Vitamin C Topikal untuk Photoaging Kulit

Oleh :
Debtia Rahmah

Vitamin C atau asam askorbat diduga bermanfaat dalam penatalaksanaan photoaging. Vitamin C merupakan antioksidan yang paling banyak ditemukan dalam kulit manusia. Vitamin C topikal diduga memiliki efek antioksidan, fotoprotektif, anti penuaan, dan anti pigmentasi pada kulit. Vitamin C topikal telah lama digunakan sebagai salah satu komponen kosmetik.[1,2]

Berbeda dengan tumbuhan, dan beberapa jenis binatang, manusia tidak dapat mensintesis vitamin C secara endogen. Oleh sebab itu, sumber vitamin C bagi manusia adalah dari diet atau suplemen. Meskipun mengonsumsi vitamin C dosis tinggi secara oral, kadar vitamin C yang terdapat pada kulit dan bersifat aktif hanya sedikit, sehingga dibutuhkan penggunaan vitamin C topikal dalam kosmetik.[3]

Senior,Adult,Women,Show,Her,Crow's,Feet,On,The,Mirror.concept

Terdapat 2 jenis mekanisme transpor vitamin C, yaitu menggunakan sodium–ascorbate cotransporters (SVCTs). SVCT1 berfungsi untuk mentranspor vitamin C dari epidermis menuju keratinosit, sedangkan SVCT2 berperan pada transpor intradermal.[4]

Fungsi Vitamin C pada Kulit

Secara umum, vitamin C di kulit manusia memiliki fungsi sebagai antioksidan, untuk mensintesis kolagen, melindungi dari kerusakan karena sinar ultraviolet, sintesis kolagen, dan menghambat melanogenesis.

Antioksidan Poten

Vitamin C merupakan salah satu antioksidan poten yang terdapat pada kulit, dan terbukti memiliki kemampuan untuk meregenerasi antioksidan lain, seperti vitamin E. Vitamin C sebagai salah satu antioksidan non enzim dapat mendonasikan elektronnya untuk berikatan dengan radikal bebas sehingga mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut. Vitamin C akan teroksidasi membentuk semi dehydroascorbic acid yang sifatnya tidak reaktif dan stabil, lalu membentuk dehydroascorbic acid.[4,5]

Vitamin C dapat melindungi protein, lemak, karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan akibat oksidasi yang terjadi pada metabolisme sel, serta akibat paparan terhadap toksin dan polutan. Vitamin C juga memiliki efek protektif terhadap kulit dari radiasi sinar ultraviolet.[6]

Sintesis Kolagen

Vitamin C atau asam askorbat merupakan kofaktor enzim yang berperan dalam stabilisasi dan ikatan (cross linking) kolagen yakni prolyl dan lysyl hydroxylase. Sintesis kolagen tipe I dan II juga dapat distimulasi oleh asam askorbat melalui transkripsi dan stabilisasi prokolagen mRNA (messenger ribonucleid acid).

Tidak hanya itu, vitamin C meningkatkan ekspresi gen kolagen dan sintesis tissue inhibitor dari matrix metalloproteinase (MMP), yang menurunkan degradasi kolagen. Kemampuan dalam menginduksi sintesis kolagen berkaitan dengan efek positif terhadap proses penyembuhan luka maupun proses penuaan.[1,2]

Melindungi dari Kerusakan Akibat Ultraviolet A dan B

Radiasi ultraviolet merupakan salah satu faktor eksogen yang berperan besar menimbulkan stres oksidatif. Stres oksidatif dapat menginduksi perubahan struktur protein, lipid, bahkan DNA. Paparan sinar ultraviolet (UV) menstimulasi kaskade transduksi sinyal yang menyebabkan peningkatan activation protein-1 (AP-1) dan nuclear factor-B, serta menurunkan transforming growth factor-ß.

Ketiga protease tersebut mengakibatkan produksi matrix metalloproteinases (MMP) meningkat, yang menyebabkan degradasi kolagen, penurunan produksi kolagen, dan meningkatkan akumulasi elastin. Hal-hal tersebut menyebabkan manifestasi klinis dari kerusakan kulit akibat sinar UV, seperti pigmentasi, telangiektasis, kulit kasar, kerutan, dan solar elastosis. Vitamin C terbukti menekan aktivasi senyawa activation protein-1 (AP-1) yang mampu menghambat sintesis elastin.[2,5,6]

Antiinflamasi

Vitamin C juga bersifat antiinflamasi. Aktivasi NF-kB dapat disupresi dengan menginhibisi TNF-α. Oleh karena itu pelepasan sitokin proinflamasi dapat dihambat. Mekanisme ini juga sesuai untuk menghambat efek reactive oxygen species (ROS) yang dapat memicu aktivasi NF-kB.

