Penatalaksanaan Selulitis
Penatalaksanaan selulitis, disebut juga sebagai cellulitis, berkisar antara pemberian antibiotik yang sesuai etiologi, penanganan umum, serta intervensi bedah. Antibiotik yang umum diberikan secara empiris adalah penisilin G secara intravena.
Antibiotik
Penggunaan antibiotik ditargetkan pada organisme penyebab infeksi. Antibiotik pilihan dituliskan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Antibiotik berdasarkan organisme penyebab
Organisme | Obat lini Pertama | Obat Alternatif |
Infeksi Campuran | - Ampicillin/sulbactam - Imipenem/cilastatin, meropenem - Ticarcillin/clavulanate | - Cefoxitin, clindamycin, atau metronidazole + aminoglycoside |
Streptococcus (A,C,G,B) | - Penicillin G + Clindamycin untuk Toxic Shock Syndrome - Fluoxacillin | - Ceftriaxone + Clindamycin - Vancomycin, Linezolid, Daptomycin |
Enterococcus (systemic infection)
| - Penicillin G atau Ampicillin + Gentamicin atau Streptomycin | - Vancomycin + gentamicin atau streptomycin, linezolid - Quinupristin / dalfopristin, atau daptomycin |
Staphylococcus aureus | - Nafcillin (atau oxacillin) - Vancomycin (pada mikroba yang resisten methicillin) - Linezolid, daptomycin - Fluoxacillin | - Cefazolin atau amoxicillin/asam klavulanat, klindamisin, quinupristin/dalfopristin |
Clostridium perfringens | - Penicillin F + klindamisin | - Metronidazole dan imipenem atau meropenem - Ceftriaxone - Klorampenikol |
Sumber: dr. Rainey, 2018.
Antibiotik Intravena vs Oral untuk Selulitis
Pedoman klinis pada umumnya menyarankan penggunaan antibiotik intravena untuk selulitis sedang-berat (klasifikasi Eron III-IV – lihat tabel 2). Walau demikian, terdapat studi yang menunjukkan bahwa antibiotik oral sama efektifnya dengan antibiotik parenteral. Jika ingin menggunakan terapi oral, pastikan kondisi berikut terpenuhi sebelum memutuskan untuk memberikan terapi oral:
- Suhu <38 o C
- Tidak ada ulkus tungkai kronik, edema atau limfedema kronik
- Tidak ada riwayat selulitis di lokasi yang sama
- Selulitis tidak terjadi akibat cedera
Pada pasien yang mendapat terapi intravena, berikut adalah kondisi yang harus dipertimbangkan sebelum mengganti antibiotik ke terapi oral:
- Suhu tubuh di bawah 37.5o C selama setidaknya 48 jam
- Regresi selulitis dari area yang terkena
- Penurunan protein C-reaktif[7]
Tabel 2. Klasifikasi Klinis Eron
Kelas | Toksisitas Sistemik | Komorbid | Antibiotik | Perawatan |
I | Tidak ada | Tidak ada | Oral | Rawat jalan |
II | Ada atau tidak ada | Penyakit vaskular perifer, obesitas, insufisiensi vena | Intravena | Rawat inap 48 jam, lalu rawat jalan |
III | Toksisitas sistemik yang signifikan (kebingungan, takikardia, takipnea, dan hipotensi) | Tidak stabil | Intravena | Rawat inap |
IV | Sindroma sepsis | Tidak stabil | Intravena dengan atau tanpa debridemen | Rawat inap |
Sumber: dr Rainey, 2018.
Terapi lini pertama untuk selulitis secara empiris adalah penisilin G intravena 1-2 juta IU per 4 sampai 6 jam atau Nafcillin atau Oxacillin, 2 gram IV per 4-6 jam. Alternatif obat yang dapat diberikan adalah ampicillin 1.5-3 gr IV, per 6 jam.
Pilihan Antibiotik pada Pasien Alergi Penisilin
Pada pasien dengan alergi penisilin, alternatif pengobatan adalah sefalosporin, misalnya Cefazolin 1g per 8 jam intravena, makrolida, misalnya Erithromycin 0.5-1 g IV per 6 jam, atau Klindamisin 600-900 mg IV per 8 jam juga direkomendasikan.
Pemberian vancomycin 15 mg/kgBB IV per 12 jam intravena juga dapat digunakan sebagai alternatif tapi umumnya hanya digunakan pada infeksi yang resisten terhadap antibiotik beta laktam, seperti pada infeksi methicillin resistant staphylococcus aureus (MRSA). [2,3]
Antibiotik pada Infeksi Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA)
Pemberian quinupristin-dalfopristin, linezolid, dan daptomycin direkomendasikan pada pasien yang terkena infeksi Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). Pemberian meropenem dapat dilakukan pada pasien dengan infeksi yang sudah terkomplikasi. [3]. Pemberian terapi untuk MRSA juga dilakukan pada pasien yang telah menerima terapi empiris seperti cephalexin, dicloxacillin, dan clindamycin, tetapi tidak ada respon dari terapi tersebut. [24]
Durasi Pemberian Antibiotik
Durasi pemberian terapi pada selulitis adalah 5-10 hari, atau lebih tergantung respon tubuh. Pada pasien dengan imun yang terganggu terapi biasa dilakukan 7-14 hari. Selain itu, pemberian direkomendasikan sampai 48-72 jam setelah inflamasi akut menghilang. [2]
Penyebab Kegagalan Terapi Antibiotik
Pada kasus selulitis akut, 16,6% pasien tidak responsif pada terapi yang telah diberikan. Hal ini dapat disebabkan oleh pemilihan antimikrobial yang tidak sesuai, serta kondisi pasien yang mengalami obesitas. Pada pasien tersebut, coba pertimbangkan adanya resistensi antibiotik, kasus yang tidak sering, serta pseudocellulitis.[30,31]
Penanganan Umum
Penanganan umum yang dapat dilakukan terutama adalah elevasi pada area yang terkena. Elevasi sangat penting untuk mengurangi edema lokal. Selain itu, pasien harus tirah baring dan pada lesi dengan bula, harus diberikan perawatan luka steril dengan cairan salin normal.
Tindakan Bedah
Debridemen dengan pembedahan harus dilakukan secepatnya pada pasien dengan necrotizing fasciitis, debridemen juga harus dilakukan bersamaan dengan drainase yang benar. Eksplorasi ulang dan debridemen baiknya dilakukan kembali untuk memastikan seluruh jaringan nekrotik telah dibersihkan serta pus telah dikeluarkan. Debridemen dengan pembedahan juga diindikasikan pada selulitis anaerobik.