Diagnosis Meconium Aspiration Syndrome
Diagnosis meconium aspiration syndrome (MAS) atau sindrom aspirasi mekonium umumnya ditegakkan bila ditemukan gejala gagal napas pada bayi selama periode intrapartum atau postpartum tanpa disertai gangguan malformasi kongenital organ pernapasan dan jantung.[2]
Anamnesis
Riwayat kehamilan posterm merupakan faktor risiko MAS. Dalam anamnesis ibu, tanyakan tentang usia kehamilan saat persalinan, karena persalinan posterm dikaitkan dengan keluarnya mekonium in utero. Selain itu, riwayat penurunan gerakan janin, penurunan denyut jantung janin, atau abnormalitas hasil kardiotokografi (CTG), dapat mengindikasikan adanya stres hipoksik yang memicu keluarnya mekonium ke dalam amnion.
Tanyakan pula riwayat persalinan, termasuk apakah ketuban berwarna hijau atau keruh. Cairan ketuban mekonium kental (thick meconium-stained amniotic fluid) akan lebih meningkatkan risiko aspirasi. Evaluasi juga adanya penurunan skor Apgar pada menit pertama atau kelima, atau kebutuhan resusitasi saat lahir.[1,2,4-6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien MAS umumnya akan menunjukkan tanda gagal napas seperti takipnea, retraksi pernapasan, hipoksemia, atau sianosis. Selain itu, pasien dengan MAS umumnya tampak lemas dan tidak bugar saat lahir. Suara crackle atau ronki mungkin dapat terdengar pada pemeriksaan auskultasi.
Evaluasi juga perlu dilakukan untuk mencari tanda kelahiran posterm seperti kulit yang kendur atau kuku yang panjang. Saat ibu mengalami pecah ketuban, perhatikan apakah terdapat tanda MSAF. Mekonium juga mungkin ditemukan pada kulit bayi saat lahir.[3,4,12]
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis MAS yang telah diajukan beberapa literatur meliputi:
- Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang lahir dengan MSAF
- Kebutuhan oksigen untuk mempertahankan saturasi transkutan >92%
- Kebutuhan terapi oksigen dalam waktu 2 jam setelah lahir dan setidaknya selama 12 jam
- Tidak adanya malformasi kongenital saluran napas, paru-paru, dan jantung.[2]
Beberapa peneliti juga telah membagi kriteria derajat keparahan MAS yang meliputi:
- Ringan yakni FiO2 <0,40 selama kurang dari 48 jam
- Sedang yakni FiO2 >0,40 selama lebih dari 48 jam tanpa kebocoran udara
- Berat di mana kebutuhan terapi ventilasi mekanis >48 jam dan/atau terdapat hipertensi paru.[2,3]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding sindrom aspirasi mekonium terutama meliputi gangguan respiratorik pada neonatus, termasuk transient tachypnea of the newborn.[1]
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
TTN disebabkan oleh pembersihan cairan paru-paru yang tertunda, biasanya terjadi pada bayi prematur akhir atau cukup bulan, terutama setelah operasi caesar. Kondisi ini bermanifestasi dengan takipnea dan gangguan ringan yang umumnya membaik dalam waktu 72 jam.[1,13]
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
RDS umumnya terjadi pada neonatus prematur dengan riwayat tidak cukupnya surfaktan dan onset gejala segera setelah lahir, sedangkan MAS lebih sering terjadi pada neonatus aterm atau posterm dengan riwayat aspirasi cairan ketuban bercampur mekonium dan gejala muncul dalam beberapa jam pertama kehidupan. Secara radiologis, RDS menunjukkan gambaran retikulogranular difus dengan air bronchogram.[1,14]
Pneumonia
Pneumonia dapat menyerupai MAS secara klinis, tetapi pneumonia neonatal umumnya didahului oleh faktor risiko infeksi seperti ketuban pecah dini, demam intrapartum, atau kolonisasi bakteri maternal. Selain itu, penanda inflamasi umumnya akan meningkat pada pemeriksaan laboratorium.[5,15]
Penyakit Jantung Kongenital
Diagnosis penyakit jantung kongenital dapat disingkirkan melalui ekokardiografi dan perbedaan saturasi oksigen antara lokasi pra dan pasca duktal.[1,4,9]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk menunjang diagnosis sindrom aspirasi mekonium meliputi rontgen toraks, analisis gas darah, oksimetri, ekokardiografi, serta kultur darah dan trakea.[1–5]
Rontgen Toraks
Rontgen thoraks pada awalnya tidak spesifik dengan gambaran corakan infiltrasi yang tidak merata, menyebar dengan area hiperinflasi dan atelektasis. Tanda-tanda kebocoran udara, seperti pneumotoraks dan emfisema interstisial, juga mungkin dapat ditemukan.[1-5]
Analisis Gas Darah
Analisis gas darah (AGD) dapat digunakan untuk menilai derajat kegagalan napas neonatus dan memandu pemberian terapi. Hasil AGD pada kasus MAS yang berat umumnya menunjukkan hipoksemia dan hiperkapnia, dan asidosis respiratorik.[1-5]
Oksimetri
Oksimetri dapat digunakan untuk menilai tidak hanya oksigenasi tetapi juga derajat shunting untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya.[1-5]
Ekokardiografi
Ekokardiografi diperlukan untuk mengevaluasi disfungsi jantung dan mengidentifikasi tanda persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN). Pemeriksaan ini juga membantu memastikan peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan mengidentifikasi pirau kanan-ke-kiri pada foramen ovale atau duktus arteriosus.[1-5]
Ultrasonografi Paru
Ultrasonografi paru dapat menunjukkan konsolidasi dengan bronkogram udara, garis-B yang menunjukkan sindrom alveolar-interstitial, ketidakteraturan pleura, dan hilangnya garis-A.[1-5]
Kultur
Kultur darah dan trakea bermanfaat untuk mengevaluasi tanda sepsis dan pneumonia, serta untuk menentukan inisiasi pemberian terapi antibiotik.[1-5]