Diagnosis Inkompetensi Serviks
Diagnosis inkompetensi serviks dapat ditegakkan jika ditemukan dilatasi dan penipisan (effacement) progresif yang tidak disertai nyeri atau tanda persalinan lain sebelum minggu ke-37 kehamilan. Diagnosis dapat dibantu dengan mengukur panjang serviks pada USG transvaginam dan kadar fetal fibronectin (fFN). [1,2,6]
Diagnosis dini inkompetensi serviks cukup menantang karena tidak ada tanda atau gejala yang khas sebagai kriteria diagnosis. Ultrasonografi transvaginal dianggap sebagai alat diagnosis dan skrining yang baik untuk wanita risiko tinggi. Wanita yang memiliki risiko tinggi adalah wanita yang mempunyai riwayat keguguran secara spontan pada trimester kedua dan awal trimester tiga. [1,3,5]
Diagnosis inkompetensi serviks umumnya ditegakkan berdasarkan keadaan berikut :
- Berdasarkan tanda dan gejala : Terjadinya dilatasi serviks yang tidak disertai dengan rasa sakit merupakan tanda klasik inkompetensi serviks. Sebagian besar wanita tidak memiliki gejala atau mengalami gejala ringan pada trimester kedua, seperti kram perut, sakit punggung, tekanan panggul, keputihan yang banyak, berubahnya warna keputihan dari bening menjadi merah muda, dan terdapatnya bercak darah
- Berdasarkan riwayat obstetrik : Wanita yang mengalami riwayat keguguran berulang pada trimester kedua atau awal trimester ketiga
- Berdasarkan USG : Wanita yang telah menjalani USG dan terbukti memiliki inkompetensi serviks [1,3-5,7]
Diagnosis berdasarkan USG umumnya menunjukan penipisan pada serviks, atau ditemukannya funnelling dan ballooning membran yang melewati orifisium serviks interna, namun pada saat yang bersamaan orifisium serviks eksterna tertutup rapat. [3]
Anamnesis
Pada anamnesis inkompetensi serviks, perlu ditanyakan riwayat keguguran pada trimester kedua. Beberapa hal lain yang perlu digali adalah pecahnya ketuban sebelum minggu ke-32 kehamilan dan didapati penipisan serviks (kurang dari 25 mm) sebelum minggu ke-27 kehamilan. Faktor risiko lain juga perlu digali, seperi riwayat trauma serviks, manipulasi serviks, dan riwayat infeksi seperti servisitis. [1]
Pasien inkompetensi serviks umumnya asimptomatik. Tetapi keluhan ringan dan nonspesifik seperti rasa ditekan pada pelvis, nyeri pinggang, dan peningkatan duh vagina dapat ditemukan. [6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang lengkap diperlukan untuk menilai kondisi pasien secara umum dan dilanjutkan dengan pemeriksaan sistem organ yang bersifat spesifik. Pemeriksaan fisik yang signifikan pada kasus inkompetensi serviks adalah pemeriksaan dilatasi serviks. Pada inkompetensi serviks, akan ditemukan dilatasi dan penipisan serviks tanpa adanya kontraksi atau tanda persalinan lain. [2,6,7]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu penegakan diagnosis inkompetensi serviks adalah USG dan pengukuran kadar fetal fibronectin (fFN). Pada USG akan ditemukan pemendekan panjang serviks, dan gangguan pada fFN mampu menentukan risiko persalinan prematur. [6]
USG
Pengukuran panjang serviks melalui USG, terutama USG transvagina, dilaporkan bermanfaat dalam mendiagnosis inkompetensi serviks. Serviks yang pendek, biasanya didefinisikan sebagai < 25 mm, dilaporkan berhubungan dengan risiko persalinan prematur. Pada USG juga bisa ditemukan funnelling, yaitu gambaran penipisan serviks yang dimulai pada orifisium interna menuju ke arah kaudal.
Pada wanita hamil yang asimptomatik, USG transvaginal serial dapat bermanfaat dalam diagnosis dan evaluasi. Pengukuran panjang serviks melalui USG biasanya dimulai sejak usia kehamilan 16 minggu dan diulangi setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 26-28 minggu.
Pada wanita yang tidak memiliki riwayat persalinan prematur, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan pengukuran panjang serviks melalui USG transabdominal antara usia gestasi 18-22 minggu. Apabila ada kecurigaan pemendekan serviks, lakukan USG transvaginal. [1,5,6]
Fetal Fibronectin
Fetal fibronectin (fFN) adalah glikoprotein berukuran besar yang bermanfaat dalam meningkatkan adhesi sel plasenta ke uterus. Apabila terdapat gangguan adhesi plasenta, fFN akan dilepaskan ke dalam sekresi servikovagina.
Penggunaan fFN sebagai prediktor persalinan prematur dilaporkan efektif, sayangnya hanya terbatas pada usia kehamilan 22-34 minggu dan selama selaput ketuban intak dan dilatasi serviks < 3 cm.
Pengambilan sampel fFN dilakukan dengan apusan pada forniks posterior vagina sebelum dilakukan pemeriksaan bimanual vagina atau USG transvaginam. Berbagai studi melaporkan bahwa hasil pengukuran panjang vagina dari USG < 30 mm yang dikombinasikan dengan fFN, mampu meningkatkan nilai prediktif terkait persalinan prematur. [6]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan sebelum tindakan cervical cerclage. Hal ini karena 50% kasus inkompetensi serviks berhubungan dengan invasi bakteri. Sebelum prosedur cervical cerclage dilaksanakan, pasien harus menjalani beberapa tes seperti urinalisis dan skrining bakterial vaginosis. Infeksi segera ditangani sebelum tindakan dilakukan. [1,3-5]