Etiologi Atrial Fibrilasi
Etiologi atrial fibrilasi di antaranya adalah predisposisi genetik, peningkatan tekanan atrial, proses inflamasi dan infiltratif, gangguan endokrin, neurogenik, obat-obatan, atau idiopatik.
Predisposisi Genetik
Atrial fibrilasi memiliki komponen herediter, khususnya pada awitan dini. Sindrom QT pendek dan sindrom Brugada berhubungan dengan adanya supraventrikular aritmia, termasuk atrial fibrilasi. Terdapat hubungan antara mutasi gen tertentu, seperti gen yang mengkode peptida atrial natriuretik, atau mutasi loss-of-function pada gen kanal natrium SCN5A. [4,5]
Peningkatan Tekanan Atrial
Berbagai kondisi jantung dapat menyebabkan peningkatan tekanan atrium sehingga dilatasi atrium terjadi. Dilatasi atrium ini secara progresif akan menyebabkan terjadinya fibrosis dan akhirnya memicu terjadinya atrial fibrilasi. Beberapa kondisi jantung tersebut adalah penyakit katup jantung (regurgitasi atau stenosis mitral/trikuspid, prolaps katup mitral), disfungsi sistolik atau diastolik, kardiomiopati hipertrofik, emboli paru, atau hipertensi pulmonal. [5,6]
Proses Inflamasi dan Infiltratif
Proses inflamasi kronik dapat memicu terjadinya fibrosis atrium secara perlahan namun progresif. Beberapa kondisi yang dapat memicu proses inflamasi kronik adalah perikarditis, miokarditis, sarkoidosis, dan infeksi pada jantung. [5,6]
Gangguan Endokrin
Hipertiroid dan feokromositoma merupakan gangguan endokrin yang dapat memicu terjadinya atrial fibrilasi akibat perubahan hormon. [5]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya atrial fibrilasi, yaitu:
Usia
Peningkatan usia merupakan faktor risiko yang penting pada atrial fibrilasi. Semakin meningkat usia, semakin meningkat pula risiko terjadinya atrial fibrilasi. Pada studi kohort multisenter, didapatkan adanya peningkatan risiko terjadinya atrial fibrilasi pada populasi usia 65-74 tahun sebesar 3,4 kali dan 75-84 tahun sebesar 8,6 kali di Cina.
Aktivitas Fisik dan Gaya Hidup Sedentary
Pada sebuah penelitian, didapatkan latihan kardiorespirasi dapat menurunkan risiko atrial fibrilasi secara bermakna. Setiap peningkatan intensitas latihan kardiorespirasi dapat menurunkan 7% risiko atrial fibrilasi. Sedangkan gaya hidup sedentary dihubungkan dengan peningkatan risiko atrial fibrilasi sebesar 2,47 kali dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas fisik intensitas sedang.
Merokok
Merokok dapat menyebabkan terjadinya iskemik miokard dengan meningkatkan kadar katekolamin dan kerja miokardial, penurunan kapasitas oksigen, dan vasokontriksi koroner. Merokok juga bisa meningkatkan risiko aterosklerosis, disfungsi endotel, stres oksidatif, dan inflamasi. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya iskemik atrial, infark miokard, dan gagal jantung.
Obesitas
Adanya obesitas dapat menjadi predisposisi terjadinya atrial fibrilasi melalui hipertensi, diabetes mellitus, infark miokard, disfungsi diastolik ventrikel kiri, dan pembesaran atrium kiri. Hal ini dapat memicu terjadinya mekanisme remodelling sebagai patofisiologi terjadinya atrial fibrilasi. [6]