhage. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499988/
7. Smith JR. Postpartum Hemorrhage. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/275038-overview
8. Nyfløt, L.T., Sandven, I., Stray-Pedersen, B. et al. Risk factors for severe postpartum hemorrhage: a case-control study. BMC Pregnancy Childbirth 17, 17 (2017). https://doi.org/10.1186/s12884-016-1217-0
9. WHO recommendations for the prevention and treatment of postpartum hemorrhage. World Health Organization 2012. ISBN 978 92 4 154850 2.

Epidemiologi Perdarahan Postpartum
Penatalaksanaan Perdarahan Postp...

Artikel Terkait

  • Efek Asam Traneksamat pada Risiko Perdarahan Postpartum pada Anemia Sedang dan Berat – Telaah Jurnal Alomedika
    Efek Asam Traneksamat pada Risiko Perdarahan Postpartum pada Anemia Sedang dan Berat – Telaah Jurnal Alomedika
  • Efektivitas dan Keamanan Asam Traneksamat Untuk Perdarahan Post Partum
    Efektivitas dan Keamanan Asam Traneksamat Untuk Perdarahan Post Partum
  • Oxytocin Intravena Lebih Baik dibandingkan Oxytocin Intramuskular dalam Profilaksis Perdarahan Post Partum
    Oxytocin Intravena Lebih Baik dibandingkan Oxytocin Intramuskular dalam Profilaksis Perdarahan Post Partum
  • Oxytocin Intravena Vs Intramuskular sebagai Profilaksis Perdarahan Postpartum
    Oxytocin Intravena Vs Intramuskular sebagai Profilaksis Perdarahan Postpartum
  • Misoprostol Sublingual Preoperatif VS Post Operatif untuk Pencegahan Perdarahan Postpartum Sectio Caesarea – Telaah Jurnal Alomedika
    Misoprostol Sublingual Preoperatif VS Post Operatif untuk Pencegahan Perdarahan Postpartum Sectio Caesarea – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 01 Februari 2024, 18:45
Perdarahan postpartum karena SC
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, sya punya pasien di PKM, pasien mengalami perdarahan hingga anemi dok. Riwayat sebulan lalu post SC. Setelahnya dirujuk ke RS untuk ditranfusi. 2...
Anonymous
Dibalas 22 November 2023, 15:36
Kapan harus merujuk pasien post HPP dengan Hb rendah?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter. Izin berdiskusi..Bila hemoragic post partum sudah teratasi, keluhan pasien tidak ada, pusing (-), lemas (-), pengeluaran darah sudah normal...
dr. Gabriela
Dibalas 12 September 2022, 10:50
Oxytocin Intravena Lebih Baik dibandingkan Oxytocin Intramuskular dalam Profilaksis Perdarahan Post Partum
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Perdarahan post partum merupakan salah satu penyebab mortalitas utama pada ibu. Perdarahan post partum dapat dicegah dengan pemberian oxytocin....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.