Pemberian Vitamin C Intravena pada Dewasa Dengan Sepsis Di ICU – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Mhd. Aripandi Wira, SpAn

Intravenous Vitamin C in Adults with Sepsis in the Intensive Care Unit         

Lamontagne F, Masse MH, Menard J, et al; LOVIT Investigators and the Canadian Critical Care Trials Group. The New England Journal of Medicine. 2022. 386(25):2387-2398. PMID: 35704292.

studiberkelas

Abstrak

Latar Belakang: Studi yang mengevaluasi penggunaan vitamin C intravena pada pasien dewasa dengan sepsis yang mendapat terapi vasopresor di Unit Perawatan Intensif (ICU) masih menunjukkan hasil yang beragam dalam hal risiko kematian dan disfungsi organ.

Metode:  Dalam uji klinis acak terkontrol plasebo ini, peneliti mengikutkan pasien dewasa yang telah berada di ICU tidak lebih dari 24 jam dengan diagnosis terbukti atau diduga infeksi dan mendapat vasopresor, untuk menerima infus vitamin C dengan dosis 50 mg/kgBB atau plasebo setiap 6 jam hingga 96 jam. Luaran primer adalah gabungan mortalitas atau disfungsi organ persisten (didefinisikan sebagai penggunaan vasopresor, ventilasi mekanik invasif, atau terapi penggantian ginjal) pada hari ke-28.

Hasil: Terdapat 872 pasien yang mengikuti pengacakan (435 pada kelompok vitamin C dan 437 pada kelompok kontrol). Luaran primer didapat pada 191 dari 429 pasien (44,5%) pada kelompok vitamin C dan 167 dari 434 pasien (38,5%) pada kelompok kontrol (risk ratio, 1,21; p = 0,01).

Pada hari ke-28, kematian terjadi sebanyak 152 dari 429 pasien (35,4%) pada kelompok vitamin C dan sebanyak 137 dari 434 pasien (31,6%) pada kelompok kontrol (risk ratio, 1,17) dan disfungsi organ persisten sebanyak 39 dari 429 pasien (9,1%) pada kelompok vitamin C dan sebanyak 30 dari 434 pasien (6,9%) pada kelompok kontrol (risk ratio, 1,30).

Hasil yang serupa ditemukan pada kedua kelompok dalam hal skor disfungsi organ, biomarker, kesintasan 6 bulan, kualitas hidup terkait kesehatan, cedera ginjal akut stadium 3, dan episode hipoglikemik. Pada grup vitamin C, satu pasien didapati memiliki episode hipoglikemia berat dan yang lainnya didapati mengalami kejadian anafilaksis yang serius.

Kesimpulan: Pada pasien dewasa dengan sepsis yang mendapatkan terapi vasopresor di ICU, pasien yang diberikan vitamin C intravena memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap kematian ataupun disfungsi organ persisten pada hari ke-28 dibandingkan dengan pemberian plasebo.

Intravenous,Fluid,Infusion,During,Advance,Surgery,Inside,Operating,Room.surgeon,Doing

 

Ulasan Alomedika

Pasien sepsis yang masuk ke ruang rawat intensif (ICU) umumnya akan diberikan vitamin C yang dikombinasikan dengan hydrocortisone dan thiamine. Kombinasi ketiga obat ini telah banyak dilaporkan berkaitan dengan penurunan mortalitas, kebutuhan penggunaan vasopresor, dan cedera target organ. Ditambah lagi, studi terdahulu juga tidak menunjukkan adanya ‘harm’ dari penggunaan vitamin C dosis tinggi pada pasien sepsis yang dirawat di ICU. Hal ini tentunya membuat hasil dari uji klinis acak terkontrol yang dilakukan oleh peneliti LOVIT ini semakin bermakna klinis.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol plasebo yang mengevaluasi penggunaan vitamin C untuk pasien sepsis yang dirawat di ICU. Uji klinis ini mengikutkan pasien dewasa dengan sepsis yang dirawat di ICU tidak lebih dari 24 jam dan mendapat vasopresor. Subjek studi diacak untuk mendapat infus vitamin C dengan dosis 50 mg/kg berat badan atau plasebo setiap 6 jam hingga 96 jam.

