Epidemiologi Perdarahan Postpartum
Epidemiologi perdarahan postpartum dilaporkan menyebabkan 140.000 kematian terkait kehamilan setiap tahunnya. [10]
Global
Diperkirakan bahwa 3–5 % pasien obstetri di seluruh dunia mengalami perdarahan postpartum. Sekitar 50-60% perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri, 16-17% disebabkan oleh retensio plasenta, 23-24% disebabkan oleh sisa plasenta, 4-5% disebabkan oleh laserasi jalan lahir, dan 0,5-0,8% disebabkan oleh gangguan pembekuan darah atau faktor koagulasi. [2,3]
Jumlah kasus perdarahan postpartum terus meningkat terutama di negara-negara berkembang. Hal ini dilatarbelakangi oleh kurangnya tenaga kesehatan, layanan transfusi, serta layanan operasi. Selain itu, hampir sebagian besar persalinan tidak terjadi di rumah sakit, sehingga pada saat terjadi perdarahan postpartum, sebagian besar ibu terlambat mendapatkan pertolongan. [11]
Indonesia
Data mengenai perdarahan postpartum sendiri di Indonesia masih sangat sulit ditemukan. Namun perdarahan postpartum merupakan penyebab tingginya angka kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2013. Menurut hasil penelitian Mu’minatunnisa M et al yang dilakukan di Bandung, dari 3429 jumlah ibu bersalin di RSUD Kota Bandung tahun 2011 yang mengalami perdarahan postpartum, sebanyak 51% disebabkan oleh retensio plasenta, serta angka kejadian perdarahan postpartum ditemukan paling banyak pada pasien yang berusia diatas 35 tahun (14%). [12]
Mortalitas
Sebanyak 140.000 wanita di dunia meninggal akibat perdarahan postpartum setiap tahunnya (1 kematian setiap 4 menit). Menurut WHO, kematian ibu di kawasan Asia Tenggara menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu dan anak secara global. Di Indonesia sendiri, angka kematian Ibu masih tergolong sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, dengan penyebab terbanyak adalah perdarahan postpartum. [2-3,13]