Kontraindikasi dan Peringatan Methimazole
Kontraindikasi methimazole adalah pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini dan pada pasien dengan riwayat agranulositosis yang diinduksi obat antitiroid. Peringatan penggunaan methimazole mencakup adanya risiko efek samping serius, seperti agranulositosis, hepatotoksisitas, vaskulitis, dan teratogenisitas bila digunakan pada trimester pertama kehamilan.[4,7]
Kontraindikasi
Methimazole dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini maupun komponen lain dalam formulasi, karena risiko terjadinya reaksi alergi serius seperti ruam, angioedema, hingga anafilaksis. Selain itu, penggunaan pada pasien dengan gangguan hati berat tidak dianjurkan, mengingat methimazole dimetabolisme di hati dan dapat memperburuk kondisi hepatotoksisitas atau gagal hati.Obat ini juga tidak direkomendasikan selama trimester pertama kehamilan karena risiko teratogenisitas yang signifikan, kecuali jika manfaat terapi dinilai lebih besar daripada risikonya. Kontraindikasi lain mencakup pasien dengan riwayat agranulositosis, gangguan sumsum tulang belakang, atau efek samping serius akibat penggunaan thioamida sebelumnya, termasuk carbimazole maupun propylthiouracil (PTU).[1,3,4]
Peringatan
Methimazole memerlukan perhatian khusus terkait risiko morbiditas janin, terutama bila diberikan pada trimester pertama kehamilan. Obat ini telah dikaitkan dengan kelainan kongenital seperti aplasia cutis, malformasi kraniofasial, dan atresia esofagus. Selain itu, methimazole dapat menyebabkan hipotiroidisme dan gondok pada janin akibat penetrasi plasenta.
Efek hematologis serius seperti agranulositosis, leukopenia, trombositopenia, hingga anemia aplastik dapat muncul, umumnya dalam 2 bulan pertama terapi. Manifestasi klinis berupa demam, sakit tenggorokan, atau malaise perlu dievaluasi dengan pemeriksaan hitung leukosit. Jika terbukti terjadi agranulositosis atau pansitopenia, methimazole harus segera dihentikan.
Hepatotoksisitas, termasuk gagal hati akut, meskipun lebih jarang dibanding PTU, tetap dapat terjadi selama terapi methimazole. Pemeriksaan fungsi hati dianjurkan sebelum memulai terapi dan bila timbul gejala hepatotoksisitas seperti ikterus, pruritus, atau nyeri kuadran kanan atas.
Selain itu, pasien perlu dimonitor terhadap risiko hipotiroidisme akibat penekanan produksi hormon tiroid, sehingga pemeriksaan TSH, T3, dan T4 diperlukan secara berkala. Reaksi hipersensitivitas seperti dermatitis eksfoliatif, vasculitis ANCA-positif, hingga reaksi dermatologis berat dapat muncul walaupun jarang. Jika timbul manifestasi berat, terapi harus dihentikan segera.[1,2,4]