Indikasi dan Dosis Vitamin C
Indikasi utama penggunaan vitamin C adalah untuk pencegahan dan pengobatan skorbut serta memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Selain itu, secara off-label, vitamin C digunakan sebagai komponen terapi adjuvan pada degenerasi makula terkait usia, infeksi saluran napas, sepsis, serta pada kasus methemoglobinemia, meskipun bukti klinisnya masih terbatas dan belum konklusif.[1-3,9]
Profilaksis dan Terapi Skorbut
Untuk pencegahan skorbut, kebutuhan harian vitamin C adalah sebagai berikut:
- Laki-laki: 90 mg/hari
- Perempuan: 75 mg/hari
- Ibu hamil: 85 mg/hari (80 mg/hari bila <18 tahun)
- Ibu menyusui: 120 mg/hari (115 mg/hari bila <18 tahun)
Dosis maksimal tidak melebihi 2000 mg/hari atau 1800 mg/hari untuk wanita <18 tahun. Jika asupan harian vitamin C dari makanan cukup, suplementasi vitamin C tidak diperlukan.[2,3,9]
Tata Laksana Skorbut
Untuk penanganan skorbut, berikan vitamin C oral 100 mg, 3-5 kali per hari sampai dosis total 4 g, lalu turunkan dosis perlahan hingga mencapai dosis 100 mg/hari.
Vitamin C juga dapat diberikan secara intravena untuk penggunaan jangka pendek (<1 minggu) bila terapi oral tidak dapat diberikan atau terdapat kecurigaan malabsorpsi. Berikan 200 mg vitamin C intravena, sekali sehari, selama maksimal 7 hari.[2,9]
Profilaksis Infeksi Saluran Pernapasan Atas (Off Label)
Vitamin C sering diberikan dalam dosis 200 mg/hari untuk menurunkan durasi dan tingkat keparahan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Walau demikian, dibutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk mencegah terjadinya infeksi ISPA (>6000 mg) sehingga manfaatnya tidak sebanding dengan risiko pemberian dosis tinggi. Bukti yang ada juga masih belum meyakinkan untuk menunjukkan adanya manfaat pasti suplemen vitamin C untuk tujuan ini.[2,3,13]
Photoaging (Off Label)
Beberapa studi kecil dan observasional menunjukkan penggunaan vitamin C topikal bermanfaat untuk mengatasi efek photoaging berupa pigmentasi dan kerutan wajah. Walau demikian, manfaat ini masih perlu dikonfirmasi dengan uji klinis acak dengan sampel besar dan metodologi yang lebih baik.[14]
Terapi Suportif untuk Pasien Kanker (Off Label)
Vitamin C tidak bermanfaat terhadap reduksi ukuran tumor. Walau demikian, vitamin C intravena mungkin bermanfaat sebagai terapi suportif untuk mengurangi efek samping dari kemoterapi. Walau demikian, efek dari penambahan vitamin C intravena ini terhadap efikasi kemoterapi tidak diketahui sehingga penggunaannya memerlukan penelitian lebih lanjut.[10]
Degenerasi Makula (Off Label)
Vitamin C telah digunakan sebagai bagian dari terapi suplemen antioksidan dosis tinggi untuk menurunkan risiko progresi degenerasi makula terkait usia (age-related macular degeneration/AMD) pada pasien dengan risiko tinggi, khususnya mereka yang berada pada stadium intermediata atau dengan penyakit lanjut pada satu mata.
Regimen yang dianjurkan melibatkan pemberian vitamin C oral 500 mg per hari, yang dikombinasikan dengan beta karoten 15 mg, vitamin E 400 IU, zinc (sebagai zinc oxide) 80 mg, dan copper (sebagai cupric oxide) 2 mg untuk mencegah anemia akibat suplementasi zinc dosis tinggi. Kombinasi ini bertujuan memberikan efek sinergis dalam menekan stres oksidatif yang berperan dalam patogenesis AMD.
Perlu dicatat bahwa terapi ini tidak direkomendasikan untuk pencegahan AMD pada populasi umum atau pasien dengan stadium awal, melainkan ditujukan khusus untuk kelompok dengan risiko tinggi berdasarkan kriteria klinis. Selain itu, penggunaan beta karoten tidak disarankan pada perokok aktif karena peningkatan risiko kanker paru, sehingga formula modifikasi tanpa beta karoten lebih banyak digunakan.[3]
Sepsis (Off Label)
Vitamin C intravena dosis tinggi telah dievaluasi sebagai terapi adjuvan pada pasien dengan sepsis, terutama karena potensi efek antioksidan dan perannya dalam mendukung fungsi endotel, modulasi respon imun, serta sintesis katekolamin. Rasional penggunaannya didasarkan pada temuan bahwa kadar vitamin C sering menurun secara signifikan pada pasien sepsis.
Beberapa uji klinis skala kecil dan meta-analisis awal melaporkan adanya manfaat klinis, termasuk perbaikan parameter hemodinamik dan penurunan kebutuhan vasopressor. Namun, dua uji klinis besar tidak menunjukkan perbaikan bermakna pada luaran primer, seperti mortalitas 28 hari atau lama rawat ICU. Hal ini menunjukkan bahwa bukti klinis masih inkonsisten dan efikasi vitamin C pada sepsis belum meyakinkan.
Dosis yang umum digunakan dalam penelitian adalah vitamin C intravena 1,5 g setiap 6 jam (total 6 g/hari), biasanya dikombinasikan dengan hidrokortison.[3,15]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha