Efek Samping dan Interaksi Obat Methimazole
Efek samping methimazole umumnya ringan seperti ruam kulit, pruritus, dan artralgia, namun efek serius dapat terjadi termasuk agranulositosis dan hepatotoksisitas. Interaksi obat penting meliputi peningkatan risiko perdarahan bila digunakan bersama antikoagulan akibat perubahan metabolisme faktor koagulasi. Selain itu, methimazole dapat memengaruhi farmakodinamik digitalis dan beta-blocker melalui perubahan status tiroid.[1,4,7]
Efek Samping
Methimazole umumnya ditoleransi dengan baik, tetapi tetap memiliki potensi menimbulkan efek samping. Efek samping ringan yang paling sering dijumpai meliputi mual, muntah, ruam, gatal, demam, nyeri sendi, dan kerontokan rambut. Manifestasi ini biasanya bersifat sementara, bergantung dosis, dan dapat membaik dengan pengurangan dosis atau penggunaan terapi suportif.
Efek samping serius yang perlu diwaspadai adalah agranulositosis, meskipun jarang, namun dapat mengancam jiwa karena menurunkan jumlah granulosit hingga <500/mL, sehingga meningkatkan risiko infeksi berat. Kondisi ini biasanya muncul dalam 3 bulan pertama terapi, tetapi juga dapat terjadi setelah penggunaan berulang.
Hepatotoksisitas juga dapat terjadi selama terapi, biasanya menyebabkan ikterus, urin gelap, nyeri perut, dan disfungsi hati. Toksisitas hati ini umumnya membaik setelah obat dihentikan, meskipun perjalanannya bisa lambat. Selain itu, methimazole dapat menyebabkan hipotiroidisme bila dosis tidak terkontrol, sehingga pemantauan T3 dan T4 serum perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi eutiroid.
Efek samping lain yang lebih jarang termasuk vaskulitis, periarteritis, pankreatitis akut, dan reaksi hipersensitivitas berat seperti sindrom Stevens-Johnson. Methimazole juga bersifat teratogenik, sehingga penggunaannya pada trimester pertama kehamilan harus dihindari. Propylthiouracil (PTU) lebih direkomendasikan pada populasi tersebut.[1-4]
Interaksi Obat
Interaksi obat bisa terjadi dengan beta blocker dan antikoagulan.[1-4]
Beta Blocker
Methimazole berinteraksi dengan beta blocker, seperti atenolol dan labetalol. Pada kondisi hipertiroid, klirens beta blocker meningkat sehingga efeknya dapat berkurang. Setelah pasien mencapai keadaan eutiroid dengan methimazole, sensitivitas terhadap beta blocker meningkat, yang dapat menyebabkan bradikardia dan hipotensi. Hal ini memerlukan penyesuaian dosis untuk menghindari komplikasi kardiovaskular.[1-4]
Antikoagulan
Interaksi juga terjadi dengan antikoagulan oral seperti warfarin. Methimazole dapat meningkatkan efek antikoagulan melalui hambatan metabolisme atau kompetisi ikatan protein plasma, sehingga meningkatkan risiko perdarahan. Pemantauan terhadap INR serta gejala perdarahan sangat dianjurkan.[1-4]
Lithium
Methimazole dapat meningkatkan konsentrasi serum lithium dengan menurunkan ekskresinya melalui ginjal, sehingga memperbesar risiko toksisitas lithium seperti tremor, ataksia, atau kejang.[1-4]
Digoxin
Pada pasien yang menggunakan digoxin, methimazole dapat meningkatkan kadar serum digoxin, meningkatkan risiko aritmia atau gejala toksisitas lain.[1-4]
Teofilin
Interaksi dengan teofilin cenderung menurunkan kadar obat melalui peningkatan metabolisme. Namun, ketika pasien hipertiroid yang menggunakan teofilin menjadi eutiroid, kadar teofilin dapat meningkat kembali sehingga dosis perlu dievaluasi ulang.[1-4]