Luaran primer yang dievaluasi adalah luaran gabungan mortalitas atau disfungsi organ persisten pada hari ke-28. Hal ini didefinisikan sebagai penggunaan vasopresor, ventilasi mekanik invasif, atau terapi penggantian ginjal.

Ulasan Hasil Penelitian

Pengacakan dilakukan pada 872 pasien, yaitu 435 orang pada kelompok vitamin C dan 437 orang pada kelompok kontrol. Luaran primer ditemukan pada 191 dari 429 pasien (44,5%) kelompok vitamin C, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat pada 167 dari 434 pasien (38,5%).

Pada hari ke 28, mortalitas ditemukan pada 152 dari 429 pasien (35,4%) kelompok vitamin C, dibandingkan pada sebanyak 137 dari 434 pasien (31,6%) kelompok kontrol (risk ratio, 1,17). Disfungsi organ persisten ditemukan pada sebanyak 39 dari 429 pasien (9,1%) kelompok vitamin C, dibandingkan 30 dari 434 pasien (6,9%) kelompok kontrol (risk ratio, 1,30).

Dalam hal skor disfungsi organ, biomarker, kesintasan 6 bulan, kualitas hidup terkait kesehatan, cedera ginjal akut stadium 3, dan episode hipoglikemia, ditemukan serupa antara kedua kelompok perlakuan. Satu episode hipoglikemia berat dilaporkan pada kelompok vitamin C, serta ada pasien yang mengalami kejadian anafilaksis serius.

Secara keseluruhan, uji klinis ini menemukan bahwa pemberian infus vitamin C pada pasien sepsis yang dirawat di ICU menghasilkan risiko kematian dan disfungsi organ yang lebih tinggi dibandingkan plasebo. Hasil ini tidak mendukung pemberian vitamin C secara rutin pada pasien sepsis yang dirawat di ICU.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol multisenter, dengan sampel yang diambil secara triple-blind sehingga dapat meminimalisir risiko bias. Penelitian ini juga memberikan gambaran langsung risiko pemberian vitamin C intravena dosis tinggi pada pasien dewasa dengan sepsis yang dirawat di ICU.

Peneliti juga berhasil melakukan randomisasi yang cukup sulit dilakukan untuk penelitian di bidang kegawatdaruratan medis maupun perawatan intensif. Jumlah sampel juga cukup besar, sehingga menambah kekuatan bukti yang disajikan.

Luaran primer yang dinilai pada penelitian ini juga merupakan luaran yang bermakna secara klinis, yaitu mortalitas dan disfungsi organ persisten. Penelitian ini juga mengevaluasi kejadian efek samping, dimana ditemukan hipoglikemia dan anafilaksis pada kelompok vitamin C.

Limitasi Penelitian

Limitasi dari penelitian ini adalah kemungkinan perbedaan sarana dan prasarana ICU di setiap layanan kesehatan yang ikut dalam penelitian. Selain itu, studi ini juga belum menyajikan patogen penyebab dan antimikroba spesifik yang digunakan pada subjek studi, beserta ada tidaknya distres napas selama perawatan yang dapat menjadi perancu luaran.

Aplikasi Hasil Penelitian Di Indonesia

Studi ini mengindikasikan bahwa pemberian vitamin C intravena dosis tinggi pada pasien dewasa dengan sepsis berkaitan dengan luaran yang lebih buruk. Meski demikian, perlu diingat bahwa studi ini dilakukan di setting negara berpendapatan tinggi, yang tentunya memiliki angka fatalitas sepsis yang berbeda dengan Indonesia. Uji klinis serupa perlu dilakukan di Indonesia dimana angka fatalitas sepsis lebih tinggi.

Referensi