Prognosis Selulitis
Penentuan prognosis pada infeksi jaringan lunak seperti selulitis/cellulitis berdasarkan status imun serta kesehatan pasien. Pengenalan lebih awal dari agen penyebab dapat memberikan kepastian terhadap antibiotik yang paling baik dipakai. Maka dari itu, evaluasi dan terapi yang sesuai dapat meningkatkan prognosis.
Beberapa pasien selulitis yang memiliki komplikasi ataupun yang belum terjadi komplikasi tetapi termasuk selulitis berat, harus dirawat di rumah sakit. Terapi rawat inap disarankan jika ada kecurigaan infeksi yang lebih dalam atau disertai necrotizing fasciitis, pada pasien dengan tingkat kepatuhan yang buruk terhadap pengobatan, pasien imunokompromais, atau pada kegagalan terapi rawat jalan.
Terapi rawat jalan hanya direkomendasikan pada pasien dengan klasifikasi Eron 1 (tidak ada toksisitas sistemik dan komorbiditas). Pastikan pasien tidak mengalami SIRS (systemic inflammatory response syndrome), perubahan status mental, atau instabilitas hemodinamik sebelum memilih terapi rawat jalan untuk pasien.[27]
Kematian serta syok septik dapat terjadi pada pasien dengan infeksi oleh Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS) dan S. aureus. Hal ini disebabkan keluarnya toksin dari yang dapat menyebabkan infeksi sistemik Infeksi yang ditimbulkan nantinya dapat menyebabkan komplikasi yang akan disebutkan dibawah.
Komplikasi
Komplikasi selulitis adalah sebagai berikut:
Selulitis Berulang
Selulitis berulang dapat terjadi pada 10-30 % pasien yang sebelumnya telah terkena selulitis. Pasien dengan selulitis berulang memiliki faktor risiko yang sama dengan selulitis. Akan tetapi, riwayat terdapatnya kanker dan limfedema merupakan faktor yang dominan untuk terjadinya hal tersebut.[32] Biasanya, selulitis berulang muncul ditempat yang sama. Prevensi harus segera dilakukan berdasarkan faktor risiko yang terdapat pada pasien.[2]
Toxic Shock Syndrome
Infeksi pada pasien selulitis yang tidak ditangani dengan cepat dapat menyebar melalui pembuluh limfatik dan pembuluh darah dengan infeksi di berbagai organ (toxic shock syndrome). [5]
Toxic shock syndrome juga dapat terjadi pada infeksi yang disebabkan luka operasi ataupun luka akibat trauma superfisial atau dalam. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh S. aureus atau Streptococcus grup A yang menghasilkan toksin. [3]
Pada infant dan orang tua, serta pasien yang menggunakan glukokortikoid, selulitis dapat berkembang dengan cepat dan menghasilkan keluaran yang fatal. Selain itu, pada pasien dengan edema kronis, penyebaran dapat terjadi dengan cepat, dan penyembuhan terjadi dengan lambat, walaupun drainase dan sterilisasi dari lesi telah dilakukan dengan antibiotik.[2,7]
Komplikasi Lainnya
Selulitis dapat menyebabkan terjadinya limfangitis, yaitu peradangan pada kelenjar getah bening akibat penyebaran dari lokasi selulitis. Selain itu, selulitis juga dapat menyebabkan komplikasi yang jarang terjadi, namun sangat berbahaya, yaitu necrotizing fasciitis. Kondisi ini memerlukan pembedahan segera untuk debridemen jaringan nekrotik sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah. Necrotizing fasciitis yang tidak segera ditangani dapat berakhir pada amputasi, atau bahkan kematian.