Farmakologi Methimazole
Secara farmakologi, methimazole bekerja dengan menghambat enzim tiroperoksidase (TPO), suatu enzim yang penting dalam sintesis hormon tiroid. TPO mengkatalisis iodinasi residu tirosin pada tiroglobulin, yang kemudian menyebabkan penggabungan dan pembentukan T4 dan T3. Penggunaan methimazole akan menurunkan kadar hormon tiroid pada pasien dengan hipertiroid.[1,3-5,7]
Farmakodinamik
Methimazole merupakan obat antitiroid golongan tionamida yang bekerja dengan menghambat sintesis hormon tiroid. Mekanisme utamanya adalah menginaktivasi enzim tiroperoksidase (TPO), sehingga menghambat oksidasi iodida menjadi iodin aktif serta proses iodisasi residu tirosin pada tiroglobulin.
Dengan terhambatnya organifikasi dan coupling iodin, pembentukan tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) berkurang secara signifikan. Methimazole tidak memengaruhi pelepasan hormon yang sudah terbentuk, sehingga onset efek klinis biasanya tertunda beberapa minggu hingga cadangan hormon di kelenjar dan sirkulasi menurun.
Secara farmakodinamik, methimazole menurunkan kadar hormon tiroid sirkulasi secara bertahap, menghasilkan perbaikan gejala hipertiroidisme seperti takikardia, tremor, intoleransi panas, dan penurunan berat badan. Efeknya relatif lebih poten dan lebih lama dibandingkan propylthiouracil (PTU), dengan waktu paruh plasma sekitar 6–13 jam, tetapi aktivitas biologisnya lebih panjang karena konsentrasi intratiroidal yang persisten.[1,3-5,7]
Farmakokinetik
Methimazole diserap cepat dan ekstensif setelah pemberian oral, dengan bioavailabilitas absolut sekitar 93% dan konsentrasi intratiroidal 2–5 kali lebih tinggi daripada plasma. Obat ini didistribusikan dengan volume sekitar 20 L, diekskresikan sebagian kecil melalui urin (7–12%) dan feses (3%), dengan peran tambahan sirkulasi enterohepatik. Klirens rerata 5,7 L/jam.[7]
Absorbsi
Methimazole diserap cepat dan hampir sempurna setelah pemberian oral, dengan bioavailabilitas absolut sekitar 93%. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak plasma (Tmax) bervariasi antara 0,25–4 jam. Nilai konsentrasi puncak (Cmax) dan area under the curve (AUC) meningkat sebanding dengan dosis, meskipun Cmax hanya sedikit lebih tinggi pada pasien hipertiroid tanpa signifikansi klinis.[7]
Distribusi
Methimazole memiliki volume distribusi sekitar 20 L. Setelah pemberian oral, konsentrasi obat di kelenjar tiroid mencapai 2–5 kali lebih tinggi dibanding kadar puncak plasma. Konsentrasi intratiroidal ini bertahan hingga sekitar 20 jam, mendukung efek farmakologis yang lebih lama dibandingkan waktu paruh plasmanya.[7]
Metabolisme
Methimazole dimetabolisme cepat dan ekstensif di hati, terutama melalui enzim CYP450 dan flavin-containing monooxygenase (FMO). Salah satu metabolit utama, 3-methyl-2-thiohydantoin, diduga masih memiliki aktivitas antitiroid dan berkontribusi pada durasi efek yang lebih panjang dibandingkan waktu paruh plasma methimazole.
Beberapa metabolit lain, termasuk glyoxal dan N-methylthiourea, diketahui bersifat sitotoksik dan berperan dalam risiko hepatotoksisitas methimazole.[7]
Eliminasi
Methimazole dieliminasi terutama melalui urin dalam bentuk tidak berubah sebesar 7–12%, sedangkan ekskresi lewat feses terbatas sekitar 3%, dengan kontribusi tambahan dari sirkulasi enterohepatik. Klirens rata-rata setelah dosis intravena adalah 5,7 L/jam, relatif tidak terpengaruh oleh gangguan ginjal. Namun, klirens menurun seiring beratnya insufisiensi hepatik, sehingga fungsi hati menjadi faktor penting dalam farmakokinetik obat.[7]