Vitamin C juga terbukti memengaruhi fungsi neutrofil. Vitamin dapat meningkatkan migrasi neutrofil/ kemostaksis, meningkatkan fagositosis mikroba, dan menstimulasi produksi ROS sehingga bakteri mati. Vitamin C juga mendukung terjadinya apoptosis dan menghambat nekrosis, agar terjadi resolusi dari respons inflamasi dan meringankan kerusakan jaringan.[6]

Menginhibisi Produksi Melanin

Vitamin C memiliki peran sebagai senyawa antipigmentasi yang menghambat melanogenesis. Melanin merupakan pigmen alami kulit yang memiliki peran fotoprotektif. Namun, produksi melanin yang berlebihan menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit, bahkan bisa menstimulasi timbulnya melanoma.

Vitamin C berinteraksi dengan ion tembaga, dan menghambat enzim tirosinase, yang berfungsi mengubah tirosin menjadi melanin. Selain itu, vitamin C yang masuk ke dalam sel dapat berikatan dengan melanin. Melanin merupakan reservoir bagi ROS, ion tembaga, dan kalsium dalam sel. Hal ini menyebabkan defisiensi ROS, ion tembaga, dan kalsium, sehingga produksi melanin menurun.[2,3]

Efikasi Vitamin C Topikal

Studi yang ada mengenai efektivitas vitamin C topikal untuk photoaging menunjukkan manfaat mengurangi pigmentasi dan kerutan wajah

Vitamin C dan Pigmentasi

Vitamin C efektif dalam mengatasi pigmentasi kulit, sebab memiliki efek menghambat melanogenesis secara langsung. Vitamin C, terutama bila dikombinasikan dengan vitamin E, sangat efektif untuk memperbaiki pigmentasi pada kulit, misalnya akibat age spots atau melasma.[3,4]

Metaanalisis oleh De Dormael, et al. pada tahun 2019 menilai potensi vitamin C untuk menghambat pigmentasi akibat sinar UV. Vitamin C ditemukan efektif untuk mengurangi pigmentasi akibat sinar UV, dengan efektivitas yang sesuai dengan dosis (dose dependent manner). Konsentrasi vitamin C sebesar 10% didapatkan memiliki efektivitas yang baik, dan berguna untuk mencegah tanda-tanda penuaan akibat sinar UV.[7]

Vitamin C dan Kerutan

Vitamin C memiliki peran aktif dalam proliferasi dan migrasi fibroblas kulit, serta meningkatkan produksi kolagen dan elastin. Berbagai efek tersebut dapat dimanfaatkan dalam mengatasi kerutan.[4]

Suplementasi vitamin C meningkatkan produksi glycosaminoglycans (GAGs), meningkatkan ekspresi gen yang berperan dalam produksi enzim antioksidan dan enzim yang berperan dalam perbaikan DNA, menghambat produksi sitokin proinflamasi, dan menghambat apoptosis sel akibat sinar UV atau faktor lingkungan lain.[4]

Uji klinis oleh Crisan, et al. di tahun 2015 dilakukan pada 60 wanita dengan rentang usia 20–70 tahun. Hasil uji klinis menunjukkan aplikasi topikal vitamin C selama 60 hari secara signifikan meningkatkan ketebalan epidermis, serta meningkatkan sintesis kolagen dan elastin.[8]

Pemantauan pada penelitian ini dilakukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Secara subjektif, subjek studi merasa kulit semakin lembut, kerutan halus berkurang, hidrasi membaik, serta bercak pigmentasi kecoklatan menghilang. Hanya sedikit yang mengalami efek samping berupa gatal. Namun, studi ini tidak melakukan penyamaran (blinding), sehingga dapat menimbulkan bias.[8]

Kesimpulan

Manfaat vitamin C untuk kulit di antaranya adalah sebagai antioksidan yang poten, membantu sintesis kolagen, melindungi dari kerusakan karena sinar UVA dan UVB, sebagai antiinflamasi, memicu produksi elastin, dan menghambat produksi melanin.

Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan vitamin C topikal dapat memperbaiki elastisitas kulit, mengurangi penampakan kerutan, dan menghilangkan pigmentasi akibat photoaging, apabila dibandingkan dengan plasebo. Tetapi uji klinis acak dengan jumlah studi yang lebih besar dan metodologi yang lebih baik masih dibutuhkan untuk mengonfirmasi efek ini.

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi